Rabu, 01 Juni 2011

Kuliah Wisata Hati Online

September 4, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 01 - Mukaddimah


 

Bismillaahirrahmaanirrahiem,


 

saya mulakan Kuliah Tauhid ini dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi-Nya, Allah, Tuhan semesta alam.


 

Salam hormat kepada semua Peserta KuliahOnline. Menyenangkan sekali bisa ketemu dengan Saudara-saudara semua, meski secara maya. Saya berdoa semoga segala fadhilah ilmu dan fadhilah majelis ilmu, tetap diberikan oleh Allah kepada kita, sebagaimana kalau kita duduk bertatap muka satu atap di satu majelis ilmu. Rasulullah bersabda, bahwasanya sesiapa yang duduk di dalam majelis ilmu, maka Allah akan mencatatkannya sebagai orang yang ikut berjihad di medan perang membela agamanya Allah. Dan sesiapa yang duduk di majelis ilmu, maka Allah juga akan memerintahkan malaikat-Nya turun. Malaikat ini akan mengepakkan sayapnya dan bercucuran rahmat kepada siapa yang ternaungi. Malaikat ini juga akan membanggakan mereka semua di hadapan Allah, seraya memohonkan ampun kepada Allah. Majelis ilmu adalah juga bahagian dari Majelis Zikir, majelisnya orang orang yang belajar untuk mengenal dan mengingat Allah. Insya Allah segala fadhilahnya kelak kita akan pelajari lebih lanjut lagi. Saya hanya kepengen Saudara-saudara semua ikut mengamini doa saya, agar KuliahOnline ini menjadi Majelis Ilmu juga buat kita. Dan sejatinya, KuliahOnline ini adalah pengajian. Pengajian secara maya. Baarokawloohu lanaa, keberkahan semoga Allah berikan kepada kita, dan kepada siapa yang terlibat di dalam Kuliah Online ini.


 

Saya juga berdoa kepada Allah, agar waktu dan biaya yang Saudara-saudara keluarkan; biaya registrasinya, biaya pemakaian listrik dan internetnya, biaya investasi perangkat kerasnya, dan biaya-biaya lainnya, dijadikan sebagai sedekah sebagaimana patutnya Allah menganggap sedekah bagi siapa yang mengeluarkan biaya dalam menuntut ilmu dan haji umrah. Dia-lah Yang Maha Syakuur, Maha Membalas, Maha Menghargai. Di mana kita sama tahu, bahwa setiap sedekah akan mendapatkan balasan yang luar biasanya dari Allah subhaanahu wata'ala.


 

Dalam pada itu, saya menggarisbawahi kepada semua peserta KuliahOnline. Sesiapa yang mendapatkan ilmu, pengalaman, pencerahan, spirit, motivasi dari sesi-sesi KuliahOnline ini, mudah-mudahan berkenan membagi lagi kepada yang lain. Agar bertambah-tambah pahala kebaikan kita bersama. Adapun registrasi yang muncul akibat KuliahOnline ini, mudah mudahan ada keridhaan dari Saudara-saudara semua sebagai sarana buat saya dan yang terlibat di KuliahOnline ini mencari rizki yang halal dan sebagai dana untuk operasional penyelenggaraan dan pengembangan KuliahOnline ini. Tapi sesiapa yang tiada kemampuan untuk melakukan registrasi, atau ada hambatan-hambatan teknologi, fisik dan keilmuan, maka kepada merekalah kita berbagi ilmu yang sudah didapat ini. Sungguh, kita sama-sama berjuang agar keridhaan Allah betul-betul kita dapatkan. Saudara ridha terhadap kami, dan kami ridha terhadap Saudara.

***


 

Dengan memuji kepada Allah, saya beristighfar kepada Allah. Beragam nikmat, Allah berikan, sementara saya rasa ibadah tiada bertambah. Bahkan barangkali kalaulah tidak ada Kasih Sayang-Nya, tidak ada Rahman dan Rahim-Nya, niscaya tidak akan pernah berimbang antara dosa dengan kebaikan. Selalu akan lebih banyak dosa ketimbang kebaikan. Kesibukan dunia yang pada akhirnya seringkali menyebabkan manusia menjadi jatuh ke dalam kesusahan, tidak menjadi pelajaran buat yang lain. Atau bahkan sering tidak menjadi pelajaran bagi dirinya sendiri. Bukan kesibukannya itu sebenarnya yang menjadi masalah, melainkan karena kesibukan itu sudah melalaikannya dari mengingat Allah. Andai kesibukan mencari dunia tidak melalaikan diri kita dari Allah, maka niscaya hidup ini akan seimbang dunia dan akhirat. Mencari dunia adalah perintah Allah juga. Dan setiap perintah Allah yang dikerjakan, maka ia menjadi ibadah. Allah hanya meminta kita, jangan sampai kita lalai dari mengingat-Nya. Untuk itulah saya ingatkan diri ini dan diri yang bisa diingatkan dengan pembelajaran tauhid yang saya tulis. Agar kita bisa mementingkan Allah dari siapapun dan dari apapun.


 

Dan Kuliah tauhid ini saya sampaikan juga sebagai pengingat bagi diri saya dan bagi mereka yang mau mengingat akan kelalaiannya beribadah sebagai tujuan diciptakannya manusia; Untuk beribadah kepada Allah.


 

Kuliah Tauhid saya rangkai seraya memohon izin dan ridha-Nya.


 

Saudara-saudaraku peserta Kuliah Online… Di antara biang keladi iman sering runtuh, sebab tidak sedikit manusia yang takut bahwa ia akan tidak memiliki rizki… Tidak bisa menyelesaikan masalah… Tidak bisa memenuhi keinginan - keinginan dunianya … Tidak akan bisa senang hidup di dunia jika rajin beribadah dan taat kepada Allah… Sedang Allah Maha Segala, Maha Kuasa, Maha Besar. Dunia mengalahkan dirinya dari Allah. Atau malah karena tidak mengenali apa itu hakikat kebahagiaan, hakikat kesenangan, dan atau lebih jauhnya hakikat hidup itu sendiri, yang kemudian menyebabkan iman menjadi tidak muncul cahyanya di kehidupannya. Atau, malah tidak mengenal Allah? Untuk itulah perlu kiranya belajar tentang tauhid. Penyebab lain iman sering runtuh, adalah ketiadaan ilmu. Dan ilmu segala ilmu adalah ilmu tauhid.


 

Belajar tentang tauhid adalah belajar tentang Allah, dan itu juga berarti belajar untuk kehidupan dan kematian. Kita hidup berasal dari Allah, dan pun kita akan mati untuk kembali kepada Allah Yang Maha Hidup.


 

Pengetahuan bahwa manusia yang hidup akan mati, dan yang mati akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya, juga mendorong saya menulis esai demi esai Kuliah Tauhid ini. Alangkah mengerikannya jika kemudian kita betul betul dilalaikan oleh dunia, dan lebih mengerikan lagi jika kemudian hidup kita sendiri menjadi jauh dari Allah, dekat dengan perilaku-perilaku syetan, lalu mati. Entahlah, tidak terbayang betapa sia-sianya hidup seperti ini.


 

Semula Kuliah Tauhid ini digunakan sebagai perenungan bagi diri sendiri, dan kemudian dibawa kepada sesiapa yang berkenan diajak untuk sama-sama belajar tentang Allah dan kehidupan ini. Rasanya saya seperti sedang berdiri sebagai orang yang tauhidnya sudah benar saja ya? Padahal masih jauh. Saya niatkan sama-sama belajar dengan Saudara-saudara semua. Hati ini gelisah dengan kurangnya ibadah, mudahnya maksiat, bahkan maksiat di tengah ibadah; ketika berdakwah, ketika menulis, ketika shalat, ketika zikir, ketika baca al Qur'an. Saya mengerti, jawaban semuanya adalah tauhid, untuk menghidupkan iman dan membuahkan amal yang terang benderang. Semakin manusia bertauhid, semakin ia aman dan nyaman. Pun semakin ia bahagia dan tenang. Sebab ia semakin mengenal dan semakin dekat dengan Allah.


 


 


 


 


 


 

Belum lagi persoalan-persoalan kehidupan manusia dan hajatnya yang banyak yang tiada ada pernah habisnya. Dua hal ini; persoalan hidup dan hajat hidup, manusia sebenarnya membutuhkan Allah Yang Maha Tahu tentang dua hal ini. Namun ilmu tauhid sudah sedikit sekali dipelajari orang lantaran beratnya. Akhirnya manusia tidak mengenal Allah, Tuhannya.


 

Perlu saya ketahui dan perlu lebih lagi diketahui oleh Saudara-saudara semua. Di tangan Allah; menaikkan gaji orang-orang yang tiada cukup gajinya, melunasi hutangnya, menghadiahkan pekerjaan dan permodalan usaha, menyembuhkan penyakit seseorang, dan menyelesaikan semua problem kehidupan manusia, adalah jauh-jauh lebih ringan daripada DIA memberi rizki kepada semua makhluk di bumi. Allah sediakan jalan shalat dhuha, sedekah, tahajjud misalnya, sudah akan membuat manusia enteng dengan persoalan hidup dan hajatnya. Tapi itulah, bagaimana mau mengenal Allah, kalau kemudian tiada mengenal seruan-Nya, petunjuk-Nya, bimbingan-Nya? Dan karena tidak mengenal jalan-jalan ini, manusia lalu menempuh jalan-jalannya sendiri yang lama dan berat. Lalu mereka mengatakan, "Inilah hidup". "Perjuangan", begitu katanya. Orang-orang ini tidak tahu bahwa Allah memberi keringanan, sebab Dia Yang Maha Tahu tentang bagaimana alam ciptaannya bekerja. Tapi sayang, manusia memilih jalan yang berat. Mengapa? Sekali lagi saya insyafkan diri saya, ini sebab tiada ada ilmu tauhid.


 

Ketika manusia dihadapkan pada sejuta persoalan hidup yang lain, ia berputus asa dari rahmat Allah. Seakan pertolongan Allah itu jauuuuuuh, tidak mungkin ia gapai. Bagaimana mungkin seseorang sudah mah ia jauh dari Allah, lalu memberi-Nya persangkaan buruk yang demikian kepada Allah? Itu juga terjadi karena ia tidak mengenal Allah. Kasih Sayang Allah begitu besar. Jauh lebih besar melampaui dosa siapapun dan jauh lebih besar dari dosa siapapun. Pertolongan-Nya pun demikian mudah didapat. Allah hanya meminta hanya ada DIA di hati kita, di pikiran kita, di kehidupan kita. Jangan ada yang lain. Lalu ruku', sujud, dan berdoa pada-Nya, seraya memperbaiki diri dari sisi iman, ibadah, dan amal saleh, niscaya kehidupan akan terang benderang.

***

Saudara-saudaraku, saya mengingat secuplik episode ketika saya bermasalah. Satu saat saya menangis di hadapan seorang 'alim. Lalu dia memegang dada saya. Dia bertanya, "Apa sesungguhnya yang Kamu butuhkan?". Saya terdiam. Sentuhan tangannya di dada saya, adalah kelembutan yang menghunjam hingga di lubuk hati saya yang paling dalam. Ada kesejukan yang mengalir. Katanya, "Yang Kamu butuhkan hanya Allah. Iman. Tauhid. Bukan duit. Bukan solusi. Bukan yang lainnya. Hanya Allah".

Saat itu saya menangis. Ingin rasanya segera saya berlari ke tempat wudhu, dan secepatnya menggelar sajadah dan menangis. Dan saya lakukan itu.


 

Tauhid! Itulah jawaban buat saya. Tauhid, mengeesakan Allah, menjadikan Allah segalanya, itulah jawaban buat saya dan buat semua orang yang berdada sesak. Dan itulah juga jawaban buat orang yang belum sesak dadanya supaya menjadi modal ketika kesesakan bersemayam di dadanya.

***

Di kali pertama kita memulai belajar sesuatu yang berat ini, kita bershalawat kepada Rasulullah shalla 'alaih. Allah menjanjikan sesiapa yang bershalawat satu kali padanya, maka Allah bershalawat 10x kepadanya. Dan tiadalah cinta kepada Allah dihitung cinta, hingga kita mencintai Allah. Ta'at kepada Allah tiada dihitung ta'at apabila kita tiada ta'at kepada Rasulullah.


 

Mari kita hadiahkan shalawat dan salam, sebagai doa, kepada orang yang paling kita rindukan, Nabiyallah Muhammad shalla 'alaih, agar diri kita dan segenap orang-orang yang ada di hati kita, juga para jamaah yang lain yang belum mengetahui adanya KuliahOnline ini, ada di barisannya Nabi ketika semua manusia dikumpulkan di Padang Makhsyar. Dan agar kita semua duduk satu surga dan bisa mencium wanginya; Man ahyaa sunnatii faqod ahabbanii, wa man ahabbanii kaana ma'ii filjannah, siapa yang menghidupkan sunnahku, maka sungguh dia telah mencintai diriku. Dan barangsiapa yang mencintai diriku, maka dia akan bersamaku di surga.


 

Sungguh, Rasulullah yang setiap hari saya paksakan bershalawat kepadanya minimal 100 kali sehari semalam, betul-betul memotivasi diri saya, agar diri ini masuk kepada golongan orang orang yang mencintai sunnahnya, terbiasa hidup dengan sunnah-sunnah Rasulullah, dan menjadi orang yang sayang apabila begitu gampang meninggalkan sunnahnya. Itu tiada lain, agar Allah -- yang t'lah berkata bahwa tiadalah lengkap kalimat tauhid, kalimat "Laa-ilaaha illallaah", tanpa "Muhammadar rasuulullaah", tanpa kesaksian bahwa Muhammad itu adalah Rasul-Nya – memasukkan diri ini ke dalam golongan orang-orang yang mencintai-Nya. Qul, katakanlah, in kuntum tuhibbuunallaah fattabi'uunii yuhbibkumullaah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasuulullaah), niscaya kalian akan dicintai Allah.


 

Mengenal Allah, mengenal Rasulullah. Mencintai Allah, dan mencintai Rasulullah. Mengikuti Allah, dan mengikuti Rasulullah. Ta'at kepada Allah, dan ta'at kepada Rasulullah, itulah yang mau saya tuju ketika saya tulis materi demi materi perkuliahan ini. Inilah tauhid. Dan inilah ruh semua ruh seluruh KuliahOnline kita. Apapun modul yang dipilih oleh masing masing peserta. Besar harapan saya, agar kalimat tauhid betul-betul dicatat Allah pernah kita ucapkan; Man qoola laa-ilaah illallaah, dakholal jannah, siapa yang mengucapkan Laailaahaillallaah, maka dia dijamin masuk surga. Dan besar pula harapan ini, agar kita-kita semua ini beserta keluarga kita, bisa benar-benar bersungguh-sungguh mengenal diri-Nya, mengenal rasul-Nya, dan kemudian berkenan menjadi hamba-Nya, menjadi penyembah-Nya.

Tiada yang saya takutkan kecuali diri ini mati dalam keadaan tidak bisa mengatakan Laailaahaillallaah wa-asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah. Dan mestinya ini jugalah yang Saudara-saudara semua takutkan. Bukan hutang yang belum terbayar, bukan piutang yangbelum tertagih, bukan penyakit yang belum sembuh, bukan pekerjaan dan modal usaha yangbelum kita dapatkan, bukan rumah yang belum bisa kita beli, bukan dunia yang selama ini menjadi sumber petaka dan masalah kita. Bukan. Melainkan betul-betul yang kita takutkan adalah kalau kita meninggal dunia dalam keadaan kita tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid.


 

Maka mari kita belajar sepenuh hati, dan saling mengingatkan.

***


 

Tentu saja tidak ada yang bisa mengajarkan sebaik Allah yang mengajarkan. Dan tidak ada satu pun ilmu yang kita dapat kecuali Allah yang mengizinkannya menjadi ilmu buat kita. Saya berharap, kuliah tauhid ini bisa menyelamatkan diri kita semua dari kehancuran yang lebih besar, dengan kita mengenal-Nya, dan segera memulai saja perjalanan tauhid dari mengenal-Nya. Apa yang saya maksud dengan kehancuran yang lebih besar? Yaitu ketika kematian datang, kita tidak siap. Belum diampuni Allah, belum dapat ridha-Nya, belum dapat maaf-Nya. Buat apa kaya dunia, jika kemudian neraka terhidang untuk kita, abadan abadaa. Selama-lamanya.


 


 


 

Semoga cara saya memperkenalkan Allah kepada diri saya, bisa menjadi satu pembelajaran tauhid yang diridhai Allah subhaanahuu wata'ala. Tidak ada yang aneh dari pembelajaran tauhid yang akan saya sampaikan. Semuanya insya Allah perjalanan hidup yang begitu saja. Kanan kiri Anda yang mengikuti pembelajaran ini, banyak yang lebih 'alim, lebih banyak makan asam garam, lebih soleh, maka mintalah juga nasihat dari mereka. Boleh jadi apa yang saya sampaikan adalah sebuah kesalahan. Namun apa yang saya tempuh, dari sedikit cara yang saya ketahui ini, sudahlah cukup membuat saya bangga, bahwa Allah Memang Tuhan saya. Dia begitu baik, dan sangat-sangat baik. Saya mengenal banyak orang kaya, dan berkuasa. Tapi siapa yang saya bisa mintakan kekayaan dan pembagian kekuasaan? Hanya DIA yang berkenan diminta, tanpa batas, dan diberi! Saya nukilkan sedikit pengalaman pengalaman mereka yang berkenalan dengan Allah, lalu saya membagi-baginya menjadi satu dua kisah hikmah. Biarlah Allah yang mengetahui rahasia kebenaran-Nya. Sebab kepada-Nya juga berpulang semua kebenaran.


 

Kemuliaan mudah-mudahan Allah hadiahkan juga buat mereka-mereka yang kita kasihi; orang tua kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita, para orang yang sudah mendoakan dan menjadi bahagian dari amal saleh, dan buat orang-orang yang mulai mengikuti perkuliahan tauhid ini. Agar Allah angkat derajat kita semua, menyingkirkan semua duka, penderitaan, memberi jawaban semua persoalan hidup. Dan yang lebih penting lagi, sesuai tujuan perkuliahan ini, agar di diri kita semua, tumbuh tauhid, iman, dan mewafatkan kita semua dalam kebaikan untuk segera bisa menemui Allah dalam keadaan yang diridha-Nya.

***

Setelah ini, saya dan Anda semua akan sama-sama belajar tentang maa huwattauhiid? Apa itu tauhid? Saya katakan sama-sama belajar, sebab sebagaimana saya katakan di atas, memang saya pun masih terus belajar, dan akan terus belajar.


 

Kelak kita akan undang para ahli, para 'alim 'ulama di bidang ini, untuk duduk bersama dan mengajarkan kepada kita semua tentang ilmu tauhid.


 

Subhaanallaah! Betapa menyenangkan hati kegiatan belajar dan mengajar tauhid ini. Saya undang hampir semua kelompok manusia, lewat pintu KuliahOnline yang beragam sesuai dengan kebutuhannya dan keinginannya. Ada yang tidak bermasalah, tapi sekedar ingin belajar menambah wawasan. Ada pula yang memang bermasalah. Semuanya saya undang belajar di KuliahOnline.


 

Sementara itu, saya tutup dulu kanalnya materi-materi lain. Saya tutup dulu pintunya materi-materi lain. Agar ia tidak diakses dulu sebelum Kuliah Dasar Tauhid ini dipelajarinya. Kuliah Dasar Tauhid ini saya anggap sebagai ruh dari seluruh materi Kuliah Online; baik yang berupa tulisan, audio, visual, hingga ke seminar-seminar dari berbagai materi Kuliah Online. Mudah-mudahan Anda semua bisa berprasangka baik, dan ridha menerima pengajaran seperti ini.


 

Kuliah Dasar Tauhid ini sendiri, insya Allah, terdiri dari 41 esai pembelajaran tentang tauhid termasuk mukaddimah ini. Kalau mukaddimah ini dikeluarkan, maka jumlahnya 40 esai. Kuliah Tauhid ini bersifat harian. Baru setelah itu, Saudara saudara bisa mengambil materi-materi kuliah lain. Baik Kuliah Dasar, Kuliah Pilihan, dan Kuliah Solusi Terapan Sedekah. Mudah-mudahan dengan kekuatan getaran hati menuju Allah, perkuliahan tauhid ini sudah cukup menemani hari-hari Anda. Anda yang butuh pencerahan dan pertolongan, yang karenanya Saudara memilih Kuliah Solusi Terapan, ga usah khawatir. Bersabarlah mengikuti Kuliah Tauhid ini. Niscaya ia bisa juga menjadi jawaban buat Saudara, bahkan sebelum Saudara mengikuti Kuliah Solusi Terapan Sedekah.

Maafkan segala kesalahan saya dan kawan-kawan pengelola perkuliahan online ini ya, apabila ditemukan banyak kejanggalan. Terima kasih atas kepercayaan Anda semua kepada kami. Kritik dan saran teramat sangat saya tunggu. Jazaakallaah.


 

Dalam pada itu, saya mengingatkan yang memulai belajar Kuliah Tauhid ini, untuk sama-sama memulai memperbaiki ibadah kita sebagai awal implementasi Kuliah Tauhid ini. Yang belum shalat, shalatlah. Yang sudah shalat, tapi masih sendiri, berjamaahlah (kecuali perempuan). Yang masih shalat di rumah, berusahalah untuk shalat di masjid. Yang sudah shalat wajib, sempurnakanlah dengan qabliyah ba'diyah. Insya Allah saya akan menemani hari-hari Saudara semua dengan perkuliahan yang kita berdoa mudah-mudahan diridhai Allah. Amin.


 

Dan bukanlah satu kebetulan, kita semua memulai perjalanan belajar KuliahOnline ini ketika Sya'ban sudah akan berakhir dan berganti dengan Ramadhan. Bulan yang semua amal dilipatgandakan, penuh keberkahan, penuh ampunan, penuh dengan keridhaan Allah. Mudah mudahan. (KuliahOnline ini dimulai perdananya tanggal 25 Agustus 2008, Web Admin).

Selamat mengikuti perkuliahan, mudah-mudahan Allah membimbing kita semua. Amin.

***


 

Yaa Allah, izinkan kami mengenal-Mu, dan perkenalkan diri-Mu kepada kami. Duhai Allah yang tiada bisa mengajarkan sesuatu, kecuali Engkau yang mengizinkan dan mengajarkan. Ajarkan kami ilmu-ilmu yang bisa membuat kami menjadi selamat dunia dan akhirat. Kenalkan kami kepada keagungan-Mu, agar tiada sombong kami hidup di dunia ini. Kenalkan kami kepada Kasih Sayang-Mu, agar kami tahu bahwa kami hidup tidak sendiri. Apapun kesusahan kami, kesulitan kami, kami tahu bahwa Engkau Maha Mendengar, Engkau Maha Menolong, Engkau Maha Kuasa, sehingga tiadalah kesulitan itu menjadi bahagian dari kehidupan orang-orang yang mengenal-Mu.


 

Rabb, kenalkan kami kepada diri-Mu yang Maha Membebaskan manusia dari permasalahannya. Sehingga enteng hidup mereka yang mengenal-Mu. Kenalkan kami kepada Engkau Yang Maha Menjawab Semua Doa. Kenalkan kami kepada Zat yang tidak sanggup melihat kami menderita dan menanggung dosa.


 

Kenalkan kami ya Allah. Kenalkan kami pada diri-Mu. Engkau yang berkata dalam kalam-Mu; kuntu kanzan makhfiyyan, sungguh dulu Aku adalah permata yang tersembunyi. Fa-uriidu an u'rofa, maka Aku ingin dikenal. Fa-kholaqtu kholqon liya'rifanii, kuciptakan makhluk untuk mengetahui Aku. Maka, yaa Allah, berilah kami ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bisa membawa kami kepada diri-Mu, dan menambah kecintaan kami kepada Rasul-Mu. Ilmu yang bisa menyelamatkan kehidupan kami, yang bila tidak diberikan ilmu itu maka kami tidak mengenal-Mu.


 

Ya Allah, dengan penuh kerendahhatian dan penuh harap akan keselamatan yang abadi. Kenalkan kepada kami diri-Mu Yang Maha Melihat, Maha Mengawasi. Agar kami tahu bahwa setiap detik kehidupan kami senantiasa diperhatikan oleh-Mu. Wahai Zat Yang Teramat Teliti dalam mencatat, dengan Kemurahan Ampunan dan Maaf-Mu, izinkan kami bershalawat dulu kepada Rasul-Mu, memuji dengan pujian yang Engkau sandangkan pada diri-Mu, serta didahului dengan beristighfar yang sungguh-sungguh dari dalam hati kami, setelahnya kami memohon agar Engkau hapuskan seluruh catatan keburukan kami dan menggantinya dengan catatan ampunan, maaf dan ridha-Mu. Allaahumma sholli wa sallim wa baarik 'alaa sayyyidinaa Muhammadin wa' alaa aalihi washohbihi ajma'iin walhamdulillaahi robbil'aalamiin. Nastaghfirullaahal 'adzhiem wa atuu-bu ilaih. Yaa Rahmaan, Yaa Rahiim, hari ini, saat ini, kami semua memohon ampun dari-Mu, dari kesalahan tidak mengenal-Mu, dari kesalahan melalaikan diri-Mu, juga dari kesalahan tidak mengikuti ajaran-Mu dan ajaran Rasul-Mu. Ampuni kami dari seluruh ragam keburukan dan kemaksiatan yang sepenuhnya Engkau genggam seluruh catatannya. Kami ingin kembali pada-Mu dalam keadaaan diri yang sudah terampuni.


 

Yusuf Mansur


 

September 6, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 02 - Laa ilaaha illallaah


 

Yang kita perlukan di kehidupan ini adalah tauhid, iman dan amal saleh.


 

Ingin rasanya saya gemakan terus kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga jangan sampai ia lepas. Bahwa LAA ILAAHA ILLALLAAH, tidak ada Tuhan selain Allah.


 

Termasuk di urusan rizki. Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah. Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak ada cara mencari rizki kecuali caranya Allah. Tidak ada tuhan selain Allah pokoknya.


 

Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup saya, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan saya.


 

Tidak mudah. Karenanya saya mau bersungguh-sungguh dan berdoa. Memohon taufiq dan hidayah-Nya.


 

Saya melihat tidak sedikit manusia yang kelelahan mencari dunia. Sebab yang ia cari memang dunia. Tiada ia tempuh jalan-jalan ibadah yang mengantarkannya kepada Pemilik Dunia. Saya tidak mau menjadi bahagian dari orang-orang yang kelelahan itu. Saya ingin kemudahan.

Saya melihat manusia-manusia yang berat hidupnya dengan beban hidupnya. Sebab ia tidak men-share bebannya itu kepada Allah. Padahal DIA lah Yang Maha Meringankan.

Saya melihat ada yang menangis padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada yang hidupnya sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu kaya secara dunia; Ada yang kaya, tapi tidak memiliki keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya. Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.


 

Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.


 

Saya melihat ada yang keluarganya berantakan, sementara ia enjoy dengan hal itu, lalu ia katakan kepada dunia dia mau membentuk keluarga baru yang lebih harmoni; Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada manusia yang segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada menghargainya. Yang bisa menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang bahkan.


 

Saya melihat tidak sedikit manusia yang justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan. Ada selalu yang diambil sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia. Itu saya lihat terjadi sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.


 

Saya mengingat analogi maen CATUR yang sering saya sampaikan kepada para pendengar tausiyah saya, yang sesungguhnya saya sedang memperdengarkannya pada diri saya sendiri. Kalau kita maen catur BERDUA, maka berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu kalau maen BERDUA. Bagaimana kalau maen catur SENDIRIAN? Kalau maen catur sendirian, ya bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas. Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti maen halma, boleh. Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita maen catur SENDIRIAN.


 

Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat main catur, ALLAH MAEN SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG LAIN.


 

Kemudahan ada di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksudnya itu kalimat; Tidak ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka saya kepengen Allah berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi bila saya menghendaki Allah memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya saya menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri saya sendiri, bahwa ia akan mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak saya ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal salih.


 

Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat sangat bersedia untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dengan sabab ilmu yang diteteskan-Nya pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang terbaik. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali apa-apa yang sudah Allah aturkan.


 


 


 


 

Laa ilaaha illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa adalah Kuasa-Nya.


 

Dengan berpikiran seperti ini, yang harus saya lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah.


 

Laa ilaaha illallaah. Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.


 

Saya melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya visi misi li i'laa-i kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka tidak ada pernah kegagalan baginya…

***


 

Sampe sini, SAYA MEMBACA ULANG TULISAN INI. Tulisan yang dijadikan esai-esai Kuliah Tauhid di KuliahOnline Wisatahati.


 

Ya, saya membaca ulang apa yang saya tulis. Dari atas, sampai bait ini.


 

SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS. Benarkah yang saya tulis ini? Sehebat itukah tauhid saya? Tambah ga percaya lagi, bahwa saya sedang mengajar lewat esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh peserta KuliahOnline.


 

Adduh, andai benar, saya benar-benar memohon Allah menjadikannya menjadi bait-bait doa agar apa yang tertulis menjadi kenyataan. Allah bimbing saya untuk mencari dunia dengan baik, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan agama-Nya, dan hanya di jalan-Nya. Allah bimbing saya untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat, dan meyakini bahwa Laa ilaaha illallaah, tidak ada sesuatu yang harus dikejar kecuali diri-Nya semata. Yang dengan demikian tidak seharusnya pencarian dunia, berhenti di sebatas mencari dunia itu saja. Terus dikonsentrasikan di pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.


 

SAYA MELIHAT DIRI SAYA. Ya, saya melihat saya! Saya masuk ke kehidupan saya… Dan saya menemukan diri ini masih jauh dari tulisan di atas. Teramat jauh. Jauuuuuuuuuuhhhh…

Duh, apa sanggup saya menuliskannya lagi bait-bait yang masih menari di hati ini?


 

Saya ingin berteriak kepada diri saya, tunjukkan kalau Anda benar!


 

Lagi. Saya melihat diri saya lagi. Wuh, benar! Jauh. Lihat saja. Allah memanggil saya. Memanggil dengan azan. Lihat, saya tidak bergeming. Apakah ini yang disebut Laa ilaaha illallaah? Tidak ada urusan --harusnya-- kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita urus? Nyatanya, saya masih menomorduakan panggilan Allah.


 

Saya tahu Allah bakal datang. Sebab waktu shalat betul-betul sebentar lagi datang. Tapi saya malah masih nulis, bukan siap-siap menyambut kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak malam, di setiap waktu shalat, saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah menunggu kedatangan Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!


 

Duh duh duh, lebih pantas rasanya saya menangisi diri ini.


 

Wahai kamu! (Begitu saya seharusnya menunjuk hidung saya sendiri dengan jari). Kalau kamu benar tauhidnya, perlakukan Allah dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid dalam kehidupan kamu! Jangan ada yang laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia, lalu Allah datang memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti berkumandangnya azan adalah hal yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.

Saya ingin berteriak kepada diri saya, buktikan kalau Anda benar! Benar tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa ilaaha illallaah. Nyatanya? Belum tuh.


 

Loh loh loh… Ntar dulu...

Sebenarnya, sedang dialog sendirian, nengajar… Atau sedang menulis sih?

Maaf wahai tanganku, saya sedang berdialog dengan diri sendiri.

Biarkan.

Biarkan ia terus menulis sekenanya.

Sesukanya.


 

Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari menjadikan Allah sebagai tujuan hidup. Ketika mencari dunia, mau bersusah payah. Tapi giliran beribadah, gampang benar teriak lelah. Shalat sunnah tidak dipaksakan untuk ditegakkan. Shalat berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di shaf yang pertama. Kehadiran diri tidak digunakan untuk kepentingan sesama. Setidaknya belum dimaksimalkan potensinya untuk ditujukan pada sebesar-besarnya kepentingan sesama, dan agama. Keluarga masih terabaikan.

Kurangnya… banyak.

Itulah. Saya melihat saya.


 

Tapi, Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang mengajarkan ilmu dan memberikan kesempurnaan langkah kecuali Allah. Maka saya menghibur diri ini, Laa ilaaha illallaah. Biarlah Allah membimbing saya terus, sehingga bisa menjadi hamba-Nya yang sesuai dengan apa yang digariskan-Nya.


 

Ah dunia. Saya tulis buku ini agar saya tidak susah mencari kamu wahai dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa kamu itu tidak penting. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang lebih penting kecuali Allah.


 

Saya tulis buku ini, sebab kasihan melihat diri saya yang sering kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Tapi betapapun, saya hidup di dunia ini. Rasul pun mengajarkan doa agar kita memohon kepada Allah agar Allah membaguskan dunia kita sebab di sini kita hidup. SAYA BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah tuhan saya adalah Allah, dan Allah adalah pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU HIDUP SAYA TETAP SUSAH? Atau merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar bertuhan Allah. Itu saja.

Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan terus ilmu dan ikhtiarmu. Jangan lupa terus memohon bimbingan dari Allah.

Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi. Siap-siap menuju masjid. Katakan kepada dunia, bahwa kamu mau shalat shubuhan dulu. Kalau shalat shubuh sudah tidak disiplin, jangan harap ini menjadi awal hari yang baik, untuk dunia kamu, untuk urusan permasalahan kamu, untuk segala hajat kamu…


 

Loh, koq masih nulis terus? Katanya mau Shubuhan?


 

Iya iya. Saya akan segera berhenti mengetik, dan men-shut-down komputer ini. Makasih yaaa.

---------

Salam. Yusuf Mansur. Kampung Ketapang, Senin 27 Agustus 2007, pukul 04.38 WIB.

(tulisan ini "sudah berulang tahun". Sebab ia sungguh saya tulis tahun lalu, 1hr lebih cepat

dari saya meng-upload tulisan ini ke web www.wisatahati.com dan dijadikan esai KuliahOnline. Mudah-mudahan Allah subhaanahuu wata'aala benar-benar menjadikan kita sebagai orang-orang yang mengEsakan-Nya, bertauhid hanya pada-Nya).


 


 


 


 


 


 

September 15, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 03 - Allah Sebagai Pusat


 

Orang-orang yang mengenal Allah dan meyakini-Nya, insya Allah akan tenang hidupnya, jauh dari kekhawatiran, jauh dari kegelisahan.


 

Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia TIDAK SENDIRIAN dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. ALLAH SELALU MENEMANINYA. Ini yang ia yakini. Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup. Ya, bener loh. Hampir saban shalat.


 

Saya banyak belajar dari Bu Yuyun ini. Ketika banyak orang gelisah, ia hidup tenang. Sebab ada Allah di hatinya, ada Allah di pikirannya. Ketika banyak orang ketakutan dan risau dengan dunianya, ia tenang-tenang saja. Persis seperti meja, yang begitu tenang sebab memiliki empat kaki yang kuat yang menopang keberadaannya. Hidupnya begitu santai. Dan ini yang menjadikannya lebih kaya ketimbang orang yang kaya tapi hidup selalu penuh dengan kekurangan.


 

Sebagai ikhtiar dunianya, ia membuka jahitan rumahan. Ia bertutur, selalu ada saja pelanggan di saat yang tepat ia membutuhkan rizki. Sudah diatur Allah, begitu katanya.

Sejauh ini, aman-aman saja.


 

Sampe kemudian anaknya ini pergi hari itu untuk melihat kelulusannya; masuk atau tidak ia ke perguruan tinggi yang ia idam-idamkan.


 

Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya. Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang.

Ia kenal dengan Allah, bahwa Allah selama ini senantiasa mencukupkan rizki buat dirinya dan anaknya.

Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu bahwa ia sedang membesarkan anaknya. Dan Allah pun tahu bahwa hari ini akan ada khabar tentang nasib anaknya. Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin, Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah. Sekali lagi, ini yang membuatnya tenang.


 

Dan memang Allah Maha Mengatur. Sehari setelah anaknya dinyatakan lulus, Allah kirimkan paman anaknya ini, alias adik almarhum suaminya. Hari itu, beliau berkunjung silaturahim. Dan Allah alirkan rizki untuk anaknya, lewat pamannya ini. Bukan hanya untuk uang masuk kuliahnya saja, tapi juga untuk biaya kuliah secara keseluruhan.

Semoga saya bisa belajar lebih banyak lagi dari Bu Yuyun ini.


 

I'm coming ya Allah. Saya datang kepada-Mu ya Allah. Semestinya, dengan banyaknya masalah dan hajat saya, saya lebih bersemangat lagi dan tanpa lelah mendatangi-Mu dan memohon pada-Mu.


 

Bolehlah dibilang bahwa hidup ini harus punya keyakinan terhadap Yang Kuasa. Tanpa ini, akan lemah sekali kita menjalani hidup ini. Dan untuk memiliki keyakinan, buka diri buka hati untuk menerima ilmu dan pengajaran tentang keyakinan. Kita sama-sama meminta kepada Allah agar Allah betul-betul membukakan mata hati kita bukan saja untuk mengenal-Nya, tapi juga untuk meyakini-Nya; yakin akan Kebesaran-Nya, yakin akan Kekuasaan-Nya. Kita butuh Allah. Dan senantiasa akan selalu butuh Allah. Maka bertuhanlah Allah. Sebener-benernya pertuhanan. Supaya Allah betul-betul menjaga kita, menolong kita, dan menyediakan apa-apa yang kita perlukan yang kita butuhkan. Jangan sampai kita hidup seperti tidak punya Allah. Allah Maha Memberi Rizki, tapi hidup kita susah. Allah Maha Menolong, tapi setiap ada hajat dan masalah, selalu merasa mentok. Kalo bahasa saya mah, Allah dianggurin. Alias "dibikin nganggur', sebab jarang kita deketin, jarang kita mintakan bantuan-Nya.


 

Insya Allah doa bi doa. Saya mendoakan Anda semua, dan Anda juga doakan saya. Supaya Allah betul-betul hadir di kehidupan kita dan berkenan hadir di kehidupan kita.


 

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kami-lah Pelindungmu di dunia dan di akhirat; Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Qs. Fushshilaat: 31-32).


 

***

Ada baiknya peserta KuliahOnline mempelajari sedikit kisah Bu Yuyun ini, pelan-pelan. Betul-betul diresapi. Kenapa ada orang yang begitu dimudahkan urusannya sama Allah, dan mengapa ada yang sepertinya diblok, dipersulit oleh Allah. Saya meminta Saudara-saudara semua bersabar, mempelajari Kuliah Tauhid ini mahlan mahlan, pelan-pelan. Sebab setelah Kuliah Tauhid ini Saudara akan ngebut belajar tentang sesuatu yang membuat Saudara-saudara semua ada percepatan di semua urusan. Termasuk di urusan mengubah hidup, memperbaiki hidup, dan di urusan pencarian solusi buat permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi. "Ilmu instan" ini akan bahaya di kedepan harinya, manakala Saudara-saudara tidak punya basic tauhid yang bagus. Saya tidak terlalu perduli omongan kawan-kawan pengelola Kuliah Tauhid yang mengatakan, ada baiknya memberi banyak pelajaran buat kawan-kawan peserta KuliahOnline agar banyak yang didapat. Saya tidak perduli. Saya bahkan ketika belajar, dapat jauh lebih sedikit ketimbang ini.

Pernah satu ketika saya datang ke seorang ulama. Saya mengadu tentang masalah saya kepadanya. Meminta nasihat darinya. Saya datang dari jam 20 malam. Sampe jam 00 saya belum juga dipanggilnya. Boro-boro diajak bicara. Disuruh mendekat pun tidak. Di awal sih saya diajak bicara. Tapi bicaranya ketus sekali, "Koq datang lagi?!!!". Saya jawab, "Ya, sebab masalahnya beluman selesai". "Ya sudah, tunggu sana", katanya, sambil menunjuk satu sudut teras majelisnya.

Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, saya kemudian menunggu dengan sabarnya. Tapi ga urung saya gatel juga untuk tidak bertanya. Saya bertanya, "Kyai, sudah jam 12 (malam), kapan saya dikasih kesempatan bicara?". Waktu itu saya lihat tamunya tinggal sedikit. Saya berharap saya bisa nyelang walo sebentar.


 

Ternyata saya salah. "Yang nyuruh situ dateng siapa?"

"Ga ada. Saya sendiri".

"Ya sudah, tunggu saja!".


 


 


 


 


 


 


 

Wah, andai tidak ada husnudzdzan, baik sangka, niscaya saya sudah kesal bukan kepalang. Saya tentu akan mengatakan kepada Kyai ini, tidak menghargai tamu. Tapi ya itu. Saya menerima apa kata guru, dan saya memilih menerima perlakuan guru.


 

Kira-kira jam 01-an, mendekati jam 02 pagi, saya baru dipanggilnya.


 

Beliau lalu bertanya, "Tahu IBM ga?"

Sungguh pun saya tahu, tapi saya bingung. "Apa urusannya dengan masalah saya tuh IBM?", tanya saya. Tentu saja dalam hati. Saya ga berani bertanya langsung. Akhirnya saya jawab singkat saja, "Tahu, Kyai".


 

"Nah, IBM itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih VPN buat elu yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah. Insya Allah hutang elu yang segede gunung, kempes dah!".


 

Kejadian dialog ini terjadi sekitar tahun 2003. Kyai Betawi ini memang kerja di Perusahaan Asing. Perusahaan Perancis.


 

Sumpah. Saat itu saya merasa Kyai saya akan memberi saya sesuatu yang gimanaaa gitu. Sesuatu yang BESAR yang bakal instan membuat saya selesai masalah saya. Sim Salabim. Begitu saya pikir. Ternyata saya tidak sepenuhnya benar. Malah, sempat berkernyit dan tertawa kecil.


 

Kyai tersebut masuk ke dalam rumahnya, dan sejurus kemudian keluar lagi membawa DUA PENTOL KOREK API. Dua korek api itu dilempar ke arah saya. "Nih pake nih...", katanya. Ngasihnya bener-bener dilempar. Sebab beliau ngasih sambil berdiri. Sedang saya duduk di bawahnya. "Itu korek api, VPN buat elu. Pake tuh yang bener. Udah gih dah, pulang!".


 

Saya pulang akhirnya. Kurang lebih 6 jam saya menunggu, hasilnya 2 korek api saja!


 

Menggerutu ga saya? Ntar dulu. Saya berpikir bahwa saya barangkali belajarnya kudu sedikit demi sedikit. Tapi apa ya maksudnya?


 

Pelan-pelan saya pikirkan. Hingga akhirnya saya mengaitkan dengan kalimatnya tadi:


 

"Nah, IBM itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih VPN buat elu yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah. Insya Allah hutang elu yang segede gunung, kempes dah!".


 

Saya akhirnya mampu mengkorelasikan 2 korek api yang nyaris tanpa kata-kata itu dengan kalimat singkat Kyai. Rupanya saya disuruh bangun malam. Jangan banyakin tidur. Bagaimana-bagaimananya dengan 2 korek api ini, saya bahas di Kuliah Pilihan tersendiri yang judulnya: Rahasia Angka 11. Silahkan dah nanti login di sana, setelah KuliahOnline 41 esai ini selesai.

Satu hal yang mau saya kata, adalah sabar. Belajar itu harus sabar. Kita sama berdoa kepada Allah, agar Allah betul-betul berkenan memberi kita ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat. Sesuatu yang sedikit yang diberi-Nya manfaat dan ada ridha-Nya, niscaya menjadi sesuatu yang betul-betul berpengaruh positif bagi hidup kita. Wallaahu a'lam.


 

Ok, sampe ketemu dengan materi besok. Besok saya akan tambahin dengan pelajaran di balik Kisah Bu Yuyun, termasuk kenapa koq sepertinya bisa "satu malam"?


 

Saya mohon maaf atas semua kesalahan saya dalam memberikan pengajaran. Mudah-mudahan Saudara-saudara memaklumi cara saya mengajar ini. Sekali lagi saya berdoa mudah-mudahan segala biaya, waktu, energi Saudara dalam mengklik website ini menjadi amal ibadah dan dihitung sedekah Saudara. Sampaikan ilmu ini kepada sebanyak-banyaknya orang. Tapi sarankan kepada mereka semua, agar mengikuti saja KuliahOnline ini secara langsung, mandiri, agar ada keberkahan lebih banyak buat semua yang terlibat.

Insya Allah tanggal 30 sore saya mengagendakan ketemuan darat (kopi darat), sekaligus syukuran KuliahOnline ini. Insya Allah akan diberitahukan lebih lanjut oleh Web Admin dari KuliahOnline ini. Salam dan doa saya untuk Saudara-saudara semua. Mohon doanya ya. Waktu saya susun dan edit esai kuliah ini, saya sudah mau jalan ke rumah sakit. Bayi saya masih dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita. Mudah—mudahan Saudara-saudara tergerak memberikan doa buat kami semua. Terima kasih ya.


 

Yusuf Mansur


 

September 22, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 04 - Amal Tabungan


 

Bagi yang cepat dikabulkannya, barangkali sebab ia sudah punya duluan amal tabungannya, hingga kemudian Allah menganggapnya cukup amal untuk hajat yang diinginkannya.


 

Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah. 3 esai sudah Saudara-saudara semua pelajari. Ada yang barangkali berkernyit, "Koq belajarnya se-emprit se-emprit, sedikit sedikit?". Ada yang merasa sedang diburu waktu, lalu karenanya dia memilih materi Kuliah Terapan Sedekah. Dan karena pintu materi itu masih ditutup kecuali menyelesaikan Kuliah Tauhid ini dulu, mereka tidak bisa mengakses dulu Kuliah Terapan tersebut. Ada yang enjoy saja dengan cara penyajian yang seperti ini. Ga masalah. "Memang belajar itu mesti pelan-pelan", begitu kata sebagian yang setuju.


 

Lepas dari itu semua, saya meyakinkan diri saya, kawan-kawan Pengelola KuliahOnline, dan peserta semua, bahwasanya sungguh, jika Kuliah Tauhid ini saja diikuti, diresapi, dan dijalankan pelan-pelan, insya Allah Kuliah Tauhid ini sudah lebih dari cukup.


 

Insya Allah sedang dalam proses editing audio penyerta yang berjudul: "Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah? Audio tausiyah pencerahan ini merupakan rekaman ketika saya berceramah di perusahaan Toshiba – Tambun. Saat itu ada satu unitnya yang mau ditutup, dan adik saya ada di sana. Bahagian dari salah satu karyawan yang menghadapi kemungkinan PHK.


 

Karyawan-karyawannya gelisah. Lalu mereka dikumpulkan serikat pekerjanya, dikumpulkan kawan-kawan Rohis nya, untuk diadakan semacam pencerahan agar tidak gelisah, tidak khawatir dan tidak takut. Dan sebaliknya, bersemangat untuk berdoa agar Allah memberikan Petunjuk-Nya dan Pertolongan-Nya.


 

Alhamdulillah, saat itu saya datang. Saya memberi materi Kuliah Tauhid. kuliah Iman. Saya yakinkan diri mereka semua, bahwa rizki itu bukan di tangan manusia. Bukan sebab mereka bekerja. Bukan sebab perusahaan itu beroperasi. Tapi lebih karena Allah mengizinkan semua itu terjadi. Bagi mereka yang sudah percaya bahwa Allah yang ada di balik semua kejadian, gampang. Tinggal datang kepada Allah, mengaku salah atas setiap perbuatan yang mengakibatkan ada nikmat-nikmat-Nya yang ditarik-Nya kembali, dan memohon ampun seraya berharap ada Keajaiban Allah dalam kehidupannya. File audio tersebut saya sertakan untuk Saudara-saudara semua. Mudah-mudahan selesai dalam 2-3 hari ke depan.


 


 


 


 


 


 


 

Dan kali ini, saya minta komentar dari peserta semua tentang 3 esai Kuliah Tauhid pendahuluan, termasuk esai yang sekarang ini. Silahkan diimel di imel nya Web Admin KuliahOnline. Atau, dibawa pas ketemuan darat (kopi darat) di Sekolah Daarul Qur'an Internasional di Kampung Ketapang. Sedianya tanggal 30 besok, sore, jam 16.00 ketemuannya. Bawa dah. Untuk sama-sama menjadi bahan pembelajaran. Komentari, kasih catatan-catatan, dan kita diskusikan bersama.


 

Ketika nanti saudara-saudara mendengar audio tausiyah yang berjudul: "Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah?", Saudara akan mendengar pembahasan Kuliah Tauhid, Kuliah Iman. Saya berdoa semoga kita semua menjadi yakin bahwa HANYA ALLAH YANG MENGATUR SEGALA-GALANYA dan DIA BEGITU KUASA UNTUK MENGATUR YANG TERBAIK UNTUK SEGALA URUSAN KITA.

***


 

Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia. Sesuai dengan janji dari ujung esai yang sebelumnya, bahwa kita akan membahas sedikit dari lanjutan kisahnya Ibu Yuyun. Yang lupa bagaimana kisahnya, lihat lagi ya kisah Bu Yuyun tersebut. Bahwa ia dalam satu malam bisa mendapatkan solusi bagi putranya yang mau masuk ke perguruan tinggi.


 

Buat saya, menarik sekali membahasa kisah tersebut. Kalau cerita itu saya penggal hanya di hari itu, maka kesannya memang adalah doanya Bu Yuyun DIKABUL ALLAH DALAM SEHARI SEMALAM.


 

Ya, sorenya Bu Yuyun menerima khabar bahwa anaknya lulus. Lalu malamnya bangun malam bersama anaknya. Kemudian besoknya Allah menurunkan pertolongan lewat seorang paman yang menanggung biaya anaknya Bu Yuyun yang tidak lain adalah ponakannya.


 

Terlihat sangat Kun Fayakuun ya? Satu malam jadi. Satu malam selesai.


 

Jawabannya, bisa ya bisa tidak.


 

Bisa ya, sebab kita lagi belajar nih bahwa Allah itu Begitu Kuasa. Jangankan hitungan jeda satu malam. Tanpa ada jeda pun Allah bisa. Namun bukan belajar namanya kalau kita tidak mengupas lebih jauh lagi.


 

Coba lihat detail cerita sebelumnya:

Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia tidak sendirian dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. Allah selalu menemaninya. Ini yang ia yakini. Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup.


 

Lihat, nampak Bu Yuyun datang ke Allah, jauh-jauh hari sebelum anaknya dinyatakan lulus. Bukan baru malam itu saja ia datang ke Allah. Sekali lagi, dari jauh-jauh hari.

Kita buka lagi lembaran esai kuliah sebelumnya yang belajar dari kisah Bu Yuyun. Saya kembali menukilkan sedikit:


 

Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya. Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang. Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu. Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin, Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah.


 

Dan ini yang kita perlu belajar. Bu Yuyun mendatangi Allah sejak pagi-pagi ia mendapatkan masalah. Bahkan, sebenernya, jauh sebelum ia menghadapi persoalan biaya masuk anaknya ke perguruan tinggi ini, ia sudah berangkat menuju Allah. Ya, ia berdoa dan menitipkan kejadian-kejadian rizki di masa yang akan datang, sedari awal.


 

Bu Yuyun juga punya tabungan yang banyak sekali. Sementara insya Allah kalau melihat kepribadian dari story singkatnya, ia kelihatannya ibu yang salehah, yang sedikit dosanya.

***

Beda Bu Yuyun, beda pula dengan kita. Kebanyakan kita, mendatangi Allah, setelah kita mendapatkan masalah. Atau ketika kita ada keperluan. Meskipun mendatangi Allah, atau mendekatkan diri kepada Allah lewat pintu ini – pintu masalah dan hajat – adalah diperbolehkan (bahkan dianjurkan), namun sering membuat tauhid orang suka rusak.


 

Rusak bagaimana? Andai Allah tidak segera mengabulkan, maka ia akan putus asa. Ia cenderung marah-marah, dan bahkan tidak sedikit menyalahkan orang yang menasihatinya.

Saya sering juga "disesali" orang. Ketika saya suruh seseorang bersedekah, lalu ia bersedekah di pertemuan pertama, dan ia tidak mendapati pertolongan Allah segera datang kepadanya, saat itulah tidak sedikit saya kemudian "disesali" oleh orang tersebut. Bahkan tidak jarang saya "diadili" dan "dipergunjingkan". Padahal andai ia terusin ngajinya, ia lengkapi lagi pengetahuannya, dan ia sabarkan dirinya, insya Allah sedekahnya akan bekerja, ibadahnya akan bekerja.


 

Dengan belajar esai-esai Kuliah Tauhid, saya kepengen kita semua bergerak menuju Allah. Tidak ada yang pernah terlambat mendatangi Allah, hingga ia meninggal dunia. Sedang, meskipun sudah meninggal dunia, Allah masih berbaik-baik sama kita, dengan terus menyuburkan amal kebaikan kita ketika di dunia hingga saatnya nanti kita dihadapkan dengan Hari Hisab.

***


 

Sebagai penyerta KuliahOnline, saya sertakan juga Program Riyadhah 40 Hari. Semacam pesantren personal bagi setiap individu yang bertujuan menjaga rutinitas/keistiqamahan ibadah selama 40 hari. Insya Allah akan diberitahu di esai-esai berikutnya. Tunggu saja.


 

Nah, kelak, bagi yang ikut serta Program Riyadhah 40 Hari, saya betul-betul meminta jamaah yang ingin ikut, membuka diri akan Kebesaran Allah, dan masuk ke program riyadhah dalam kepercayaan penuh dan masuknya juga dengan kekuatan penuh. Namun, sebelum itu, saya meminta kawan-kawan shalat taubat dulu seraya memohon ampun atas segala kesalahan yang barangkali belum sempat dimintakan ampunannya kepada Allah.

Sungguhpun demikian, tidak sedikit juga yang kemudian tidak menampakkan hasilnya, walaupun ia sudah menyelesaikan riyadhah di hari ke-40 nya. Dan sebaliknya, banyak juga yang kemudian mendapatkan berkah padahal ia belum menyelesaikan riyadhahnya. Mengapa? Banyak jawabannya. Dan insya Allah di lembaran-lembaran setelah lembaran ini, satu demi satu akan terkuak dengan izin-Nya.


 

Oh ya, barangkali ada yang ga paham apa itu riyadhah ya? Riyadhah itu exercises. Latihan-latihan. Latihan apa? Latihan ibadah. Ditulis, dicatet, dan dilihat detail eksekusi ibadahnya satu demi satu, hari demi hari, sampe hari ke-40. Dimulai dari tahajjudnya jam berapa? Berapa rakaat? Witirnya ada apa engga? Istighfar di waktu sahurnya? Baca Qur'an di penghujung malamnya? Shubuhannya di masjid apa engga? Dan amalan-amalan yang diperlukan cek-lis nya secara jujur. Mirip seperti anak SD yang membawa buku Ramadhan yang harus ditandatangani oleh ustadz-ustadznya.

Namun satu hal yang saya mau jadikan pembelajaran buat diri saya pribadi. Bahwa ketika saya pribadi masuk dan mendekatkan diri kepada Allah, saya kudu sadar, saya pun lama sekali meninggalkan Allah atau lama sekali tidak memperhatikan Allah sepenuh-penuhnya perhatian. Lalu, masakan ketika baru masuk sudah mau minta diperhatikan dan dijawab? Riangkan hati, bahwa mendekatkan diri saja kepada Allah, sudah merupakan satu keberuntungan.


 

Sampe ketemu di esai berikutnya. Kita berdoa untuk diri kita, keluarga kita, dan bangsa kita, agar hanya Allah saja yang menjadi Tuhan kita. Jangan ada yang lain. Dan agar kita menjadi hamba-Nya yang baik, yang ringan mengerjakan amal saleh, berilmu dan bagus keyakinan dan imannya kepada Allah.


 

Yusuf Mansur


 

October 23, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 05 - Semua Ada Waktu, Semua Ada Akhirnya

Sebagaimana malam yang segera akan berakhir dan berganti dengan pagi. Segala sesuatu juga ada akhirnya. Termasuk segala permasalahan yang kita hadapi. Ia ada ujungnya. Amal saleh kitalah yang mempercepat perjalanan itu.


 

Ada kisah seorang ibu muda. Sebut saja T. Beliau memproses perceraiannya sejak tahun 2001. Gak selesai-selesai. Alih-alih berharap bisa bercerai cepat supaya bisa memulai hidup baru, eh malah beberapa ujian kehidupan muncul. Ibunya menyuruhnya bersabar. "Semua ada waktunya", begitu nasihat ibunya.


 

Setelah sekian tahun, ia diberitahu ibunya agar bersedekah dengan apa yang ia punya. Sedekah yang besar. Bersedekahlah ia.


 

Dua tahunan terakhir, ia perbaiki hidupnya. Bila sebelumnya ia belum berjilbab, ia lalu berjilbab dan memperbanyak taubat. Ia usahakan sering mendatangi pengajian. Kegiatan-kegiatan sosial ia ikuti. Ia lupakan persoalan perceraiannya. Ia segarkan hidupnya dengan Karunia Allah yang lain. Dan memang, banyak manusia yang gara-gara secuplik drama kehidupannya yang tidak enak, lantas kemudian membuat matanya tertutup dari Karunia Allah yang sesungguhnya masih teramat besar. Kesusahan hidup, ga sebanding dengan Karunia Allah berupa "hidup" itu sendiri.


 

Dan akhirnya waktu yang ia tunggu, tiba. 2 tahun sejak ia bersedekah sesuatu yang besar, ia mendapatkan keputusan cerai. Sepertinya tiba-tiba, dan berproses dengan sangat mudah. Beda sekali dengan waktu-waktu sebelumnya.


 

Yang luar biasa, mantan suaminya ini memberinya uang yang sangat besar. Ia mengaku tersentuh dengan ketabahan mantan istrinya, dan ia meminta maaf tidak bisa mengurus anaknya. Sebagai kompensasinya, suaminya ini memberi uang nyaris 1 milyar dari hasil tabungannya pasca bercerai. Bukan harta gono gini. Mantan suaminya hanya minta diikhlaskan segala kesalahannya. Yang membuat ibu T ini agak berdebar dengan cara kerja Allah, mantan suaminya ini bercerita, tabungan yang nyaris 1 milyar tersebut adalah tabungan 2 tahun terakhir. Masya Allah, suaminya ini "bekerja" sebab diatur Allah. Yang mana hasil kerjaannya itu adalah buah sabar dan sedekahnya.


 

Dalam satu kesempatan, si ibu T ini bercerita, barangkali kalau dulu Allah mengabulkan kehendaknya, maka ia mendapatkan hak cerai, tapi tidak mendapatkan uang 1 milyar. Hari gini, uang 1 juta saja besar sekali, apalagi 1 milyar.


 

Saya mengatakan, ya, itulah buah dari dukungan ibunya, buah dari kesabarannya dan hasil kemudahan dan berkah dari sedekahnya… Dan benarlah juga keyakinan orang-orang tua dulu, kalau udah waktunya, ya waktunya. Sebagaimana orang-orang tua yang mengajarkan, kalau udah rizkinya, ya rizkinya.


 

Kadang saya berpikir ya, andai kita tidak melakukan banyak hal, asal kita perbaiki saja hidup kita, cara kita hidup, dan memaknai ulang hidup kita untuk lebih lagi beribadah kepada Allah dan bermanfaat untuk sesama, rasanya hidup kita akan benar dengan sendirinya. Keinginan kita juga akan terjawab dengan sendirinya. Dan masalah akan selesai dengan sendirinya.

Tapi ya setelah dipikir-pikir lagi, engga juga disebut "tidak melakukan apa-apa" bagi mereka yang memperbaiki dirinya. Karena itulah ikhtiarnya. Sama dengan ketika saya menyebut ikhtiar bagi mereka yang bermasalah adalah taubat dan memperbanyak amal saleh. Ada kemudian yang protes, harus tetap ada ikhtiarnya. Saya menyebut, sudahlah, ikhtiarnya ya itu: taubat dan amal saleh (memperbaiki shalat, menambah shalat-shalat sunnah, membaca al Qur'an, sedekah, dll). Sebab nyatanya, tidak gampang loh untuk bisa bertaubat dan beramal saleh. Kalaulah Allah tidak memudahkan jalan, maka jalan menuju pertaubatan dan amal saleh tidak akan mudah jalannya.


 

Belajar dari kasus perceraian berkahnya Ibu T di atas, apa kira-kira yang bisa dipetik oleh Para Peserta KuliahOnline? Ketika ceramah esai ini saya sampaikan langsung, ada yang bertanya, apakah bisa selesai dalam 2 tahun juga apabila Ibu T ini tidak melakukan sesuatu? Lalu yang bertanya ini menjawab sendiri, kayaknya engga ya? Barangkali sedekahnya itu yang mempercepat. Yang lainnya menjawab, keikhlasannya yang mempercepat. Sebab sebelumnya ia tidak ikhlas menerima perceraian itu. Dan yang lainnya itu menjawab, doa ibunya yang juga turut membantu percepatan perceraiannya dan kemudian juga mendapatkan berkah uang 1 milyar.


 

"Perjalanan waktu" bisa dipercepat atau menjadi lambat, salah satunya adalah karena keyakinan kita sendiri kepada Allah, dan amal keseharian kita. Hakikatnya, kalau kita selalu merasa ditemani Allah, maka sesungguhnya tidak akan pernah ada masalah buat kita. Bukankah yang kita cari di dunia ini adalah kedekatan diri dengan Allah? Kalaulah kita harus mendekatkan diri kita melalui pintu masalah, rasanya itulah berkah buat kita.

***


 

Tidak ada yang datang kepada Allah, kecuali Allah pun datang kepadanya.


 

Ada yang berharap ketika ia datang kepada Allah, maka Allah betul-betul datang kepadanya. Datang dengan segenap pertolongan dan kebaikan Allah. Dan Allah pasti datang. Tapi memang Kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Kita hanya bisa memohon, bukan memaksa. Kita hanya bisa meminta, bukan mengatur.


 

Selain Ibu T di atas, adalah Zaidi. Ia bercerita, ia tidak "nyampe-nyampe". Ia mendekati Allah dengan harapan dan doa agar Allah mau membayarkan hutangnya. Segala riyadhah ia tempuh. Namun serasa tumpul benar. Maksudnya, hutangnya tetap ga kebayar-bayar. Sama saja seperti dengan tidak datang kepada Allah. Malah datang ujian-ujian baru kepadanya setelah sekian bulan mendisiplinkan riyadhah. Seakan-akan membenarkan pandangan bahwa kalau mendekatkan diri kepada Allah, ujiannya akan banyak.


 

Zaidi bertanya seperti yang lain bertanya: Koq mengapa tanda-tanda bisa kebayar hutang belum muncul juga? Koq ujian hidup bertambah berat? Koq Allah kayak mengabaikan dia?


 

Saya menyodorkan beberapa jawaban.

Pertama, Allah sedang berkenan menyegerakan segala akibat buruk, dengan jumlah takaran yang sebenernya sudah dikurangi jauh dari yang semestinya diterima. Biar bagaimana, akibat buruk harus diterima. Inilah keadilan-Nya. Jika tidak mau akibat buruk diterima setara dengan keburukan yang harus diterima, maka bertaubat adalah jawabannya. Taubat yang sempurna. Yang serius. Juga amal salehnya harus hebat. Kalau tidak setara, tetap harus ada yang dibayar.


 

Yang begini ini, kurang disadari oleh seseorang. Katakanlah ia pernah berzina. Sedang berzina itu "kontrak susahnya" harus 40 tahun. Atau malah katakanlah ia berzina dalam keadaan ia menjadi suami atau istri dari seseorang. Hukumannya bagi yang berzina dan ia dalam keadaan menikah, adalah hukuman mati. Bayangkan jika sebenernya Allah masih kasih ia kehidupan. Andai pun sepanjang hidup ia pakai untuk pertaubatan, dan penderitaannya ia terima sebagai satu kepatutan yang menggugurkan dosanya, adalah wajar juga kayaknya. Dan itulah Allah. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Ia hukum hamba-Nya dengan memperhatikan segala kebaikan diri orang itu dan diri orang-orang di sekeliling orang itu. Ada yang Allah ringankan sebab ia punya anak yatim. Ada yang diringankan sebab ia pernah membantu seseorang. Ada yang diringankan sebab istrinya mendoakan tanpa henti. Ada yang diringankan sebab orang tuanya senantiasa memanjatkan doa untuknya. Ada yang diringankan sebab anaknya sedang menuntut ilmu. Dan banyak lagi pertimbangan Allah yang tidak kita mengerti kecuali hanya dengan jalan husnudzdzan kepada-Nya. Baik sangka kepada-Nya.


 

Maka jawaban yang berikutnya dari pertanyaan Zaidi di atas adalah justru seputar dosanya sendiri. Bagaimana dosanya dia sebelum akhirnya kemudian berjalan menuju Allah, menuju pertolongan-Nya? Tanyakan dengan jujur. Bila memang dosanya banyak sekali, ya wajar saja kan? Ibarat tagihan dari amal keburukan, amal-amal kebaikan kayaknya buat bayar dulu keburukan-keburukan yang ia lakukan selama itu.


 

Bisa juga dikaitkan bahwa Allah Maha Tahu. Nikmatin saja dulu "kedekatan" diri dengan Allah, dan pembiasaan ibadah tersebut. Jangan-jangan, kalau Allah mempercepat ia selesai dari masalah, malah nanti ga bisa istiqamah lagi ibadahnya. Keburu sibuk lagi, dan keburu lupa lagi. Akhirnya, malah bermasalah lagi.


 

Anggap saja, ibadah dan disiplin ibadahnya ini sebagai latihan keistiqamahan. Apabila nanti hutangnya sudah terbayar, atau ia sudah kembali menjadi pengusaha yang sakses, ia bisa tetap memelihara dhuhanya, bisa memelihara sunnah-sunnah qabliyah ba'diyahnya, bisa memelihara seluruh amalan-amalan wajibnya. Hingga ia bisa menempatkan Allah jauh di atas dunia yang ia cari, yang ia kumpulkan. Ini kan jadi semacam Training-Camp buat dia.


 

Belum lagi soal bala, soal keburukan, dan soal kematian, andai ini bisa dijadikan jawaban yang ketiga. Maksudnya, harusnya ia keluar dari masalahnya, hidup enak dan bahagia dengan amal-amal salehnya. Namun, ia berumur pendek, dan ada bala yang lebih besar yang bakalan datang. Lalu dua hal ini dihapuskan oleh Allah. Bila menyadari hal ini, tambahin saja lagi load kebaikannya. Jangan ragu menambah vomue ibadah. Makin kenceng ujiannya, makin kenceng ibadahnya. Makin keras angin masalah yang menerpanya, makin sungguh-sungguh ibadahnya. Jangan justru malah surut.


 

Jawaban yang ke-empat, ada derajat yang lebih tinggi yang Allah siapkan untuk dirinya. Ya, banyak yang lebih naik kehidupannya setelah kesusahan demi kesusahan ia alami. Ada lebih banyak karunia Allah yang bakal diterima setelah kesulitan hidup yang dihadapinya. Saya pribadi menyadari bahwa sungguh, ada karunia Allah yang teramat besar di balik segala rupa kesulitan dan permasalahan hidup yang dihadapi. Pada permulaannya, ia hanya butuh keikhlasan menerima hidup ini apa adanya, memperbanyak syukur, berpikir positif, dan kemudian menumbuhkan iman dan memperbanyak amal saleh.


 

Dunia, bila terlalu dikejar, juga tidak akan mampu memberikan apa-apa. Dan lagian, setiap perjalanan, termasuk perjalanan mencari solusi, pasti ada akhirnya. Insya Allah jawaban akan Allah berikan. Baru saja beberapa bulan kan? Belum beberapa tahun? Atau katakanlah, baru beberapa tahun. Belum bertahun-tahun. Sedang kalau kita ingat dosa kita, sudah berapa tahun kita kerjakan? Jangan-jangan sepanjang kita hidup, mulai dari akil baligh sampe sekarang ini, hidup kita banyak bener dosanya. Belum sebanding sama amalan ibadah kita.


 

Percayalah, setiap perjalanan ada akhirnya. Hanya karena bebannya berat saja, perjalanan kita cenderung seperti lambat. Tapi, lambat pun, tetap berjalan. Sesungguhnya tidak diam di tempat. Asal kita terus berjalan. Tidak berhenti.


 

Sekali lagi, kejar saja perjalanan waktu dengan amal saleh, dan tetap husnudzdzan kepada Allah. Tetap positif kepada Allah.


 

Sampe ketemu di esai perkuliahan tauhid berikutnya. Kepada Allah juga kita memohon agar Allah bukakan terus mata hati kita tentang Kebesaran dan Kekuasaan-Nya. Baarokawloohu lanaa. Amin.


 

Yusuf Mansur


 

October 27, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 06 - Allah Tidak Pernah Meninggalkan Kita


 

Andai kita menebus segala kesalahan kita dengan dunia yang kita punya, lalu kita mendapati Allah di sisi kita, tentu ini adalah proses pendekatan diri kepada Allah yang murah adanya.


 

Seorang bapak datang dalam keadaan bermasalah. Namun berbeda dengan yang lain. Ia datang dengan senyuman. Ia berbagi pengalaman, bahwa ia senang Allah bangkrutkan.


 

Saya sudah tahu kemana arahnya pembicaraan dia. Tapi saya biarkan.


 

"Kalau saya tidak dibangkrutkan Allah, saya sudah akan terlalu jauh dari Allah," begitu katanya. "Sangat jauh malah. Saya banyak bermaksiat dengan rizki dan jalan yang justru sesungguhnya diberikan oleh Allah," katanya lagi.


 

Saya kemudian bertanya sedikit kepadanya, "Apa yang didapat setelah jauh dari Allah?"


 

"Ketidaktenangan. Ketidaktahuan tujuan hidup. Dan yang lebih jelas lagi, dosa".


 

"Dosa?"


 

"Ya, dosa. Makin lama Allah biarkan saya dalam kekayaan, makin banyak rasanya dosa saya. Jangankan urusan yang nyata-nyata sebagai dosa. Urusan meninggalkan shalat sunnah saja kan sebenernya dosa. Ngentengin sunnah. Begitu kan kata Ustadz?"


 

"Ya. Betul. Ngentengin sunnah juga merupakan dosa. Kalau terlalu lama ninggalin sunnah, ya bermasalah juga jadinya. Apalagi kalau yang ditinggalkan itu adalah sunnah-sunnah muakkad; sunnah tahajjud, sunnah dhuha, sunnah qabliyah ba'diyah".


 


 

"Nah ustadz, saya bahkan mulai menyepelekan shalat wajib. Saya ngebayangin, betapa saya menzalimi Allah yang sangat sayang kepada saya. Hingga saya bersyukur bahwa saya diberi- Nya karunia kejatuhan ini".


 

Luar biasa. Sahabat saya ini sudah berhasil menaruh baik sangkanya kepada Allah, dan berhasil memetik hikmahnya.


 

Di dalam program Ihyaa-us Sunnah (Program Menghidupkan Sunnah), yang juga akan menjadi program menarik semua peserta KuliahOnline untuk menebus dosa (he he he), dan untuk mengangkat derajat, memang nyata-nyata dipelajari bahwa di balik sunnah itu ada kejayaan. Hamba-hamba Allah memang banyak yang sudah menyepelekan sunnah. Pengertian sunnah masih: "Kalau dikerjakan mendapatkan pahala, kalau tidak dikerjakan, tidak mengapa". Akhirnya, bener-bener tidak mengapa: "Cuma sunnah ini", begitu kata sebagian dari kita. Padahal, menjaga sunnah adalah sesuatu yang terpenting yang benar- benar berpengaruh kepada kualitas hidup kita.


 

"Terus, apa yang terjadi?", tanya saya lebih lanjut kepada beliau.


 

"Ya, namanya orang bangkrut, hidup saya penuh dengan masalah. Tapi semakin besar masalah saya, semakin saya bersyukur. Dalem sekali rasa syukur saya. Saya anggap, beban masalah saya adalah pengurangan dosa saya. Semakin berat, maka akan semakin besar pengurangannya. Saya ikhlas menjalani ini ustadz. Ridha sekali. Daripada dipendem di kuburan yang mengerikan, ini saya terima. Saya terima perlakuan dan intimidasi orang-orang yang uangnya di saya dan saya tidak bisa mengembalikan. Saya terima cacian dan makian keluarga saya, saya terima sikap tidak pedulinya kawan-kawan yang kadang menyakitkan saya sebab saya begitu memperhatikan mereka. Saya terima semuanya."


 

Bukan saya berbangga diri. Dia cerita bahwa buku Mencari Tuhan Yang Hilang, buku perdana saya, yang sudah lumayan membentuk kepribadian dia ini. Alhamdulillah, katanya, buku tersebut banyak berisi persoalan-persoalan tauhid, iman, kepasrahan, tanggung jawab, amal saleh, dan lain-lain sebagai bekal di soal kehidupan.

"Apa doa saudara setelah saudara dekat dengan Allah?", pancing saya.

"Saya berdoa, agar masalah saya jangan cepat selesai kalau saya belum kuat imannya. Biar saja saya begini dulu. Dunia ramai sekali di luar diri saya, tapi saya merasakan hebatnya bersepi-sepi dengan Allah".

"Terus, nasihat apa yang saudara harapkan dari saya?"


 

"Saya hanya pengen ketemu ustadz saja. Ga lebih".


 

Dia bicara banyak sekali. Dan saya kira, kedatangannya justru nasihat untuk diri saya. Semakin kaya, semestinya makin hebat shalat wajibnya, makin rajin shalat sunnahnya. Makin jaya, makin bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah. Makin berterima kasih pada-Nya. Bukan sebaliknya. Terlalu mahal tebusannya bila kita tergolong sebagai golongan orang-orang yang melupakan Allah.

Dia juga mengingatkan tentang diri saya sekian tahun yang lalu. Ketika saya pompa diri ini, bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan saya. Allah tidak akan pernah mengabaikan saya. Allah tidak akan pernah tidak mau menolong. Allah akan selalu menolong. Orang ini mengingatkan saya banget-banget, bahwa ketika Allah ada di kehidupan kita, maka segalanya akan mengalir bahagia. Biarlah Allah yang mengatur hidup kita. Biarlah. Hingga nanti saatnya datang, Allah akan mengulurkan pertolongan-Nya, dan mengangkat derajat kita. Sementara itu, Allah mempersiapkan diri kita untuk menjadi individu yang lebih baik lagi yang lebih hebat lagi. Maka manakalah Allah sudah mengangkat kembali hidup kita, insya Allah dengan izin-Nya, kita akan menjadi manusia-manusia yang banyak manfaatnya.


 

"Ustadz, sungguh, saya sedang menunggu takdir Allah terhadap diri saya. Saya belajar dari ustadz. Saya mau memahami bahwa eposide kehidupan saya belumlah berakhir di sini. Masih panjang kan Ustadz…?".


 

Saya selanjutnya membiarkan ia bicara.

Kelihatan sekali sebenernya tatapan matanya hampir kosong. Namun iman di hatinya, dan secercah ilmu, sudah menjadi bara di tengah kehampaannya. Semoga ia kuat. Dan dia pasti kuat, insya Allah. Allah teramat suka sama manusia-manusia yang percaya bahwa diri-Nya pasti mengatur yang terbaik.

***


 

Apapun keadaan dan kejadiannya, tetaplah baik sangka kepada-Nya.


 

Ketika bercerita tentang keyakinan kepada Allah, saya adalah termasuk orang-orang yang berusaha belajar meyakini bahwa Kekuasaan Allah itu ada, Pertolongan Allah itu ada, dan keyakinan-keyakinan lain yang positif. Saya males mengikuti bayangan buruk pikiran buruk. Sungguhpun kadang kejadiannya memaksa saya untuk berpikir buruk. Misalnya begini, saya punya urusan, lalu urusan itu kelihatannya tidak selesai. Malah cenderung bertambah besar. Saya mah tetap saja maunya positif. Segera saja saya banting kepada pemikiran, "Ga apa-apa masalah bertambah besar, asal dosa saya semakin besar yang diampuni Allah. Ga apa-apa masalah bertambah besar, asal rizki juga bertambah besar".

Tapi kemampuan untuk meyakini Allah dan berpikir positif itu memang setelah mengalami sendiri pasang surut kehidupan, dan kemudian menerima pengajaran-pengajaran tentang iman dan kasih sayang Allah dari orang-orang yang positif memandang Allah dan kehidupan ini.


 

Ada seorang kawan yang tambang emasnya direbut orang. Bayang-bayang jatuh miskin, sudah di mata benar. Tambang emas yang baru saja diperpanjang hak tambangnya, dan sudah ditanam investasi dari hasil hutangan baru, tiba-tiba saja harus direlakan pindah tangan. Istilah-istilah hukum dan ekonomi modern, membuat dia harus melihat dengan telanjang aset dan perusahaannya pindah tangan.

Jadilah dia kemudian nestapa, merana, hidup penuh tekanan, penuh hutang, sendiri, gelap, dan putus asa.


 

Tapi, ups! Kata siapa?


 

Loh bukannya tertulis begitu? Jadilah dia kemudian nestapa, merana, hidup penuh tekanan, penuh hutang, sendiri, gelap, dan putus asa.

Ya, tapi kan yang nulis situ.

Lah, bagaimana sih ini?

Ya, situ yang bagaimana? Koq maen nulis sendiri kesimpulannya?

Oh, belum selesai ya?

Belum.

Yang benar, bagaimana?

Mestinya, ia kemudian nestapa, merana, hidup penuh tekanan, penuh hutang, sendiri, gelap, dan putus asa. Harus pakai "mestinya". Sebab nyatanya dia tidak.


 

Loh, sampeyan ini siapa?


 

He he he. Iseng saja. Biar nulisnya ga jenuh. Ini habis pulang dari rumah sakit. Saya rindu mengajar. Saya kudu ngajar besok pagi. Online. Lewat website www.kuliahonline.wisatahati.com.


 

Kalo lagi jenuh, lagi letih, kan "saya" suka muncul.


 

Jadi, bagaimana dengan dia?

Pengusaha ini tetap tegar. Dia memang kehilangan banyak hal. Tapi dia belum kehilangan semangatnya. Dia belum kehilangan ilmunya. Dia belum kehilangan buyer nya. Dia belum kehilangan keluarganya. Dan yang lebih penting, dia masih punya Allah dan sul-Nya. Itu yang membuatnya ga jadi merana dan ga jadi nestapa.


 

Subhaanallaah!


 

Tapi berkembang ga tambang emasnya?

Engga.


 

Lah???!!!


 

Ya, engga. Sebab nyatanya emang susah.


 

Dia rontok. Asli rontok. Mana perempuan lagi.


 

Terus, jadi dong merana dan nestapanya?


 

Kenapa sih? Kayaknya kudu merana dan nestapa dulu ya untuk kemudian bangun, bangkit, dan jaya kembali?


 

Ya habis situ yang bilang dia akhirnya rontok. Terus mau kemana lagi dia?


 

Ke Allah. Dia terus aja maju ke Allah. Dia memilih ga mau percaya bahwa dia bener-bener habis. Dia terus saja berjalan. Sekelilingnya menertawakan dia. Mencemooh dia, sebagai pengusaha yang gagal, sekaligus sebagai ibu dan istri yang gagal. Ga kebayang dah kalo kita yang menjadi dia.


 

Hutang bank nya?


 

Makin banyak. Dan tidak sedikit yang sudah pindah tangan. Di sisi yang satu ini saja, dia menuai musuh-musuh baru yang berasal dari keluarga. Beberapa aset yang disita adalah aset keluarganya yang dijadikan pinjaman.

Weh, repot juga ya?


 

Engga tuh. Dia ga merasa repot.


 

Wuah, itu mah namanya ga berperasaan.


 

Situ boleh menyebutnya ga berperasaan. Tapi dia memilih menyebutnya sebagai pasrah.


 

Ga ada ikhtiarnya?


 

Nah ini bedanya. Pasrah itu pekerjaan hati. Sedang ikhtiar itu pekerjaan fisik. Dan otak barangkali. Ia pasrah dalam kendali Allah. Tapi tidak pasrah dalam ikhtiar. Ia berdoa siang malam. Ia tetap berusaha mencari petunjuk sama Allah. Hingga kemudian ketika tidak ada satu pun lembaga hukum yang bisa membantunya -- sebab katanya kesalahan administrasi hukum dan ekonomi adalah kebodohannya – saat itulah pertolongan Allah datang. Ada satu peristiwa hukum dan ekonomi juga antara dirinya dengan penguasa daerah dan pusat, yang menyebabkan rentetan juga peristiwa hukum dan ekonomi yang berputar. Dengan kejadian itu, Allah mengembalikan begitu saja asset yang sudah pernah diambil-Nya (kesejatian semua kejadian), lewat tangan orang lain. Bahkan hebatnya nih, asset itu dikembalikan Allah dalam hitungan yang berlipat-lipat baik dalam hal asset, permodalan, maupun hal-hal lainnya. Barangkali ketika di tangan seterunya si pengusaha ini, sang seteru itu merasa sudah pasti asset perusahaan tambang emas itu jadi miliknya. Jadi, ia kembangkan mati-matian. Nyatanya, malah balik lagi ke pemilik asli.


 

Bagaimana urusannya?


 

Klir. Rapih. Mereka-mereka yang sempat "mengadili", menyaksikan kebesaran Allah. Betapa Kuasa-Nya bekerja di kehidupan orang-orang yang kuat mentalnya. Pengusaha yang sempat terjerembab ini sudah berhasil mempertahankan imannya. Ia bahkan terdorong lebih lagi menuju Allah. Akhirnya apa? Akhirnya ia bangkit lagi.

Subhaanallaah ya?


 

Kamu ini, bukannya mikir. Malah saya yang mikir. Saya yang ngetik. Saya yang bercerita. Bukannya seharusnya Kamu?

Loh, tadi kan Kamu sendiri yang nyelang? Ya ga apa-apa toh? Kan sama saja. Situ kan saya juga. Iya kan?


 

He he he. Iya juga.


 

Peserta KuliahOnline, bingung ya? Mudah-mudahan engga. Ini cara saya menulis. Kalau saya letih, saya punya kembaran, yang kembaran saya inilah yang saya biarkan maju. Bahkan ketika saya berceramah!


 

Ga apa2, asal jangan "saya" dimunculkan pas nyetir saja! He he he. Bisa modar.


 

Yah, begitu dah. Allah mempersiapkan kenaikan derajat pengusaha ini pada porsi-Nya. Tidak ada training yang lebih hebat daripada training kehidupan di mana Allah bertindak langsung menjadi Grand-Master Trainernya.


 

Subhaanallaah! Maha Suci Allah yang tidak pernah salah dalam mengendalikan, menentukan, dan mengatur sesuatu. Termasuk tentang kehidupan ini.


 

Saudara-saudaraku semua. Mestinya, besok, Sabtu tanggal 30 Agutus 2008 sore, kita berkumpul di Sekolah Daarul Qur'an Internasional. Semoga Allah menerangkan benderangkan langit, tapi dalam kesejukan. Memberi Saudara semua rizki-Nya sehingga Saudara bisa datang berkumpul, untuk sama-sama belajar, berbagi dan bersaudara. Subhaanallaah, inilah kumpul-kumpul pertama antar-pengguna web www.wisatahati.com, sejak nama website ini ada di kepala saya ketika saya berada di dalam tahanan kepolisian di tahun 1999! Saat itu saya kepengen berpikir untuk duluan memesan nama web ini, sebab entah mengapa nama wisatahati kuat sekali ada di pikiran saya saat di penjara itu.


 

Insya Allah bagi yang datang, saya akan bercerita tentang latar belakang Wisatahati sedikit ya? Insya Allah. Ok, sampe ketemu. Insya Allah mulai hari-hari selanjutnya, kita masih akan belajar tauhid. Tapi sudah mulai menukik ke urusan ibadah keseharian. Insya Allah. Yah, dua tiga hari dah. Mudah-mudahan yang sabar ya belajarnya. Ajak-ajak juga saudara-saudara dan kawan-kawan yang memiliki kemudahan akses internet untuk sama-sama mendaftarkan dirinya di KuliahOnline. Jangan lupa, sebar luaskan ilmu yang didapat ini.


 

Loh, katanya udah "Ok, sampe ketemu"? koq masih terus nulis?


 

Iya, iya. Ini juga udah ada tamu. Di depan rumah. Dari kawan-kawan PPPA (Program Pembibitan Penghafal al Qur'an).


 

Padahal masih pengen nulis ya?


 

Iya.


 

Ya sudah, nulis saja terus. Ga apa-apa, tamu mah suruh nunggu juga, nunggu.

He he he. Jangan. Nanti malah ga hormat sama tamu. Kalo ga hormat sama tamu, kata Rasul, ga beriman.


 

Tapi kalo tamunya namunya gini hari? Malem-malem?


 

Tamu nya udah bilang koq.


 

Oh, kalo ga bilang, ga dilayanin?


 

Ya dilayanin juga. Asal bener-bener sehat, dan bener-bener lega nafasnya. Sebab kadang ga ada jeda buat nafas saking padatnya jadwal ngajar, tabligh dan syiar.


 

Tuh kan, panjang lagi?


 

Lah, situ kan yang mula-mulain.


 

Iya, iya. Sudah. Silahkan shut-down

komputernya, dan temui dulu tetamunya.


 

Makasih ya.


 


 


 


 


 

Saudara-saudaraku, peserta KuliahOnline, sampe ketemu ya di Sekolah Daarul Qur'an Internasional, di Kampung ketapang, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Cipondoh. Mudah- mudahan ga pada nyasar.


 

Iya.


 

Loh…??? Nyahut lagi…???


 

He he he. Maka nya, udah buruan shut-down dah yaaaa….


 

Yusuf Mansur


 


 

November 12, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 07 - Perjalanan Tauhid Perjalanan Keyakinan

Tanggal 30 Agustus 2008, diselenggarakan pertemuan tatap muka (kopi darat) antar-peserta, pengelola web, dan saya. Tapi saya meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Peserta KuliahOnline yang datang di pertemuan kemaren sore sebab saya harus keluar dari pesantren.


 

Subhaanallaah, saya berdoa semoga semuanya menikmati sajian Allah di dalam kehidupan pesantren yang mereka berada di dalamnya. Ketika saya memonitor lewat handphone, terdengar suara asaatidz pondok beserta para santri yang mengaji surah al Waaqi'ah yang mudah-mudahan diikuti oleh semua Peserta KuliahOnline. Maghrib dan isya juga dilakukan di pesantren bersama-sama dengan para calon Penghafal al Qur'an yang dibina di Daarul Qur'an.


 

Saya meminta maaf tidak bisa menjamu kawan-kawan semua dengan sempurna sebab ketidakhadiran saya. Sungguhpun kami sudah berusaha memberikan yang terbaik, tapi tetap saja semua beranggapan kurang asem garem. Sebab sayanya tidak hadir. Padahal biasanya kan memang juga tidak hadir, he he he. Namanya juga KuliahOnline, he he he. Dan saya kira, sebab-sebab yang begini inilah kemudian dicari sistemnya dalam sistem Online. Sesuatu pelajaran dan atau pengajian yang digelar tanpa kehadiran fisik. Alhamdulillah, acara kemaren sore berjalan juga satu dua misi. Di antaranya mempertemukan peserta KuliahOnline dengan tim IT WebOnline dan juga bertemunya para peserta KuliahOnline satu sama lainnya dari berbagai entitas dan daerah. Dan saya kira ini adalah salah satu manfaatnya juga. Apalagi mereka bisa makan makanan pondok. Sesuatu yang barangkali jarang-jarang terjadi bagi sebagian yang lain.


 

Waba'du, saya udah usahakan untuk hadir. Ketika saya tetapkan tanggal 30, sesungguhnya itu juga adalah doa buat bayi saya. Saya berharap Allah subhaanahuu wata'aala memulangkan bayi saya di siang harinya. Biar kedatangannya di sore hari di rumah bisa disambut para santri, asaatidz dan tamu-tamu istimewa saya; peserta KuliahOnline. Saya undang juga beberapa komunitas Wisatahati di sana, seperti Peserta Pesantren Riyadhah, Peserta Kuliah Tatap Muka nya Wisatahati yang sempat diselenggarakan (sementara udah ditutup), dan beberapa simpul donatur. Ternyata Kehendak Allah lain. Saya masih bersama bayi saya. Dan malah saat itu, terjadi hal-hal yang sungguh akhirnya saya malah pulang ke rumah jam 23.30!!! saya harus memainkan peranan sebagai ayah yang baik, suami yang baik, anak yang baik, mantu yang baik, pimpinan pondok yang baik, bahkan kawan yang baik bagi seorang kawan yang mau bunuh diri pada malam itu! Wuah, komplit. Saya berdoa kepada Allah agar peserta KuliahOnline yang datang kemarenan bersilaturahim diberikan keberkahan tersendiri sebab kedatangannya ke tempat yang banyak sekali amal di dalamnya (pesantren).


 

Alhamdulillah, di situasi-situasi seperti ini (full-traffic) akhirnya Allah mengizinkan KuliahOnline ini berjalan. Salah satu manfaatnya adalah ketidakterbatasannya waktu. Bagi yang tidak bisa mengakses harian, ia bisa mengumpulkan dalam beberapa hari. Baru kemudian diikuti materinya dalam hitungan sekali belajar sekian materi. Namun saran saya, akan tidak efektif rasanya belajar seperti itu. Itu kan sama saja saudara belajar di SMP-SMU tapi ga masuk-masuk. Sekalinya masuk, di beberapa hari menjelang ujian saja. Luangkanlah waktu Saudara. Insya Allah apa yang Saudara pelajari dan apa yang Saudara akan pelajari, bermanfaat untuk kehidupan saudara dan keluarga saudara. Apalagi bila saudara berkenan sedikit repot dengan membagi pelajaran-pelajaran yang saya bagikan ini kepada orang lain. Insya Allah akan bertambah-tambah banyaklah amal kebaikannya. Dan itu pun, kalau Saudara berkenan membagi-bagikan pelajaran, dicicil juga. Jangan dikasihkan sekaligus. Saya khawatir. kalau dikasihkan sekaligus, akan menjadi bacaan biasa. Tidak merupakan kuliah berseri yang akan membentuk kepribadian. Haus ya haus. Tapi ya biasa aja. Biar ga kembung, he he he. Sementara tetap ada banyak yang bertanya, kenapa sih engga dibuka aja kanal-kanal materi lain? Kan materi-materi itu juga bisa dicicil belajarnya? Engga. Saya bertahan untuk memberikan kuliah-kuliah fundamental ini. Dan saya berdoa agar semuanya diberi kesabaran.


 

Tentang kejadian bayi saya, ada cerita menarik yang saya akan tuliskan sebagai esai kuliah mendatang. Saya menulis ini habis shubuh. Subhaanallaah, sebelum tahajjud saya sempat bermain dengan Muhammad Kun Syafi'i, kakaknya Muhammad Yusuf al Haafidz bayi saya. Kun baru berusia 1 tahun 1 bulan. Dia sudah punya adik lagi, he he he. Produktif ya. Saya menyempatkan berbagi tengokan. Kadang ke pesantren di Bulak Santri. Kadang ke pesantren di Ketapang. Dua tempat yang merupakan karunia buat negeri ini. Di keduanya berkumpul santri-santri yang menghafalkan al Qur'an untuk disebarluaskan lagi ke seantero buminya Allah.


 

Di edisi mendatang, Kekuasaan dan Keajaiban Allah di bayi saya, mudah-mudahan menjadi pengajaran buat kita bahwa Allah itu memang patut diyakini Keberadaan-Nya dan ga boleh lagi ada keraguan! Sungguh, Dia ada banget-banget. Ga jauh-jauh dari kita. Bahkan di surah al Waaqi'ah yang kemaren Peserta KuliahOnline baca bersama para santri, ada bahagian ayat yang berbunyi: "Dan Kami sesungguhnya teramat dekat dengan kalian, tapi kalian tidak bisa melihat".


 

Tapi sebelum saya jadikan kondisi bayi saya dan apa yang terjadi di seputaran waktu terakhir-akhir KuliahOnline ini saya selangkan sebagai materi kuliah, kita bahas dulu materi kuliah sambungan yang memang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Bismillah ya. Kita berdoa terus agar Allah semakin memperkenalkan diri-Nya dengan diri kita dan semakin sayang kepada kita, sungguhpun kita sering menyakiti-Nya, sering mengecewakan-Nya, sering bertanya tentang Pertolongan dan Kuasa-Nya, dan sering mengeluhkan tentang rizki-Nya di saat mestinya Dia marah dengan kelakuan kita. Subhaanallaah astaghfirullah.


 

Oh ya, kali ini istimewa. Saya sajikan langsung 5 esai kuliah yang mestinya saya bagi menjadi 5 esai kuliah buat 5 hari ke depan. Sebelum meneruskan menyiapkan esai hari ini, saya sempatkan membaca imel-imel yang masuk, pertanyaan-pertanyaan yang masuk, ke meja redaksi. Mudah-mudahan kebijakan saya yang sudah saya langgar ini (mestinya tetap esai ringan per pertemuan, dan berlangsung terus menerus selama 41 hari), menjadi sebuah percepatan yang diridhai Allah. Adapun maksud dan tujuan saya adalah sekaligus sebagai bekal masuk ke bulan suci Ramadhan (sewaktu esai ini dinaikkan, adalah satu hari menjelang tanggal 1 Ramadhan, web admin). Memang kuliah ini bukan kuliah khusus tentang Ramadhan, tapi perkara tauhidnya sangat-sangat terkait dengan Ramadhan. Kalaupun tidak terkait, kelak ia akan terkait juga. Harapan saya, agar Ramadhan ini menjadi bulan penuh support dari Allah dalam upaya kita mencari diri-Nya.


 

Ok, mari kita pelajari 5 esai berikut ini.


 

***


 

Bercanda Dengan Allah

Ketika kita dilanda kesusahan, "bercandalah" dengan Allah.


 

Seberapa percayanya kita sama Allah? Ini yang menjadi pertanyaan tauhid dan iman kita pada-Nya. Allah akan bekerja sesuai dengan kepercayaan kita pada-Nya. Memang kadang sesuatu berjalan "seperti" tidak sesuai kepercayaan kita pada-Nya. Tapi yakinlah, kita akan kaget sendiri manakala kita teguh berdiri pada apa yang kita yakini.


 

Tahun 1999, saya lepas dari penjara kepolisian. Sebab ada perjanjian tidak tertulis (damai), bahwa unsur pidana akan dihilangkan jika saya menerima kasus ini betul-betul dijadikan kasus perdata. Saya menerima. Padahal saat itu, untuk menerima kasus ini, berat. Saya tidak berada langsung di balik kasus ini. Ini kasus saya yakini sebagai kasus-kasus istidraj. Istidraj ini artinya dimainkan Allah. Kita punya salah di jalan A, tapi Allah hidangkan kesusahan ketika kita berjalan di jalan B. Maka kasus ini saya terima, dengan pertimbangan mudah- mudahan Allah memaafkan kesalahan saya di tempat lain yang barangkali hukumannya adalah ini.


 

Tapi efek dari penerimaan ini, saya bilang di atas, berat. Apalagi untuk kondisi saya saat itu. Saya harus membayar 86 juta rupiah dalam waktu hanya 1 bulan. Kalau tidak, maka kasus ini dinaikkan lagi, dan terus berlanjut sampe ke LP. Dan saya "diwajibkan" untuk menyerahkan diri sendiri tidak perlu dijemput petugas. Begitu.


 

Kondisi saya saat itu, sebagaimana saya ceritakan dalam buku "Mencari Tuhan Yang Hilang", bener-bener minus. Keluarga nyerah. Sebab emang 86 juta itu bahagian dari hutang 1 milyaran yang harus saya bayar. Kawan-kawan juga pada minggir semua. Ga ada. Kemudian bayangan bakal kebayar, ga bakal ada. Boro-boro buat bayar, buat ongkos pulang dari kantor kepolisian menuju rumah transitan (saya belum bisa pulang sebab satu dua hal saat itu) saja saya bingung. Dan setelah pulang nanti, makan apa, pakai pakaian apa, saya bingung.


 

Saudara-saudaraku peserta KuliahOnline. Kondisi saya saat itu parah. Pakaian, hanya selembar. Bener-bener hanya selembar. Selama 14 hari saya di dalam tahanan, saya tidak ganti baju! Dan tentu saja saya tidak pakai lagi celana dalam, maaf. Duh, hampir nangis nih saya nulis ini. Tapi saya ga bisa nangis. Sebab sambil saya nulis ini, saya sambil jagain si abang Kun (putra ketiga saya yang masih berumur 1 tahun 1 bulan tadi), dan sesekali jawab-jawab sms dari TV dan dari kawan-kawan pondok yang butuh koordinasi cepat. Kalau saya hanya menulis tentang ini, niscaya saya sudah akan menangis.


 

Tapi perjanjian itu saya iyakan saja. Saya ga mau mikir jauh. Yang penting bisa keluar dulu, he he he. Cuma, saya pasang niat bener. Bahwa saya bener-bener akan bayar.


 

Nah, saat itulah saya bercanda sama Allah. Saya menikmati betul candaan itu. Deket sekali terasa Allah itu. Dan memang Dia itu dekat.


 

Begini, kan ketahuan tuh bahwa saya secara hitungan matematis ga bisa bayar? Bila saya ga bisa bayar dalam satu bulan, maka saya harus menyerahkan diri lagi. Tapi darimana nyari 86 juta dalam 1 bulan? Terutama dalam keadaan saya seperti itu? Saat itulah, semua prinsip-prinsip dasar Wisatahati, dimulai dipraktekkan. Tapi belum ditulis saat itu. Di antaranya: konsentrasi jangan di 86 juta. Tapi di pencarian menuju Allah saja; nyari ridha-Nya, nyari ampunan-Nya. Untuk masalah? Jangan dipikirin! Ntar stress sendiri. Sampe sini, kelihatannya ga adil ya? Biar saja. Allah yang tahu hati saya. Sungguh, dengan cara begini, saya justru sedang berikhtiar membayar 86 juta tersebut! Persis dalam waktu 1 bulan. Saya ga tahu saya bisa bayar atau tidak. Tapi yang saya paham, Allah pasti bisa. Jadi, ngapain juga saya pikirin, biar saja Allah yang mikirin! Gitu lah pikiran saya. Biar saja Allah yang urus. Biar saja Allah yang akan menyiapkan sejumlah uang tersebut. Dengan cara-cara-Nya. Bukan dengan cara-cara saya.


 

Lalu apa yang saya lakukan? Saya melakukan perbaikan dan perubahan di ibadah-ibadah saya saja; shalat ditepatwaktuin, shalat-shalat sunnah qabliyah ba'diyah, dhuha, tahajjud, witir, baca al Qur'an, zikir, dipolin. Ikhtiar saya apa? Ya itu lah ikhtiar saya. Kan susah loh menjaga rutinitas ibadah dalam keadaan puyeng? Iya ga? Yang ngalamin ini yang bisa jawab dah.


 

Selebihnya, saya menawarkan kepada Allah menjadi tentara-Nya. Saya ngajar sana sini, ngajar al Qur'an, ngajar komputer, ngajar bahasa, ngajar madrasah, dan lain-lain. Gaji-gaji dari kerjaan-kerjaan saya itu, saya polin buat Allah. Saya tahu ga bakalan mungkin cukup kalau saya tabung. Jadi, saya ambil saja buat makan, selebihnya tos-tosan saja buat Allah. Hingga di pertengahan bulan, saya megang uang nih, dari hasil jualan es dan jadi tukang fotokopi. Besarnya 27.500 rupiah. Uang ini saya timang-timang. Saat itu melintas di pikiran saya, mau bercanda sama Allah!


 

Saya datangi sekolahan di belakang saya bekerja sebagai tukang fotokopi. Saya minta dihadirkan satu anak yatim yang pintar untuk saya bayarin SPP nya bulan itu. Dihadirkanlah satu anak yatim. Permpuan. Namanya Ummi. Saya katakan padanya, bayaran sekolahnya, bulan ini, saya yang bayarin.


 

Habis saya bayarin itu, saya gelar sajadah. Saya sujud. Saya katakan kepada Allah yang bagi sebagian yang lain kalimatnya mungkin aneh. Tapi bagi saya, biar saja. Itu ungkapan saking deketnya saya sama Allah. Kurang lebihnya, "Ya Allah, saya udah bayarin tuh satu anak yatim SPP nya. Dan Engkau juga tahu, kalau bulan depan, yang tinggal dua minggu lagi, saya ga bisa bayar hutang yang dibebankan kepada saya, maka saya dipenjara lagi. Ya Allah, tinggal Engkau pilih dah. Kalau Engkau masih tetap membiarkan saya bebas, dan ada waktu, maka saya terusin bayarannya tuh anak yatim. Tapi kalau engga, ya saya bayarin lagi. Sebab ga bisa bayar lagi emangnya".


 

Habis itu saya bangun dari sujud, dan segar rasanya. Saya yakin sekali Allah tidak akan mengambil keputusan saya ditangkep lagi. Sebab tarohannya anak yatim. Saya tertawa kecil, seraya meminta maaf kepada Allah.


 

Dua minggu kemudian peristiwa yang saya sempat khawatirkan, tidak terjadi. Ya, saya boleh sombong sedikit. Saya katakan, saya sempat khawatir saja, bukan khawatir. Sebab apa? Sebab saya serahkan sepenuhnya kepada Allah. Kenapa saya harus khawatir. sudah dengar kan audio yang saya upload? Judulnya: Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah? Ya, itulah yang terjadi sama saya.


 

Nah, karena saya "lolos", ya saya jalanin janji saya. Saat itu hutang tetap belum lunas. Saya kemudian sadar, doa saya belum sempurna. Kali ini saya sempurnakan.


 

Saya datang lagi ke sekolah tersebut, saya bayarin lagi SPP anak tersebut. Kemudian saya balik lagi dan sujud, seraya mengatakan (kurang lebih), "Ya Allah, makasih. Udah nolongin saya. Tapi saya hanya bebas doangan sementara. Sebab hutangnya belum selesai. Ya Allah, saya akan tambahin dari sekarang, 1 SPP lagi untuk 1 anak yatim yang lain. Saya mohon kepada-Mu ya Allah, kali ini, dengan wasilah amal ini, bayarkanlah hutang tersebut".


 

Subhaanallah, Allah rupanya juga bercanda bersama saya. Masalah itu insya Allah bergulir sempurna penyelesaiannya. Dan tahu ga? Anak yatim kedua yang saya bayarin, namanya Maemunah. Dan Maemunah ini beberapa bulan kemudian jadi istri saya! Maemunah saat saya nikahi, masih duduk di bangku SMP kelas 3. Dan dia satu sekolah dengan si Ummi tadi. Secuplik kisah-kisah saya, saya tebar di berbagai buku saya. Silahkan dikoleksi ya. Saya bukan promosi, tapi sedang jualan, ha ha ha.


 

Ya sudahlah. Inilah kisah saya. Saya anggap ini kisah perjalanan tauhid. Kisah perjalanan saya mencari Tuhan. Mencari Tuhan yang hilang dari diri saya, dari hati saya. Maka nya kelak kemudian kisah-kisah perjalanan saya diberi judul: Wisatahati Mencari Tuhan Yang Hilang.


 

Di esai KuliahOnline berikutnya, kita akan pelajari kisah hebatnya keyakinan seorang tukang nasi yang kemudian membawanya pada perubahan hidup. Ya saudara-saudaraku, jika kita percaya dan yakin sama Allah, insya Allah hidup kita akan berubah ke arah yang kita kehendaki. Semua memang butuh perjalanan waktu, tapi percayalah, perjalanan waktu ini akan sampai juga. Sampe ketemu di esai berikutnya.

***


 

Air Gula Untuk Bayiku

Saya yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan amal kita. (IS)


 

Awal tahun 2007, IS menonton TV. Di sana ada saya katanya sedang bertutur, bahwa kalau mau ditolong Allah, tos-tosan saja sedekahnya. Dan insya Allah akan diganti sama Allah dalam 1 minggu. Itu kalau kita percaya Allah menggantinya dalam 1 minggu.


 

Saat itu, ia ada uang 1 juta. Uang itu sejatinya ditahan untuk tabungan bayar kontrakan yang 2 bulan lagi bakalan habis. Juga susu anak, listrik, dan lain-lain.


 

IS dan istrinya sepakat untuk menyedekahkan uang itu, dengan segala resikonya.


 

Sekian minggu ia tunggu keajaiban sedekah, tapi tak kunjung datang. Susu anak sudah ia gantikan dengan air gula. Masa katanya mati. Ia kasih biskuit2 kecil pengganjel makanan. Rasa sesal di hati istrinya selalu ia tepis dengan keyakinan bahwa Allah tidak mungkin menyia-nyiakan iman dan amal salehnya a/ janji-janji Tuhannya.


 

Keyakinan dan kesabarannya berbuah. Keridhaan bayinya juga meminum air gula, membuat keberkahan Allah datang. Dan datangnya ga maen-maen. Ia dapat order menangani katering 16rb orang 3x sehari, alias katering dengan 48rb porsi per hari. Ini menjadi berkah buatnya. Hanya dalam hitungan beberapa bulan saja, uangnya sudah 1 milyar.


 

Dari dia, ada pesan yang disampaikannya lewat saya. Sekali sudah ditempuh jalan Allah, tidak ada cerita tidak berhasil. Pasti berhasil. Hanya, sabar, dan terus jalani kehidupan ini. Biarlah ia mengalir, melewati tikungan anak sungai yang namanya kesulitan, kesukaran, sebagaimana alaminya alam ini yang berisi dua hal; kesenangan dan kesusahan. Sungai pasti ada ujungnya. Dan inilah yang menjadi keyakinan kita.

Ada juga bumbu kisahnya yang tak kalah menariknya. Di tengah situasinya yang hampir bener-bener game over, hampir mereka ini pinjam uang ke kerabat dekat, atau bahkan orang tua. Tapi mereka ga jadi minjem. Mereka bilang, andai mereka jadi pinjam, maka Allah belum tentu bakal turun tangan. Mereka saat itu pasrah. Andai mereka diusir dari kontrakannya, andai mereka tidak bisa bayar listrik kontrakannya lalu malu kepada yang punya kontrakan, andai mereka tidak bisa membeli susu buat bayinya lalu bayinya jadi sakit, atau mati sekalipun, maka biarlah Allah tahu, bahwa semua ini terjadi sebab mereka berdiri di atas keyakinannya akan janji-janji Allah. Masa iya itu semua akan terjadi? Begitulah IS dan istrinya meyakinkan diri mereka. Dan sekalian saja pikir mereka, mereka betul-betul kosong, supaya Allah segera menunjukkan Kuasa-Nya. Subhaanallaah.


 

Di saat "bercanda" dengan kesusahannya, IS dan istrinya menawar sebuah rumah bagus. Ga tanggung-tanggung seharga 700 juta, sebagai "alternatif" andai mereka benar-benar diusir dari kontrakannya. Dia tawar rumah tersebut, dan mengatakan akan membayar dalam tempo 2 bulan. Cara bicaranya meyakinkan, sungguhpun si pemilik rumah tidak yakin dengan penampilan pembeli rumahnya. Dan itu kelak benar-benar terjadi. Masya Allah. Bahkan bukan hanya rumah itu yang bisa ia beli tepat waktu. Tapi juga ia bisa membangun satu perusahaan katering dengan aset hampir 20 milyaran dalam tempo hanya 1 tahun. Bahkan untuk tahun 2008, dia memegang kontrak katering yang sangat-sangat besar. Sejumlah 37 milyar rupiah.


 

Subhaanallaah, alhamdulillah.


 

***


 

Menjadi Lemah

Hanya bersandar kepada Allah dan yakin pada pertolongan-Nya, kita menjadi kuat.


 

IS, sang penjual nasi yang mendapat berkah tersebut, belum tentu mendapatkan berkah yang begitu banyak, andai ada perubahan suasana hati.


 

Koq jahat bener ya Allah? Hanya gara-gara perubahan suasana hati,lalu berkah amal saleh Allah tidak beri. Ya memang ini akan jadi diskusi panjang. Mudah-mudahan bisa dibahas di lain tempat.


 

Sekarang, kita coba bahas IS tersebut.

Allah menyuruh kita percaya pada-Nya, mengikuti seruan-Nya, dan bersandar hanya pada- Nya. Lalu IS dan istrinya percaya pada Allah. Dia sedekahkan uang 1jt-1jt nya yang ia punya, padahal uang ini sejatinya untuk bayar kontrakan dan bayar ini itu.


 

Ternyata, sampe hampir dua bulan, Allah ga balas-balas tuh amal salehnya. Setidaknya menurut pengetahuan dan perasaannya. Kan, kadang begini, Allah sebenernya udah balas, cuma kitanya aja yang ga berasa. Sebab belum tentu juga balasan Allah itu hanya uang. Bisa juga balasannya berupa panjang umur, sehat, anak sehat, keluarga bahagia, dan seterusnya. Tapi oke lah, IS dan istrinya menunggu balasan Allah. Tapi ya itu tadi, balasan Allah ga kunjung datang.


 

Ketika kesulitan relatif memuncak; Kontrakan udah mau habis, air susu anak sebagaimana diceritakan sebelumnya sudah diganti dengan air gula, mereka berinisiatif untuk meminjam kepada orang tuanya. Tapi mereka urungkan ini. Mereka khawatir mereka menjadi lemah.


 

Saya mengamini, ya mereka akan menjadi lemah, manakala mereka berpindah sandaran. Mereka udah benar. Bertahan saja dengan kesusahannya itu. Makin susah, makin baik. Biar Allah tahu bahwa mereka jadi tidak bisa bayar kontrakan sebab uang kontrakannya disedekahkan. Biar Allah tahu bahwa anak mereka mengalah minum air gula sebab jatah susunya disedekahkan.


 


 

Kondisi-kondisi begini kalo dibawa ke shalat malam lalu diadukan ke Allah, wuah, cakep banget. Bahasanya tentu saja bukan bahasa mengeluh. Tapi bahasa pasrah. Misal, "Ya Allah, kami serahkan uang kami kepada-Mu. Sedang Engkau tahu tidak ada yang kami miliki lagi kecuali itu. Dan Engkau pun tahu ya Allah, bahwa uang itu sedianya untuk membayar kontrakan, susu dan yang lain-lainnya. Ya Allah, andai balasannya adalah ampunan-Mu, kasih sayang-Mu, ridha-Mu, kepanjangan umur kami dalam keadaan sehat dan beriman, maka tidak mengapa ya Allah Engkau tidak membalas sedekah kami dengan uang. Tapi ya Allah, kami pun tahu bahwa Engkau tidak akan mengingkari janji, dan Engkaulah Yang Maha Memberi Rizki, Engkau pula Yang Maha Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan kami…".


 

Nah, kalo kita sudah melengkapi dengan doa semacam ini, dengan kepasrahan semacam ini, cakep bener tuh. Sayang, kalo kemudian kita "melengkapi" sedekah atau amal kita, dengan malah pindah sandaran ke manusia.


 

Saya membayangkan, andai IS bener-bener minjam ke orang tuanya, bisa saja IS dapat uang. Tapi kemudian pertolongan Allah tidak akan bener-bener terasa. Beda, kalau udah setengah pingsan, kemudian pertolongan Allah datang, wah, ini baik benar untuk menambah keyakinan dan iman kita. Akan terasa benar pertolongan Allah itu.

Apalagi kenyataannya, belum tentu ketika IS dan istrinya minjam ke orang tuanya lalu orang tuanya menyediakan, atau orang tuanya ada uangnya. Belum tentu. Jangan-jangan malah menjadi lemah kita adanya.


 

Misal, terjadi dialog yang melemahkan seperti ini. Kita berandai-andai istrinya IS yang maju ke orang tuanya:


 

(+) Pak, boleh saya pinjam uang?

(-) Suamimu kemana?

(+) Ada.

(-) Kalo ada, koq minjem uang sama Bapakmu ini?

(+) Ada. Tapi uangnya yang ga ada.

(-) Emangnya ga kerja?

(+) Kerja.

(-) Koq kerja ga ada duitnya? Buat apa kerja?

(+) Sebenernya ada sih Pak.

(-) Loh, kalo ada, koq masih tetap minta sama Bapak?

(+) Uangnya disedekahkan dua bulan yang lalu.

(-) Maksudnya?

(+) Ya, dulu ada duit. Tapi ngelihat Ustadz Yusuf di TV.

(-) Apa hubungannya?

(+) Katanya, kalo mau kaya, ya sedekah apa yang kita punya.

(-) Wah, ya engga gitu. Sedekah koq pengen kaya.

(+) Ya, saya juga sudah sampaikan itu.

(-) Terus, suamimu tetap maksa?

(+) Iya.

(-) Ya, sudah. Itu kebodohannya.

(+) Tapi Pak, saya butuh banget uang itu. Buat susu anak. Sama kontrakan.

(-) Ya, minta sama suamimu itu. Berapa uang yang dulu kamu sedekahkan?

(+) 1 juta Pak

(-) Bagus! Bapakmu ini saja ga pernah dikasih uang 1 juta…


 

Nah, kalo situasi dialog ini yang terjadi, kira-kira apa yang akan terjadi? Lemahlah istrinya, dan tidak baguslah hubungan antara mertua dan mantunya itu. Bahkan, sang istri pun sekarang akan jadi serba salah.


 

Tapi kemudian IS dan istrinya memilih keep silent. Dia pasrah saja sama Allah. Ya akhirnya kejadian dah apa yang diceritakan di tulisan sebelumnya ini. Wallahu a'lam.

***


 

Uang bensin yang ditukar 1000x lipat


 

Allah percaya kepada manusia. DIA berikan dan DIA titipkan alam ini pada manusia. DIA bahkan titipkan rizki dan karunia khusus untuk manusia. Tapi manusia banyak yang tidak percaya pada-Nya.


 

Sampe mana kepercayaan akan janji Allah itu bisa bekerja untuk kehidupan kita? Sampe tidak ada "koma"nya. Melainkan hanya ada "titik". Titik ya titik, alias percaya ya percaya. Jangan ada tanda tanya ke Allah. Dan jangan ada keluhan, apalagi sampe terjadi penyesalan. Bahkan pada tataran yang ekstremnya, ketika seseorang sudah percaya sama Allah, tidak usah kemudian mencari jalan yang lain. Lalui saja kehidupannya dengan bergantung penuh pada ketetapan Allah dan berjalan terus dengan kepercayaannya itu. Insya Allah di ujung perjalanan kita, sungguh penuh dengan kejutan-kejutan indah.


 

Syahdan, seorang buruh pabrik bersedekah 1000 rupiah di akhir pengajian tentang sedekah. Sedangkan uang 1000 ini sedianya untuk membeli bensin yang memang harganya saat itu Rp. 1.700 per liter. Jadi, 1000 rupiah tersebut untuk beli setengah liter bensin. Maklum, hanya buruh perkebunan. Yang penting motornya bisa jalan bolak balik ladang ke rumah, rumah ke ladang.


 

Tapi hari itu, dia memilih menyedekahkan uang 1000 rupiah itu untuk berharap keajaiban sedekah bisa terjadi pada dirinya. Sungguh ia pun bosan dengan keadaan dirinya. Andai sedekah bisa membuat dirinya bisa banyak rizki, kenapa tidak.


 

Segala keraguan ia tepis. Termasuk bayangan mendorong motornya apabila bensinnya habis di tengah jalan. Ia mencoba meyakinkan dirinya, bahwa bensinnya pasti cukup membawanya pulang ke rumah. Tapi di saat yang sama, ia pun mencoba menghibur bahwa ia siap saja mendorong motornya itu sampe ke rumah. Inilah yang ia anggap perjuangan sedekah.


 

Dan apa yang terjadi, baru beberapa ratus meter saja, bensinnya sudah habis. Jadilah ia mendorong motornya itu.


 

Mengeluhkah ia? Tidak. Ia siap. Maka ia nikmati saja kejadian ini. Ia dorong motor ini dengan enteng, padahal motornya ini VESPA!


 

Dan pertolongan Allah itu benar-benar nyata. Baru beberapa langkah ia mendorong, ia dihampiri oleh pengendara mobil kijang yang ternyata kawan lamanya yang sedang berkunjung ke kampung tersebut. Oleh kawannya ini, ia dibelikan bensin yang cukup baginya menghidupkan motor. Tidak cukup sampai di situ, pengendara kijang ini kemudian memberikan uang 1jt di dalam amplop tertutup, yang baru ia ketahui jumlahnya ketika ia sampai di rumah. Subhaanallaah, betapa benar janji Allah. Terlebih lagi terhadap mereka yang tetap memegang teguh kepercayaannya kepada Allah.

***

Jangan Memperlemah Diri Lagi

Banyak keadaan-keadaan yang bisa memperlemah iman kita pada janji-janji-Nya. Kiranya kesabaran dan usaha menambah ilmu, akan membuat kita terpelihara.


 

Saudaraku yang membaca kisah tentang "motor yang kehabisan bensin" sebelum tulisan ini, saya akan mengajak saudara memperdalam situasinya, sambil belajar di mana gerangan kesalahan kita ketika kita menempuh jalan-jalan Allah, jalan-jalan riyadhah. Yaitu banyak di antara kita yang berubah menjadi pemarah kepada Allah lantaran menganggap cara-Nya Allah tidak sakses membuat kita mencapai keinginan kita. Tidak sedikit para pencari pertolongan Allah lalu malah berubah menjadi mengeluh kepada Allah, dan cenderung menyalahkan Allah. Tidak sedikit juga orang-orang yang menjadi lemah sebab bersandar kepada orang lain, setelah ia menyandarkan dirinya kepada Allah. Artinya, ia malah berpaling kepada selain Allah. Langkah yang sudah betul, berubah di ujungnya.

Dan tidak sedikt juga yang berubah sebab ia "keliru" bertanya kepada yang tidak luas ilmunya. Terus terang, saya sendiri juga kadang "kerepotan" dengan pertanyaan-pertanyaan jamaah, yang mana ia konfirmasikan ilmu-ilmu tentang sedekah kepada para ustadz yang "tidak sepaham". Akhirnya, tidak sedikit mereka yang malah jadi dosa. Sudah mah jadi menyesal, mereka bahkan su-udzdzan kepada saya.


 

Saya kerap memberitahu, bahwa ketika jalan ibadah; sedekah, shalat-shalat sunnah, dan doa ditempuh, maka ia pasti akan berhasil. Tinggal tunggu waktu. Sambil mengisi waktu, tempuhlah juga jalan kesabaran dan keistiqamahan menegakkan terus ibadah-ibadah tersebut sambil menanti penuh harap kepada Allah Yang Tidak Pernah Mengecewakan.


 

Baik, sesuai dengan mukaddimah di sub tulisan ini, saya akan ajak saudara memperdalam situasi kisah motor yang kehabisan bensin tersebut.


 

Pada kasus motor yang kehabisan bensin, ia tidak akan mendapatkan berkah ketemu dengan pengendara kijang andai ia "beralih" kepada bantuan orang lain. Misal begini, setelah sadar bahwa ia "meminjamkan" uang kepada Allah, lalu ia menjadi tahu bahwa bensinnya dikhawatirkan tidak cukup, ia kemudian memutuskan untuk "meminjam" kepada orang lain. Menurut saya, ini sama saja tidak menyempurnakan kepercayaannya kepada Allah. Orang lain menganggap ini sebagai ikhtiar, sedang saya menyebutnya kepercayaan yang lemah. Makin kita pasrah kepada Allah, semakin enak kita "mengadukan" kelemahan-kelemahan kita.


 

Dan niscaya juga ia bertambah lemah, andai ia benar-benar meminjam kepada manusia. Apalagi kalau orang yang ia pinjam duitnya itu menyalahkan dia. Misal, terjadi dialog:


 

(+) Mas, boleh saya pinjam uang…?

(-) Buat apa…?

(+) Buat beli bensin.

(-) Lah, emangnya kenapa bensinnya, habis?

(+) Belum. Tapi kayaknya dikit lagi juga habis.

(-) Udah tahu bensin bakalan habis, koq masih dibawa juga motornya.

(+) Tadinya bawa duit Mas. Buat beli bensin.

(-) Sekarang mana duitnya? Koq minjam?

(+) Dipakai buat sedekah. Habis itu, saya ga ada duit lagi.


 

Orang yang dimintakan duitnya ini barangkali tertawa… "Mas, seribu kali percaya sama si ustadz tersebut, mbok ya mikir. Udah tahu bensin udah mau habis, dan uang tersebut mau digunakan untuk membeli bensin, eh, malah disedekahin. Ini sama saja nyulitin diri sendiri. Coba kalo bener-bener mogok, dan mogoknya bukan karena motornya rusak? Tapi karena bensinnya habis? Sudah mah susah, malu lagi…".


 

Pengendara motor ini akan makin tertekan, manakala ia makin disudutkan, "Mas, malah mas ini membuat sulit orang saja. Lain kali kalo mau sedekah, pikirin dulu kebutuhan sendiri. Jangan sampe bikin orang susah saja".


 

Wah, coba. Udah mah engga dapet, dihina dan diperlemah pula. Dan orang tersebut tidak salah. Kelihatannya kan betul. Tapi inilah cerita sedekah. Kalo normal-normal saja, ya ga ada keajaiban sedekah.


 

Taro kata begini, dia minjem, lalu bener-bener dapet pinjaman untuk beli bensin, maka ga bakal ketemu dengan pengemudi kijang yang membuatnya dapat uang 1000x lipat dari yang ia sedekahin. Koq gitu? Lah iya, kan lancar. Ga ada "penghentian waktu" atau "penghentian perjalanan", sebab bensinnya penuh dan motornya ga mogok. Kalo begini, mana ketemu dengan si pengendara kijang.


 

Percayalah sama Allah. Tempuhlah jalan-jalan riyadhah. Dan jangan menyisakan sedikit pun ruang di hati, bahwa kita masih butuh bantuan manusia. Kita hanya butuh bantuan Allah saja. Bukan yang lain.


 

November 8, 2008

Modal Mimpi & Action


 

Saya hanya ingin share satu pengalaman tentang rahasia yang saya tonton di film The Secret dan buku Quantum Ikhlas yang saya beli setahun yang lalu. Rahasia yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Rahasia tentang sebuah hukum. Hukum Ketertarikan. Law Of Attraction (LOA).


 

Hukum ini menyebutkan, apa-apa yang terjadi dalam hidup kita adalah karena pikiran kita. Karena kita fokus pada pikiran-pikiran kita. Karena kita menariknya ke dalam hidup kita.


 

Bila kita fokus dengan sepenuh hati kepada hal-hal yang positif, yang akan terjadi pada hidup kita adalah hal-hal positif. Begitupun sebaliknya.


 

Nah, kembali ke laptop... eh, kembali ke pengalaman saya. Ada sebuah komplek ruko yang baru dibangun di dekat rumah kami. Saya putuskan membeli ruko di komplek tsb untuk pengembangan usaha distro. Ada satu ruko yang saya naksir. Ruko no. 9 kalo gak salah. Lokasinya sangat strategis. Dilewati lalu lintas yang cukup padat. Waktu itu saya berpikir mau pakai LOA untuk beli ruko tsb.


 

Karena memang rukonya belum jadi, setiap ada waktu luang saya masuk ke ruko tsb. Saya bayangkan ruko tsb sudah jadi milik saya. Saya rasakan kebahagiaannya dan betapa bersyukurnya saya sudah memiliki ruko tsb. Begitu juga kalau melewati ruko tsb setiap berangkat dan pulang kerja. Istilah kerennya, di-visualisasi dan menginderakan impian.


 

Gak berapa lama kemudian, saya datang ke kantor developernya untuk mendapatkan info. Setelah tanya sana tanya sini, ternyata ruko yang saya taksir sudah ada yang beli. Sedikit kecewa. Mungkin belum jodohnya, pikir saya waktu itu.


 

Sepulang dari developer, saya balik lagi ke ruko.


 

Gak sengaja, di sana ketemu dengan

pimpinan proyeknya. Sebut saja Pak M. Ngobrol punya ngobrol, ternyata komplek ruko tsb dibangun oleh 2 developer. Aneh ya. Padahal kelihatannya masih dalam 1 blok. Blok ruko no. 9 bukan dibangun oleh developer yang saya datangi.


 

Yang lebih aneh lagi, Pak M bilang kalau ruko no. 9 gak jadi dibeli! Tadinya ruko tsb dibeli untuk showroom sepeda motor. Entah kenapa pembeli membatalkan.

Tentu saja developer yang saya datangi sebelumnya, gak terupdate informasi ini.


 

Benar-benar aneh. Apakah LOA sudah bekerja?


 

Dengan semangat, saya minta Pak M untuk memberikan nomor telpon bagian marketingnya. Saya hubungi dan akhirnya kami nego harga. Singkatnya setelah deal harga, saya ajukan KPR ruko tsb ke bank.


 

Namun karena kondisi yang belum memungkinkan, akhirnya ruko tersebut tidak bisa saya beli.


 

Tapi dari pengalaman ini, saya bisa menyimpulkan bahwa dengan modal mimpi dan action kita bisa mendapatkan yang kita inginkan. Bermimpilah setinggi mungkin. Dan action-lah walaupun itu adalah langkah kecil. Yang penting sudah memulai.


 


 


 


 

November 25, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 08 - Tauhid Yang Menggerakkan Iman Yang Menggerakkan Bergerak Menuju Allah


 

Banyak yang mau berubah,

tapi memilih jalan mundur.


 

Dalam Kuliah Tauhid ini saya mengajak peserta KuliahOnline untuk segera bangun menuju Allah. Benahin apa yang bisa dibenahin. Ada yang bertanya, waduh saya ga ngerti apa-apa nih? Dosa melulu, ga paham ngaji, ga paham ibadah. Ga apa-apa. Jalan saja. Pergi saja ke Allah. Sebisanya. Artinya ya mulai saja shalat seshalat-shalatnya, sepuasa-puasanya, sengaji-ngajinya. Insya Allah ketika kanal materi selain esai Kuliah Tauhid ini dibuka, itu sama saja dengan pembekalan akan dibekali saban hari. Dan insya Allah ragam kuliah akan membuat lengkap bekal berjalan menuju Allah.


 

Bergerak. Artinya berjalan menuju Allah. Berusaha membenahi ibadah. Buat peserta KuliahOnline yang saat ini jaya, sehat, keluarganya utuh, rizkinya banyak, inilah saat-saat terbaik menabung sebanyak-banyaknya amal. Ibarat orang menabung, nabung terus. Saatnya memakai tuh uang yang ditabung, tinggal datang menghadap teller, dan pake dah tuh uang. Dah tersedia. Atau malahan tinggal mencet dengan ujung jari lewat keypad atau keyboard (mobile banking atau internet banking). Maka demikianlah pula amalan kita.


 

Kapan amalan akan sungguh-sungguh kita pakai? Nanti ketika sakratul maut. Itulah babak baru yang sesungguhnya dari kehidupan kita. Saat itulah sungguh sangat diperlukan semua amal. Masya Allah. Mudah-mudahan Allah mengasihi kita semua. Banyak di antara kita yang mengeluh tentang keadaannya di dunia ini. Tapi dia tiada berpikir tentang kemaksiatannya kepada Allah. Dia tiada berpikir betapa malasnya dia beribadah, sementara rizki Allah mengalir keras. Shalat wajib dilakukan di akhir. Tanpa hati. Shalat sunnah? Wuah, entah sudah berapa waktu shalat-shalat sunnah tiada tertegak sempurna. Kadang shalat sunnah, kadang tidak. Dan barangkali lebih banyak tidak tertegaknya dibanding tertegaknya.


 

Wahai diriku yang mengaku memiliki Allah sebagai Tuhannya. Engkau dituntut untuk beribadah. Karena engkau diciptakan untuk beribadah. Tapi lihatlah, engkau selalu khawatir soal-soal dunia. Tidak khawatir soal-soal akhirat. Saatnya kini engkau membuka mata. Ada yang lebih penting ketimbang soal hutang, jodoh, karir, kerjaan, rumah tangga, anak keturunan, rumah tempat tinggal, perniagaan, kekayaan. Ada yang lebih penting dari itu semua. Yaitu bagaimana kita kembali kepada Allah dalam keadaan amal banyak, diterima dan meninggal dalam keadaan hati yang bersih, diri yang diampuni dan husnul khatimah.


 

Dan ketika seorang hamba bergerak menuju Allah, melakukan amalan-amalan yang mengantarkannya dekat dengan Allah, maka subhaanallaah, pada saat bersamaan Allah akan angkat setinggi-tingginya derajatnya. Dunia akan Allah serahkan kepada siapa yang Dia percayai. Andaipun ada yang mendapatkan dunia-Nya, padahal ia tiada ahli ibadah malah banyak maksiat, maka sesungguhnya kesengsaraan dan kenestapaan akan menjadi haknya. Tinggal tunggu waktu saja. Atau malah sudah, tapi dia tidak merasakan itu. Dan sebaliknya, bila yang belum kunjung mendapatkan anugerah dari Allah, sabarlah. Semua ada waktunya. Dan anugerah terbesar buat mereka yang mendekatkan dirinya kepada Allah, adalah kedekatan diri itu sendiri! Dunia menjadi tiada arti buat mereka yang menempatkan Allah di atas segala-galanya. Atau, ayo mari kita koreksi lewat pembekalan-pembekalan materi sebelumnya dan husnusdzdzan ke Allah, bahwa Allah subhaanahuu wata'aala berkenan mengampuni dan menyuci dosa-dosa kita dulu, sampe kita kemudian pantas diangkat derajatnya dan diberikan segala yang kita hajatkan. Baarokawloohu lanaa.

***


 

Satu hari saya jalan melintas di satu daerah. Tetidur di dalam mobil. Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir saya: "Nanti di depan ke kiri ya".

"Masih banyak, Pak Ustadz".


 

Saya paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan. Saya pengen pipis.


 

Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti. "PakUstadz!". Dari jauh ia melambai dan mendekati saya. Saya menghentikan langkah. Menunggu beliau.

"Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja…". Saya senyum aja. Ga ke-geeran, insya Allah, he he he.

"Saya ke toilet dulu ya".

"Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?"

"Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?"

"Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz".

Sejurus kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang "berhentiin" saya. Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu pom bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali "target operasi" dakwah hari ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya.


 

Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, "Ok, ntar habis dari toilet ya".

***


 

"Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?", tanya saya membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.

"Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?"

"Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya gitu-gitu aja, ya emang udah begitu. Distel kayak apa juga, agak susah buat ngerubahnya".

"Wah, ustadz langsung nembak aja nih".

Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah. Tapi umumnya begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama Allah ga mau mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi ibadah dari dulu ya begitu-begitu saja.

"Udah shalat ashar?"

"Barusan Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya ga? Ya saya pikir sama saja".

"Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karena situ pikir kerja situ adalah juga ibadah?"

Sekuriti itu senyum aja.


 

Disebut jujur mengatakan itu, bisa ya bisa tidak. Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap kerjaannya ibadah, tapi bisa juga ga. Cuma sebatas omongan doangan. Lagian, kalo nganggap kerjaan-kerjaan kita ibadah, apa yang kita lakukan di dunia ini juga ibadah, kalau kita niatkan sebagai ibadah. Tapi, itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau ibadah wajibnya, tetap nomor satu. Kalau ibadah wajibnya nomor tujuh belas, ya disebut bohong dah tuh kerjaan adalah ibadah. Misalnya lagi, kita niatkan usaha kita sebagai ibadah, boleh ga? Bagus malah. Bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita menerima tamu sementara Allah datang. Artinya kita menerima tamu pas waktu shalat datang, dan kemudian kita abaikan shalat, kita abaikan Allah, maka yang demikian masihkah pantas disebut usaha kita adalah ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil kerjaan dan hasil usaha, buat Allah nya lebih sedikit ketimbang buat kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya perlu dipikirin lagi tuh sebutan-sebutan ibadah.


 

"Disebut barusan itu maksudnya jam setengah limaan ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini", saya mengejar.


 

"Ya, kurang lebih dah".


 

Saya mengingat diri saya dulu yang dikoreksi oleh seorang faqih, seorang 'alim, bahwa shalat itu kudu tepat waktu. Di awal waktu. Tiada disebut perhatian sama Yang Memberi Rizki bila shalatnya tidak tepat waktu. Aqimish shalaata lidzikrii, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Entar-entaran. Itu kan jadi sama saja dengan mengentar-entarkan mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan sekuriti yang entahlah saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.


 

"Gini ya Kang. Kalo situ shalatnya jam setengah lima, memang untuk mengejar ketertinggalan dunia saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu setengah jam andai ashar ini kayak sekarang, jam tiga kurang dikit. Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan kita tuh? 5x satu setengah jam, lalu dikali sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikali lagi sekian tahun kita telat. Itu baru telat saja, belum kalo ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih bahayanya lagi kalau bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja mestinya kita dari senang".


 

Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, percakapan ini kurang lebih begitu. Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin. Dari raut mukanya, nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara ya? He he he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini kudu nanya paham apa engga sama lawan bicara?


 

Saya katakan pada dia. Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat shalatnya, maka kawan-kawan selitingnya mah udah di mana, dia masih seperti diam di tempat. Bila seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang buka usaha, sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya, bisa jadi sebab ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.


 

Dan saya mengingatkan kepada peserta KuliahOnline untuk tidak menggunakan mata telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu yang rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa diurai satu satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian.


 

Kembali kepada si sekuriti, saya tanya, "Terus, mau berubah?"

"Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalo ga serius?"

"Ya udah, deketin Allah dah. Ngebut ke Allah nya".

"Ngebut gimana?"

"Satu, benahin shalatnya. Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya. Pantangan telat. Buru tuh rizki dengan kita yang datang menjemput Allah. Jangan sampe keduluan Allah".


 

Si sekuriti mengaku mengerti, bahwa maksudnya, sebelum azan udah standby di atas sajadah. Kita ini pengen rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang Bagi-bagiin rizki. Contohnya ya pekerja-pekerja di tanah air ini. Kan aneh. Dia pada kerja supaya dapat gaji. Dan gaji itu rizki. Tapi giliran Allah memanggil, sedang Allah lah Tuhan yang sejatinya menjadikan seseorang bekerja, malah kelakuannya seperti ga menghargai Allah. Nemuin klien, rapih, wangi, dan persiapannya masya Allah. Eh, giliran ketemu Allah, amit-amit pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak segan-segan menunjukkan wajah dan fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal sama Allah.


 

"Yang kedua," saya teruskan. "Yang kedua, keluarin sedekahnya".


 

Saya inget betul. Sekuriti itu tertawa. "Pak Ustadz, pegimana mau sedekah, hari gini aja nih, udah pada habis belanjaan. Hutang di warung juga terpaksa dibuka lagi. Alias udah mulai ngambil dulu bayar belakangan".


 

"Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan beban. Emang gajinya berapa?"

"Satu koma tujuh, Pak ustadz".

"Wuah, itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering sebut orang kecil, itu udah gede".

"Yah, pan kudu bayar motor, bayar kontrakan, bayar susu anak, bayar ini bayar itu. Emang ga cukup Pak ustadz".

"Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?"

"Kerjanya sih udah tujuh taon. Tapi gede gaji bukan karena udah lama kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz".

"Koq bisa?"

"Ya, sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu sampe ketemu angka 1,7jt".

"Terus, kenapa masih kurang?"

"Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak".

"Secara dunianya, lepas aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan ga perlu?"

"Pengen kayak orang-orang Pak Ustadz".

"Ya susah kalo begitu mah. Pengen kayak orang-orang, motornya. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot".


 

Sekuriti ini nyengir. Emang ini motor kalo dilepas, dia punya 900 ribu. Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Ga jelas tuh darimana dia nutupin kebutuhan dia yang lain. Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air dan listrik. Kalo ngelihat keuangan model begini, ya nombok dah jadinya.


 

"Ya udah, udah keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?"

"Mau Ustadz. Saya benahin dah".

"Bareng sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sendal, lakukan berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin. Ikutan semuanya ngebenahin shalat".

"Siap ustadz".

"Tapi sedekahnya tetap kudu loh".

"Yah Ustadz. Kan saya udah bilang, ga ada".

"Sedekahin aja motornya. Kalo engga apa keq".

"Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang ini motor. Susah lagi belinya. Tabungan juga ga ada. Emas juga ga punya".


 

Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi saya akan cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin shalatnya saja, tapi sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu akan muncul. Setidaknya menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah berkehendak lain. Ya lain soal itu mah.


 

Sebentar kemudian saya bilang sama ini sekuriti, "Kang, kalo saya unjukin bahwa situ bisa sedekah, yang besar lagi sedekahnya, situ mau percaya?". Si sekuriti mengangguk. "Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau ngejalanin?". Sekuriti ini ngangguk lagi. "Selama saya bisa, saya akan jalanin," katanya, manteb.

"Gajian bulan depan masih ada ga?"

"Masih. Kan belum bisa diambil?"

"Bisa. Dicoba dulu".

"Entar bulan depan saya hidup pegimana?"

"Yakin ga sama Allah?"

"Yakin".

"Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake kalau".

Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon. Untuk sedekah. Sedapetnya. Tapi usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran sedekahnya. Sehingga perubahannya berasa. Dia janji akan ngebenahin mati-matian shalatnya. Termasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat hajatnya, shalat dhuha dan tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di waktu senggang untuk baca al Qur'an. Perasaan udah lama banget dia emang ga lari kepada Allah. Shalat Jum'at aja nunggu komat, sebab dia sekuriti. Wah, susah dah. Dan itu dia aminin. Itulah barangkali yang sudah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi sekuriti sekian tahun, padahal dia Sarjana Akuntansi!

Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantesan juga dia ga betah dengan posisinya sebagai sekuriti. Ga kena di hati. Ga sesuai sama rencana. Tapi ya begitu dah hidup. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Yang penting kerja dan ada gajinya.


 

Bagi saya sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan. Asal keinginan itu keinginan yang diperbolehkan, masih dalam batas-batas wajar. Dan ga apa-apa juga memimpikan sesuatu yang belom kesampaian sama kita. Asal apa? Asal kita barengin dengan peningkatan ibadah kita. Kayak sekarang ini, biarin aja harga barang pada naik. Ga usah kuatir. Ancem aja diri, agar mau menambah ibadah-ibadahnya. Jangan malah berleha-leha. Akhirnya hidup kemakan dengan tingginya harga. Ga kebagian.

***


 

Sekuriti ini kemudian maju ke atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat apa? Dia nyengir ga jawab. Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol. Satu koma tujuh. Semuanya.


 

"Mana bisa?" kata komandannya.

"Ya Pak, saya kan ga pernah kasbon. Ga pernah berani. Baru ini saya berani".

Komandannya terus mengejar, buat apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini jawab dengan menceritakan pertemuannya dengan saya.


 

Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk ketemu langsung sama ownernya ini pom bensin. Katanya, kalau pake jalur formal, dapet kasbonan 30% aja belum tentu lolos cepet. Alhamdulillah, bos besarnya menyetujui. Sebab komandannya ini ikutan merayu, "Buat sedekah katanya Pak", begitu kata komandannya.


 

Subhaanallaah, satu pom bensin itu menyaksikan perubahan ini. Sebab cerita si sekuriti ini sama komandannya, yang merupakan kisah pertemuannya dengan saya, menjadi kisah yang dinanti the end story nya. Termasuk dinanti oleh bos nya.


 

"Kita coba lihat, berubah ga tuh si sekuriti nasibnya", begitu lah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.

Hari demi hari, sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul shalatnya. Tepat waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah sunnahnya. Bos nya yang mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si sekuriti ga mengurangi kedisiplinan kerjaannya. Malah tambah cerah muka nya.


 

Sekuriti ini mengaku dia cerah, sebab dia menunggu janjinya Allah. Dan dia tahu janji Allah pastilah datang. Begitu katanya, menantang ledekan kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin shalat dan sedekah, asal dengan catatan dia berhasil dulu.


 

Saya ketawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya demen ama yang begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam. Dan barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti. Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah pasti tidak akan mempermalukannya juga, sebagaimana Allah tidak akan mempermalukan si sekuriti.


 

Suatu hari bos nya pernah berkata, "Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga kasbon saja, berarti dia berhasil. Tapi kalo dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa sedekah 1 bulan gaji di depan yang diambil di muka, kalau kemudian kas bon. Percuma".


 

Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini ga kasbon.

Berhasil kah?


 

Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi, tidak kasbonnya dia ini, sebab kata mereka barangkali aman sebab jual motor. Bukan dari keajaiban mendekati Allah.

Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si sekuriti ini sesuatu urusan yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya.


 

"Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan loh. Yang lain bakalan gajian. Sedang situ kan udah diambil bulan kemaren".


 


 

Sekuriti ini bilang tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo ampe pertengahan bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar bikin bengong orang pada.


Sebab apa? Sebab kata si sekuriti, pasca dia benahin shalatnya, dan dia sedekah besar yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya, yakni hidupnya di bulan depan yang dia pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di kampung, ada transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya ga trlibat secara fisik. Sekedar memediasi saja lewat sms ke pembeli dan penjual. Katanya, dari transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat. Bahkan lebih. Dia sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi begitu cepat. Sampe-sampe bulan kemaren juga belum selesai. Masih tanggalan bulan kemaren, belum berganti bulan.


 

Kata si sekuriti, sadar kekuatannya ampe kayak gitu, akhirnya dia malu sama Allah. Motornya yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya melek-melek buat sedekah. Tuh motor dia pake buat ngeberangkatin satu-satunya ibunya yang masih hidup. Subhaanallaah kan? Itu jual motor, kurang. Sebab itu motor dijual cepat harganya ga nyampe 13 juta. Tapi dia tambahin 12 juta dari 17jt uang cash yang dia punya. Sehingga ibunya punya 25 juta. Tambahannya dari simpenan ibunya sendiri.


 

Si sekuriti masih bercerita, bahwa dia merasa aman dengan uang 5 juta lebihan transaksi. Dan dia merasa ga perlu lagi motor. Dengan uang ini, ia aman. Ga perlu kasbon.


 

Mendadak si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua karyawannya, dan menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini.


 

Apakah cukup sampe di situ perubahan yang trjadi pada diri si sekuriti?


 

Engga. Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain, dan dijadikan staff keuangan di sana. Masya Allah, masya Allah, masya Allah. Berubah, berubah, berubah.


 

Saudara-saudaraku sekalian. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan! Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini dipake sama dia, dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya.


 

Subhaanallaah, masya Allah.


 

Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia. Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar.

Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisa kah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta KuliahOnline saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini. Sebagiannya memilih diam saja, dan sebagiannya lagi memilih menceritakan ini kepada satu dua orang saja, dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh. Dan memang bukan apa-apa, ketika sudah dipublish, memang tidak gampang buat seseorang menempatkan dirinya untuk menjadi contoh.


 

Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini mengisnpirasikan kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah ini. Kita ngebut sengebut2nya menuju Allah. Yang merasa dosanya banyak, sudah, jangan terus-terusan meratapi dosanya. Kejar saja ampunan Allah dengan memperbanyak taubat dan istighfar, lalu mengejarnya dengan amal saleh. Persis seeperti yang kemaren-kemaren juga dijadikan statement esai penutup.


 

Kepada Allah semua kebenaran dan niat dikembalikan. Salam saya buat keluarga dan kawan- kawan di sekeliling saudara semua. Saya merapihkan tulisan ini di halaman parkir rumah sakit Harapan Kita. Masih di dalam mobil. Sambil menunggu dunia terang. Insya Allah hari ini bayi saya, Muhammad Yusuf al Haafidz akan pulang ke rumah untuk yang pertama kalinya. Terima kasih banyak atas doa-doanya dan perhatiannya. Mudah-mudahan allah membalas amal baik saudara semua.


 

Dari semalam saya tulis esai ini. Tapi rampungnya sedikit sedikit. Ini juga tadinya bukan esai sekuriti ini yang mau saya jadikan tulisan. Tapi ya Allah jugalah yang menggerakkan tangan ini menulis.


 

Semalam, file yang dibuka adalah tentang langkah konkrit untuk berubah. Lalu saya lampirkan kalimat pendahuluan. Siapa sangka, kalimat pendahuluan ini saja sudah 10 halaman, hampipr 11 halaman. Saya pikir, esai ini saja sudah kepanjangan. Jadi, ya sampe ketemu dah di esai berikutnya. Saya berhutang banyak kepada saudara semua. Di antaranya, saya jadi ikut belajar.


 

Semalam saya ikutan tarawih di pesantren Daarul Qur'an internasional. Sebuah pesantren yang dikemas secara modern dan internasional. Tapi tarawihnya dijejek 1 juz sekali tarawih. Masya Allah, semua yang terlibat, terlihat menikmati. Ga makmumnya, ga imam-imamnya, ga para tamu dan wali santri yang ikut. Semua menikmati. Jika ada di antara peserta KuliahOnline yang pengen ikutan tarawih 1 juz ini, silahkan datang saja langsung ya. Insya Allah saya usahakan ada. Sebab saya juga kebagian menjadi salah satu imam jaganya. Ya, kondisi-kondisi begini yang saya demen. Saya kurangin jadwal, tapi masih tetep bisa ngajar lewat KuliahOnline ini. Dan saya masih sempet mengkader ustadz-ustadz muda untuk diperjalankan ke seantero negeri. Sementara saya akhirnya bisa mendampingi para santri dan guru-guru memimpin dan mengembangkan pesantren Daarul Qur'an ini.


 

Ok, kelihatannya matahari sudah mulai kelihatan. Saya baru pulang juga langsung dari TPI. Siaran langsung jam 5 ba'da shubuh tadi. Istri saya meluncurnya dari rumah. Doakan keluarga kami ya. Saya juga tiada henti mendoakan saudara dan jamaah semua.


 

Yusuf Mansur


 

December 10, 2008

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 09 - Ubahlah Bersama Allah

Ucapan Terima Kasih


 

Peserta KuliahOnline yang berbahagia. Alhamdulillah, bayi saya, Muhammad yusuf al haafidz sudah pulang di hari pertama Ramadhan atau bertepatan dengan 1 September 2008 setelah sejak tanggal 17 Agustus 2008 lalu harus menginap di rumah sakit.


 

Subhaanallaah. Makasih doa-doanya. Beruntunglah saya memiliki keluarga besar jamaah semua yang peduli dan perhatian kepada saya. Insya Allah saya pribadi membiasakan mendoakan saudara-saudara semua. Dengan cara mengirimkan suratul faatihah sebagai doa. Malah tidak jarang saya bacakan surah yaasiin, dan lalu saya katakan kepada Allah, ya Allah kirimkanlah segala fadhilah ayat-ayat-Mu yang saya baca ini untuk segenap jamaah kami. Baik yang langsung maupun yang tidak. Baik yang rajin datang ke pengajian di pondok, atau yang tidak. Baik yang dekat maupun yang jauh. Baik yang masih terjalin silaturahim maupun yang sudah putus sebab satu dua hal. Dan juga kepada para donatur pesantren.

Masya Allah. Saya pernah mendengar, doa terbaik itu salah satunya adalah doa untuk orang lain. Maka kata para guru, doa itu akan dikembalikan kepada kita menjadi doanya para malaikat Allah untuk kita. Sekali lagi, masya Allah. Alhamdulillah.

***

Ubahlah Bersama Allah


 

Apa-apa kalau sendirian, pasti susah. Dan apa-apa kalau dikerjakan secara tim, pasti lebih mudah. Apalagi Allah sebagai partner kita. Subhaanallaah.


 

Melanjutkan kajian esai Kuliah Tauhid terdahulu, di mana kemaren kita belajar tentang kisah perubahannya seorang sekuriti sebab ia ubah kebiasaannya beribadah dan menjalani sedikit ilmu yang didapatnya dengan keyakinan tinggi.


 

Maka bila diresapi bersama itu tulisan, seharusnya menginspirasikan satu hal buat kita. Bahwa setiap orang bisa berubah dengan mudah, asal dia tidak sendirian mengubah keadaan dirinya. Berubahlah bersama orang-orang yang positif, yang mampu bersama-sama menuju perubahan. Apalagi bila kita mau berubah bersama Allah.


 

Ya. Ubahlah bersama Allah. Jangan hanya mengandalkan otak saja. Apalagi otot. Andalkan juga kekuatan doa, kekuatan ibadah, dan kekuatan amal saleh. Dalam bahasa yang lebih sederhana, setiap orang yang mau berubah, ubahlah juga porsi doanya, porsi ibadahnya dan porsi amal salehnya. Apalagi kalau perubahan itu bisa diniatkan dari sekarang, alias nawaitu nya dibenerin, dilurusin, wuah, perubahan itu adalah perubahan yang diridhai Allah. Misalnya, nawaitu kan bahwa kalau kehidupan berubah, maka perubahan ini akan ia bawa ke hal-hal positif; ingin lebih menyenangkan keluarga, orang tua, agar lebih banyak anak yatimnya, agar lebih banyak sedekahnya, agar mudah datang ke pengajian, agar bermanfaat lebih besar lagi buat agamanya Allah, buat orang-orang sekitar.


 

Tidak bisa seseorang berubah, tanpa adanya perubahan. Sedang memperbesar porsi mikir, porsi kerja, porsi usaha, porsi tenaga, akan membuat manusia keletihan. Ia tidak akan punya banyak waktu untuk menikmati perubahan itu. Yang lebih sering terjadi adalah orang tersebut akan terjebak pada terus menerus di dalam suasana ikhtiar menuju perubahan itu. Kalaupun terjadi perubahan, maka yang akan menikmati

adalah orang lain. Bukan dia.


 

Jadi, kalau ditanya, apakah saya bisa berubah, ya jawabannya, bisa. Seberapa lama perubahan bisa dicapai, dan seberapa bagus kualitas perubahannya, tanya saja seberapa besar dan berkualitasnya usaha untuk menuju perubahan itu.


 

Perubahan apa sih yang dimaksud?


 

Perubahan apa saja yang dikehendaki;

- Keluarga sakit-sakitan.

- Pekerjaan yang bergaji kecil.

- Usaha yang tiada menguntungkan.

- Dagangan rugi terus.

- Ngajuin modal ga pernah tembus.

- Bangkrut.

- Keluarga yang tidak harmonis.

- Hidup dalam kungkungan hutang.

- Hidup tanpa pendamping hidup.

- Rumah tangga tanpa anak.

- Miskin.

- Selalu kurang.

- Selalu hina di mata keluarga, saudara dan tetangga.

- Berketurunan dari orang-orang rendahan, kepengen anak tidak seperti kita.

- Kepengen anak lebih maju dari kita hidupnya

Dan seterusnya, mengubah hidup ke arah yang lebih baik.


 

Sekali lagi, tempuhlah jalan yang berbeda dengan yang orang lain tempuh. Tentu saja bekal-bekal "dunia" ya dijalani. Tapi jangan pake hanya kekuatan dunia saja. Ya itu tadi, cepet lelahnya. Tempuhlah jalan-jalan seperti yang sudah disebut di atas, gunakan tambahan kekuatan doa, kekuatan ibadah, kekuatan amal saleh. Teliti kekurangan dan kelemahan dari sisi ini, supaya ada perbaikan. Ketika ada perbaikan, maka perubahan adalah milik Anda!


 

Masih belum paham ya? Gini, perubahan yang paling gampang diidentifikasi adalah perubahan ibadah. Bila Anda jadi rajin membuka al Qur'an, rajin membuka buku-buku hadits, ada jam-jam tambahan bercengkrama bersama Allah, sedekahnya bertambah, shalat-shalat sunnahnya juga bertambah, kebaikan-kebaikan pada sekitar bertambah, maka bisa dipastikan, sebentar lagi perubahan benar-benar akan terjadi.

Buat Anda yang bertambah dan berubah, tapi frekuensi ibadah dan amal saleh menjadi berkurang dan melemah, itu sebenernya tanda-tanda kemunduran. Coba saja dirasakan. Dirasakan pake ukuran hati. Pake ukuran kebahagiaan yang hakiki.

***

Bentuk Konkrit Perubahan


 

Setiap perubahan, butuh langkah konkrit


 

Seorang kawan bertanya masih seputar bentuk konkritnya atau langkah konkritnya menuju perubahan tersebut.


 

Maka saya katakan begini, jika posisi Anda saat ini hidup dalam suasana sakit-sakitan, lakukanlah petunjuk-petunjuk "dunia"; berolahragalah, jagalah/perhatikanlah makanan yang dimakan, istirahat yang cukup, dan

seterusnya.


 

Terhadap "langkah-langkah dunia", istilah saya mah orang-orang yang tidak memiliki Allah pun sanggup melakukannya. Tapi, kalau hanya melakukan langkah-langkah dunia ini, maka perubahan yang sesungguhnya tidak akan pernah bisa dinikmati, kecuali apa yang sekedar kita rasakan saja.


 

Buat yang perlu penjelasan lagi, begini. Andai kita sakit, lalu kita berobat. Insya Allah sesuai dengan sunnatullah-Nya, kesembuhan itu bisa saja kita dapatkan. Tapi, bila hanya berobat saja, tiada berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah, maka tiadalah yang bisa kita dapat kecuali kesembuhan itu saja. Yang demikian itu sama bila seseorang "hanya bekerja". Tentu saja ia bisa mendapatkan gaji. Yang tidak punya Tuhan pun akan mendapatkan gaji bila ia bekerja. Namun, sebagai seseorang yang menginginkan Perubahan Besar, maka tiadalah cukup ia bekerja sekedar bekerja. Ia perlu "nilai". Supaya tidak sekedar bekerja. Saya pernah membesut satu seminar tentang kehidupan yang judulnya:


 

Memaknai kehidupan.

Baiklah, contohnya terlanjur contoh hidup sehat. Maka, langkah konkrit dalam kasus kepengen hidup sehat, selain menempuh cara-cara dunia, cobalah ubah bersama Allah dalam menuju hidup yang sehat, tidak sakit-sakitan dengan cara melakukan hal-hal berikut ini;


 

- Pergiat doa. Cari waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Selepas shalat wajib misalnya. Jadilah orang yang rindu dengan waktu shalat, sebab kepengen berdoa setelah usai shalat. Langsung munajat setelah berhadapan dengan Nya di dalam shalat. Syukur-syukur bisa berdoa selepas shalat hajat, dhuha dan atau bahkan tahajjud. Lebih bertenaga.


 

- Bila sebelum sakit-sakitan malas-malasan shalatnya, sering telatnya ketimbang tepatnya. Lebih sering malasnya ketimbang rajinnya. Lebih sering sendiriannya ketimbang berjamaahnya… Ubahlah. Jadilah orang-orang yang betul-betul bergiat berubah di urusan yang disebut ini. Datang ke Allah sebelum waktunya. Artinya, sebelum azan, coba datang kepada Allah. Sambut Allah. Jangan sampe Allah menunggu. Kitalah yang menunggu Allah, sebab kita ada keluhan yang ingin disampaikan kepada Nya. Jika sebelumnya kita tiada khusyu' shalatnya, dan tiada ada usaha untuk khusyu', kini kita shalat dengan hati dan pikiran kita, bahwa kita shalat membawa penyakit kita untuk diberi Nya kesembuhan.


 

- Bila sebelumnya shalat-shalat sunnah malas benar tertegak, maka hidupkanlah shalat-shalat sunnah. Mulai dari qabliyah ba'diyah, dhuha, dan seterusnya. Kalau perlu ambil shalat-shalat sunnah yang jarang orang kerjakan; shalat sunnah tasbih, shalat sunnah syukur wudhu, dan lain-lain. Bila sebelumnya sudah shalat dhuha, tapi masih dua rakaat, tambahin jadi empat. Kalo tadinya sudah empat, jadikan delapan, dan seterusnya.


 

- Bila sebelum sakit-sakitan sedikit anak yatimnya, cari lagi anak yatim yang lain sebanyak yang kita mampu sebagai tambahan. Bila sebelum sakit-sakitan, ada sedekahnya, maka sekarang pas

sakit-sakitan, tambahin sedekahnya.


 

Dan kebaikan-kebaikan lain, seperti menjadi ayah yang baik, ibu yang baik, bagi anak-anak Anda, diintrospeksi, diteliti kekurangannya, lalu kebut di sisi ini untuk menjadi ayah dan ibu yang lebih baik lagi. Atau ketika posisi Anda adalah anak, perbaiki hubungan Anda dengan orang tua Anda. Suami menjadi suami yang lebih baik lagi ke istri. Istri menjadi lebih baik lagi ke suami. Tetangga ke tetangganya, saudara ke saudaranya. Insya Allah, perbaikan-perbaikan yang lebih bersifat mental, akhlak, moral, dan atau perbuatan dan sikap sehari-hari inilah yang akan membuat ikhtiar Anda menuju perubahan dan perbaikan hidup menjadi mudah. Mudah, sebab ada keridhaan Allah di sana.


 

Nanti akan terjadi keajaiban-keajaiban-Nya yang tahu-tahu Anda sudah hidup semakin sehat. Misalnya, di perjalanan ikhtiar menuju sehat, ada seorang kawan yang mereferensikan sesuatu yang ternyata cocok dengan Anda sehingga Anda memperoleh kesehatan sempurna.


 

Hal-hal di atas bisa diterapkan juga pada kasus-kasus yang lain. Pokoknya, bagi siapa yang menempuh jalan untuk menghadirkan pertolongan Allah, maka Allah akan hadirkan jalan-jalan di luar jalan yang selama ini ia tempuh.


 

Yusuf Mansur


 

January 19, 2009

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 10 - Hidup Bersama Allah

Luangkan waktu bersama Allah. Semakin banyak waktu yang diluangkan bersama Allah, semakin bagus kualitas hidup kita. Apalagi bila kita mau menambah kualitas kedekatan itu dengan ilmu dan amal salih.


 

Alhamdulillah, Allah hadirkan bulan puasa dari 12 bulan yang Allah berikan. Di bulan puasa ini, boleh dibilang manusia terkoneksi terus sama Allah. Ketika dia puasa saja, paling tidak seseorang "nyambung" mulai dari sahur, sampe mau tidur. Gerakan batinnya, gerakan niatnya, gerakan fisiknya, terjaga dengan apa yang disebut puasa. Ketika kita tidur pun, pikiran kita setidak-tidaknya berpikir untuk jangan sampai tidak bangun sahur. Itu sebabnya kita kemudian bisa bangun sahur. Sebab kondisi kita "siap bangun". Di bulan puasa, kita ingat mengaji. Di bulan puasa, shalat sunnah sayang terlewati. Di bulan puasa, baca al Qur'an disempet-sempetin. Di bulan puasa, para lelaki ngebela-belain shalat berjamaah. Para ibu, para istri, menyiapkan makanan berbuka dan sahur. Sedekah juga bertebaran di bulan ini. Subhaanallaah, sungguh bulannya amal salih. (Perkara seseorang kemudian mengisi puasanya atau tidak, itu perkara lain. Dengan berpuasa saja, lalu tetap mengambil amalan-amalan yang wajibnya saja, sebenernya itu sudah cukup mengantarkan seseorang menjadi terhubung sama Allah. Tentu saja, semakin banyak kita dalam beramal, akan semakin baik score-nya. Semakin bagus kita mengisi, semakin baik nilainya).


 

Andai seperti ini hidup kita di bulan-bulan berikutnya, masya Allah, alangkah bagusnya. Hidup bersama Allah. Rizki insya Allah kebuka.


 

Saya semalam menangis. Di 2 lokasi Pesantren Daarul Qur'an; di Kampung Bulak Santri dan di Kampung Ketapang (dua-duanya berjarak dekat, tidak berjauhan), berlangsung tarawih 1 juz 1 malam. Sebab saya menangis, ada beberapa hal. Di antaranya barangkali saya terlalu bahagia. Ga kebayang dalam hidup saya, bahwa saya dan kawan-kawan diamanahi berkah yang luar biasa; memimpin dan mengelola pesantren hafalan al Qur'an. Dan memasuki puasa, setiap malam berlangsung tarawih 1 juzan yang memang sudah lama saya idam-idamkan. Suara imam-imam saban malamnya, suara anak-anak santri, segala rupa amalan warga pesantren, masya Allah, sungguh ini membahagiakan sekali. Ditambah lagi saya yang alhamdulillah bulan ini banyak mengurangi jadual untuk berkonsentrasi di tengah-tengah para santri dan asaatidz. Wuah, ada kedamaian sendiri. Ada di tengah anak-anak dan para asaatidz pondok yang hatinya, pikirannya, gerakannya, adalah menuju Allah.


 

Saya betul-betul mengundang kawan-kawan jamaah semua untuk mengagendakan acara-acara keluarga, acara-acara kantor, dan pengajiannya untuk diselenggarakan di pesantren. Saya tidak menjanjikan apa-apa, kecuali mudah-mudahan berkah dari amalan harian pesantren bisa dibawa ketika berada di sana dan kemudian bisa dibawa pulang itu keberkahan. Suasana pesantren sering mendatangkan kedamaian. Di pesantren manapun ia, termasuk di Pesantren Daarul Qur'an.

Rasanya, kita emang perlu waktu khusus dan tempat-tempat khusus, plus lingkungan yang khusus, yang memang bisa membawa kita untuk bisa terpengaruh untuk bisa hidup bersama Allah.


 

Waba;du, Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia, saya menemukan banyak manusia yang menyibukkan dirinya dengan urusannya. Bahkan ketika bermasalah pun tidak kunjung mendekatkan dirinya dengan Allah.


 

Kalau bisa, dalam keadaan bagaimanapun kita, mestinya kita sadar untuk memulai perjalanan mencari Allah. Bukan sekedar ditempuh. Tapi dikebut.


 

Kita kejar dosa kita, kita kejar kehidupan yang nyaman di kehidupan kedua nanti setelah kita meninggal. Apalah lagi buat kita-kita yang sadar bahwa kita-kita ini emang manusia-manusia yang masya Allah, dosanya gede banget-banget.


 

Kebiasaan-kebiasaan di bulan puasa, terus saja kita jalankan, baik di bulan puasa ini, maupun nanti setelah bulan puasa meninggalkan kita. Mulai dari bangun shalat shubuh lebih di awal. Supaya bisa shalat malam, witir, istighfar dan membaca al Qur'an menunggu waktu shubuh. Supaya bisa tertegak shalat sunnah tahajjud, witir dan baca al Qur'an.


 

Jalankan ini semua sampe ia menjadi kebiasaan buat kita. Menjadi habit buat kita.


 

Ini pula lah yang mau dikejar dalam Riyadhah 40 hari menjadi kaya. Bahwa selama 40 hari kita bungkus diri kita dengan apa yang dinamakan "taqorrub ilallaah", mendekatkan diri kepada Allah.


 

Jalankan segala ibadah sampe kita sendiri larut dalam keasyikan menjalankan ini. Sesiapa yang menjalankan dengan hati, insya Allah -- sering saya bilang -- Allah akan berikan kenikmatan "lupa bahwa diri kita sedang bermasalah". Ingat-ingat, mudah-mudahan Allah sudah men-take over masalah kita. Lupakan keinginan kita, kita berjalan saja menuju Allah. Sadar-sadar, perjalanan ikhtiar kita mencapai keinginan, tau-tau dah nyampe.


 

Bagi jamaah peserta kuliah, kita belajar meyakini, kalaulah sampe kita-kita ini bermasalah hidup di dunia ini, lalu masalah kita itu bisa mengantarkan kita menjadi mengingat Allah, ga apa-apa juga. Terlalu mahal tebusannya bila tiada dapat mengingat Allah, meskipun bergelimang harta dan bagus jabatan.

Boleh jadi di antara saudara yang melakukan ibadah-ibadah mengaku belum ada tanda-tanda masalahnya bisa selesai. Namun sesuatu yang pasti, ketenangan yang luar biasa, Allah akan berikan kepadanya. Ketika seseorang berhutang misalnya, bisa saja terjadi satu demi satu mereka yang ia punya hutang kepadanya, membaik dan menjadi kawan. Menagih tetap menagih. Insya Allah selalu ada saja kemudahan yang membuatnya masih terasa punya banyak waktu. Kita-kita ini harus yakin, pertolongan Allah bakal datang juga kepada kita.


 

Dan inilah yang semestinya kita kejar. Allah. Bukan solusi buat permasalahan kita dan bukan jawaban dari keinginan kita. Tujuan kita, kita kembalikan lagi. Yaitu Allah. Hanya DIA. Bukan yang lain.


 

Bila kita bisa MENGUBAH HALUAN HIDUP, maka lompatan besar sesungguhnya sudah terjadi. Yakni, Pemilik Segala Solusi, yaitu Allah, sudah ia dapatkan. Dan ini lebih mahal dari apapun di dunia ini.


 

Ya, ini juga perlu saya garis bawahi, bahwa ubahlah haluan hidup kita. Kalau kita mengejar solusi dan mengejar keinginan, kita akan letih dibuatnya. Kita kejarlah Allah. Insya Allah, Dia akan menyediakan jawaban-jawaban-Nya untuk kita.


 

Maka pesan saya buat diri saya dan buat semua Peserta KuliahOnline, luangkanlah waktu untuk bersama Allah. Sesering mungkin. Semakin kita meluangkan waktu untuk Allah, maka hal aneh yang akan terjadi, selain kita sendiri semakin punya banyak waktu untuk menikmati hidup ini, pun hidup kita akan sepi dengan sendirinya dari masalah-masalah yang memenjarakan kita punya hidup.


 

Kalau kita pikir-pikir ya, kurang apa kita coba? Kerja keras udah, kerja cerdas udah, tapi kenapa hidup kita jauh dari berkualitas? Jawabannya ternyata, tujuan hidup kita bukanlah Allah. Saya orang yang tidak percaya bahwa seseorang yang menapaki kesuksesan, lalu layak disebut sukses, apabila kehidupannya rapuh. Saya orang yang tidak mau memakai ukuran dunia. Dunia seringkali merenggut hidup kita. Jabatan direksi memang kita sandang, tapi tarohannya mahal sekali; keluarga, kesehatan kita, kesenangan kita, dan yang paling mahal dirampas adalah waktu untuk kebersamaan kita dengan Allah.


 

Kalau kita semua tidak segera mengubah haluan hidup kita, pastilah kita akan semakin jauh dari Allah subhaanahuu wata'aala.


 

Berikut ini tips untuk saya dan untuk kita semua:


 

Biasakanlah untuk memulai pagi dengan shalat dhuha dan membaca al Qur'an. Sibuk, ya sibuk. Tapi kita harus bisa mengendalikan diri. Kesibukan ga ada habisnya. Sedari malam pun kita jejak, lalu kita masih korbankan pagi kita, dunia tidak akan pernah cukup buat kita. Kita boleh bilang bahwa keluarlah dari rumah sepagi mungkin. Namun saya akan menambahkan, tapi sempatkanlah diri kita untuk bisa shalat dhuha dan baca al Qur'an, barang seayat dua ayat.


 

Waktunya shalat nanti, shalatlah. Tinggalkanlah semua urusan jual beli, urusan perniagaan, urusan pekerjaan, urusan dunia. Tinggalkan itu semua untuk segera shalat menghadap Allah. Dunia diurus ga ada habisnya. Shalat 5 waktu, harus lebih penting buat kita daripada yang lain. Inilah tauhid. Jangan bangga menjadi yang terdepan, tapi di urusan shalat menjadi yang paling belakang. Kalo bisa, kalau sedang dianugerahi usaha, pekerjaan, anak buah, perusahaan, atau karunia-karunia lain, jadilah motor penggerak bagi sekeliling untuk sama-sama shalat menghadap Allah. Yakinkah semuanya bahwa Allah itu lebih penting dari semua urusan dunia. Shalatlah tepat waktu. Bila shalat tidak tepat waktu, terlalu jauh kita memutar kemudi untuk kembali di tracknya. Contoh, kita sering ketinggalan shalat ashar di jam 5 sore. Berarti kan 2 jam telatnya? Katakanlah 5 shalat waktu dikali telat 2 jam, maka dalam sehari, kita telat 10 jam. Ibarat orang yang adu lari, maka kita akan kalah 10 jam. Dalam satu bulan, 300 jam. 300 jam itu lebih kurangnya 12-13 hari. Bisa dibayangkan betapa kalahnya kita mengejar dunia bila kita sering telat shalat dalam 12 bulan. Itu berarti ketinggalan kurang lebih 150 harian ngitung gampangnya. 150 harian itu sama dengan ketinggalan 4 bulanan. Lebih bahaya kalau kita sering telat shalat sejak akil baligh. Katakanlah umur kita saat ini 30 tahun, dan akil baligh dihitung dari umur 10 tahun, berarti kita akan kalah 40 bulan. 40 bulan itu 4 tahunan. Wajar saja kita mundur di dunia ini, sebab langkah kita, telat 4 tahunan. Belom lagi kalo dihitung meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, meninggalkan berhaji hanya gara-gara tidak siap, atau ditambah lagi dengan dosa-dosa dan maksiat, wuah, barangkali konversiannya bisa 10-20 tahunan. Bayangkan, harusnya, kita susah tuh selama itu. Tapi karena Rahman Rahim Allah-lah, kita masih bisa tertawa, masih bisa tersenyum, masih bisa makan minum enak. Subhaanallaah, Maha Pengasih benar Allah, dan Maha Pemaaf.


 

Bikin doyan diri dengan shalat sunnah qabliyah ba'diyah. Jangan mudah meninggalkan qabliyah ba'diyah. Kebanyakan atau keseringan meninggalkan qabliyah ba'diyah, akan menyebabkan kita menjadi orang-orang yang jauh rizki dan tidak bertambah rizki. Rizki kita mau bertambah, tapi shalat tiada mau bertambah.


 

Menjelang tidur, berwudhulah, perbanyak zikir dan istighfar kepada Allah. Ingat-ingat dosa. Ibarat jalan, kita balik lagi kembali ke Allah dan mengembalikan semua urusan kepada Allah. Doa menjelang tidur kan begitu. Di antaranya Innii ufawwidhu amrii ilallaah; aku menyerahkan sepenuh-penuhnya segala urusan kepada Allah.

Jangan lupa. Niatkan bangun malam, sebagaimana kita mengincar waktu sahur takut-takut kita kepayaha di siang harinya ketika kita berpuasa. Kita bangun malahlah, dengan satu kecemasan di hati dan pikiran kita bahwa kalau kita tidak bangun malam, maka hidup kita akan payah di siang harinya ketika kita bekerja dan berusaha. Dan di saat bangun malam inilah sesungguhnya titik 0 hidup kita dimulai. Bila langkah dalam hidup ini dimulai dari shalat shubuh jam 05.30, maka itu berarti kemunduran buat kita. Melenceng malah. Bedanya berapa jam tuh? Lihat penjelasan perihal hitung-hitungan kalau shalat kita telat, udah 4 tahunan. Kalau perjalanan kita dihitung dari jam 3 dinihari waktu tahajjud bagaimana? Maka ia menyumbang perjalanan kemunduran kita lebih kurang sebanyak 2 jam setengah dikali 30 hari dalam sebulan, dikali 12 bulan dalam setahun, dan dikali berapa umur akil baligh kita. Masya Allah, panjang bener garis hidup kita melencengnya! Ini belom dihitung bulak beloknya kita ketika kita hidup. Adakalanya kita menuruti hawa nafsu, adakalanya kita mengikuti syetan. Tambah panjang tuh. Saya sering mengilustrasikan begini. Ada seorang manajer yang hidupnya udah lempeng. Tapi kemudian dia tergoda memperkaya diri. Akhirnya, jabatan manajer yang 10 tahunan ia kejar, harus hilang. Kalau kemudian ia harus meniti karir lagi untuk sampai ke jenjangnya, berapa lama lagi? Ukuran normalnya ya 10 tahunan lagi. Dan biasanya perjalanan kedua akan lebih berat lagi, utamanya kalau tetap Allah tidak ridha.


 

Kejar ketertinggalan dengan amal saleh. Cari jalan-jalan yang bisa kita kemudian tercatat sebagai orang-orang yang beramal saleh, berbuat kebaikan. Jadilah bahagian dari orang-orang yang ikut ngumpul bersama orang-orang yang senangnya beramal saleh. Kalau perlu, jadilah kepala lokomotif yang membawa gerbong kebaikan. Agar kekejar itu ketertinggalan selama hidup kita haluannya ga bener.


 

Ok, sampe ketemu lagi di esai berikutnya. Insya Allah kita akan belajar sedikit "meninggalkan dunia", tapi tetap mendapatkannya. Bingung kan? Ya, besok saja jawabannya. Insya Allah.


 

Yusuf Mansur


 

February 12, 2009

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 11 - Memberi Perintah Kepada Allah

Kunjungan Pondok


 

Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah, kita akan mulai belajar tentang mengenal Allah di dalam kehidupan yang nyata. Tidak ada pintu belajar mengenal Allah kecuali kita belajar tentang shalat dulu. Harusnya. Insya Allah kajian tentang shalat ada di Kuliah Dasar tersendiri. Namun di Kuliah Tauhid ini ditekankan pengenalan secara rasa, secara filosofi, secara psikologi, dan secara apa yang saya alami dan rasakan ketika saya berusaha mengenal Allah. Adalah kebohongan adanya buat saya yang mengaku mencari Allah, mengenal Allah, tapi kemudian shalat saya payah. Maka sedemikian kerasnya usaha saya untuk berusaha bisa shalat tepat waktu dulu. Baru kemudian saya mempelajari bahagian-bahagian shalat secara detail dengan memohon kepada Allah bimbingan-Nya. Apa yang saya rasa, saya dapat, saya share menjadi bahagian dari esai-esai Kuliah Tauhid. Selamat membayangkan kedekatan Saudara dengan Allah manakala Saudara sudah bisa melompat khawatir, bahwa Allah datang, sementara kita tidak berada di tempat. Apa maksudnya dari kalimat saya ini, silahkan renungkan tiga esai yang saya sertakan sebagai bahan kuliah hari ini.

Hari ini ada mulai banyak tamu yang datang berkunjung ke saya, mengikuti Program Kunjungan Pondok ke Pondok Daarul Qur'an, atau sekedar bertamu. Mudah-mudahan kedatangan para tamu membawa berkah tersendiri bagi pondok dan bagi para tetamu sendiri. Juga memberi maslahat bagi lingkungan. Amin.


 

Semalam, tgl 4 September, saya juga sudah pindah ke dalam lingkungan Pondok. Semoga bisa mendekatkan diri saya dan keluarga ke lingkungan pondok. Alhamdulillah saya bisa menyewa/mengontrak rumah Pak RW yang berlokasi persis di pintu masuk Sekolah Daarul Qur'an Internasional (Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an – Daarul Qur'an). Puji syukur kepada Allah. Para tetamu juga sudah disediakan ruang-ruang untuk menunggu, sambil menikmati sajian-sajian kegiatan pondok untuk diikuti. Seiring dengan perkembangan materi, mudah-mudahan banyak ragam kegiatan yang bisa diikuti sambil berkunjung ke pondok ini. Keberkahan mudah-mudahan mengiringi kita semua.

***


 

Memberi Perintah Kepada Allah


 


 

Tidak ada pekerjaan terpenting dalam kehidupan kita

kecuali menunggu datangnya shalat, dan menyegerakan shalat.


 

Dalam satu dialog ada yang bertanya kepada saya bahwa tanpa sadar kita sering memberi perintah kepada Allah. "Tahu ga Ustadz, perintah apa tuh kira-kira?".


 

Saya memilih diam. Menikmati nasihat yang sedang datang ke saya. Sejak awal bicara, saya memilih belajar saja.


 

"Perintah yang dimaksud, perintah tunggu…" katanya melanjutkan.

Pembicaraan saat itu sedang membicarakan shalat tepat waktu. Saya langsung merespon membenarkan. "Iya juga. Perintah tunggu ya?"


 

Coba aja lihat, kata orang ini. Ketika Allah memanggil, lewat muadzdzin, kita masih asyik dengan dunia kita. Tidak sadar bahwa Allah sudah memanggil kita untuk sujud dan ruku' menghadap-Nya. Sebagian lagi mendengar, tapi tidak bergerak. Sebagiannya malah tidak bisa lagi mendengar. Tertutup oleh kesibukannya bekerja, berusaha dan mencari dunia.


 

Bener. Rupanya kita ini memberi satu pengkodean terhadap Allah, di hampir di setiap 5 waktu shalat. Yaitu pengkodean perintah "TUNGGU". Luar biasa.


 

Jadilah Allah "Menunggu" kita. Sungguh tidak ada pantas-pantasnya. Masa Allah disuruh menunggu kita, iya ga?

***

Perintah "Tunggu"


 

Tidak ada yang lebih penting di dunia ini yang harus kita kerjakan kecuali shalat.

Shalatlah pekerjaan utama kita, sedang yang lainnya adalah pekerjaan sambilan.


 

Apa yang terjadi dengan diri Anda ketika Anda mendengar Azan? Apakah langsung bergegas memenuhi panggilan azan tersebut, lalu melaksanakan shalat? Atau biasa-biasa saja? Kalau Anda tidak segera bergegas menyambut seruan itu, maka ketahuilah kita termasuk yang berkategori memberi perintah kepada Allah. Yaitu perintah "tunggu" tersebut.


 

Perintah "tunggu" kepada Allah ini berarti: # Tunggu ya, saya sedang melayani pelanggan. # Tunggu ya, saya sedang nyetir. # Tunggu ya, saya sedang menerima tamu. # Tunggu ya, saya sedang nemani klien. # Tunggu ya, saya sedang rapat. # Tunggu ya, saya sedang dagang nih. # Tunggu ya, saya sedang belanja. # Tunggu ya saya sedang belajar. # Tunggu ya saya sedang ngajar. # Tunggu ya saya sedang merokok. # Tunggu ya, saya sedang di tol. # Tunggu ya, saya sedang dalam terburu-buru. # Tunggu ya saya sedang tidur. # Tunggu ya, saya sedang bekerja. Dan seterusnya.


 

Coba aja berkaca kepada diri sendiri, dan kebiasaan ketika menghadapi waktu shalat. Perintah tunggu inilah yang kita berikan kepada Allah. Adzan berkumandang… Allahu akbar, Allahu akbar… Bukannya kita bergegas menyambut seruan itu, malah Allah kita suruh menunggu…

Siapa sih kita?


 

Sesiapa yang tidak mengusahakan shalat di awal waktu, sungguh dia adalah orang yang tidak mengenal Allah. Rizki-Nya lah yang selalu kita cari. Pertolongan-Nya lah yang sedang kita butuhkan. Dan Allah datang di setiap waktu shalat membawa apa yang kita butuhkan, memberi apa yang kita inginkan, di luar kebaikan-Nya yang bersifat sunnatullah.


 

Kita ini, manusia, makhluk ciptaan Allah. Diciptakan dari saripati tanah. Kita ada, lantaran ada hubungan yang diizinkan Allah dari hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian terjadilah kita. Ya, dari sperma, kita menjadi manusia. Makanya Allah menyindir di surah Yaasiin ayat ke-77, bagaimana mungkin manusia yang diciptakan dari saripati tanah lalu tiba-tiba menjadi pembangkang? Menjadi pendurhaka kepada Allah?


 

Tapi ya begitulah. Kita ini emang manusia yang ga tahu diuntung dan ga tahu diri. Kita ga kenal siapa kita. Lihat saja, berani-beraninya kita "memerintah" Allah untuk menunggu kita. Iya kan?


 

Sedangkan, saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, seorang kopral, ga boleh dia memerintah sersan. Sersan, ga boleh memerintah kapten. Mayor, tidak bisa memerintah Jenderal, dan seterusnya. Hirarki itu, terjadi. Bahkan, seorang polisi yang berdiri di pinggir jalan, lalu lewat mobil jenderal, lalu dia tidak mengangkat tangan tanda hormat, maka secara kesatuan, ini akan jadi masalah buat dia.


 

Nah, sekarang, tanya, siapa kita, dan siapa juga Allah? Terlalu amat sangat jauuuuuuhhhhh hirarki kedudukannya. Lah, bagaimana mungkin kemudian kita membiarkan Allah menunggu kita, atau kita memberikan perintah tunggu kepada-Nya, untuk menunggu kita? Astaghfirullah.


 

Insya Allah orang bisa rada selamet soal shalat, ketika bisa berpikir begini, "Jangan sampe Allah menunggu saya. Kalo bisa, saya yang menyambut Allah. Sebab ga ada pantes-pantesnya. Masa Raja Diraja, Pemberi Karunia, yang dirindukan pertolongan-Nya dan bantuan-Nya, yang dinikmati rizki-Nya, lalu jadi yang menunggu saya? Emangnya, siapa saya?".

***

Renungkan tiga esai ini dulu ya sebagai bahan kuliah hari ini. Kepada Allah kita berharap sejak ini TAUHID kita BUNYI. Maksudnya, ilmu tauhid kita itu nyata, berpengaruh ke kehidupan kita. Yakni manakala kita berusaha mengenal Allah di saat Allah datang saja dulu di waktu shalat.


 

Likulli syai-in baabun. Wa baabut taqorrub ilallaahi, ash-sholaah; segala sesuatu ada pintunya. Dan pintu supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah itu adalah shalat.


 

Yusuf Mansur


 

August 28, 2009

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 12 - Dapat Apa Dari Dunia…?

Daarul Qur'an Method


 

Kita sering habis-habisan berbuat untuk sesuatu yang justru akan kita tinggal.


 

Sedang untuk sesuatu yang bakal abadi, sering kita tidak sungguh-sungguh.


 


 

Sore tadi saya berbincang-bincang sebelum ashar dengan X, wali murid dari santri kami yang bernama Ayu. Alhamdulillah, selama Ramadhan ini, Pesantren punya kegiatan buka puasa dan tarawih keliling ke wali-wali santri. Mereka senang-senang. Sudah mah bias melihat anaknya pulang, mereka bisa kedatangan kawan-kawan dari anak-anaknya dan para dewan guru pesantren. Tambah senang lagi mereka bahwa saya menyatakan saya pun bisa mendampingi. Dan kegiatan tarawih 1 juz 1 malam tetap bisa berlangsung. Yakni di kediaman tuan rumah, atau di mushalla/masjid di sana, yang bisa mengikuti tarawih 1 juzan ini (tidak semua mushalla berkenan, mengingat stamina jamaahnya yang belum tentu sanggup mengikuti tarawih begini).


 

Nah, Pak X ini rupanya juga peserta KuliahOnline Wisatahati. Saya senang sekali. Ini kan sama juga dengan saya mengisi ruh, hati dan pikiran para wali santri. Saya baru sadar, oh iya ya, kenapa saya tidak wajibkan saja para wali santri mengikuti KuliahOnline ini. Insya Allah kalo visi misi nya sudah sama, hatinya juga sama-sama tesambung ke Allah, maka ini akan mempermudah perjalanan menuju perubahan yang dikehendaki. Perubahan bermodalkan ridha Allah.


 

Pak X ini bertanya kepada saya, kapan ustadz ada waktunya? Saya bilang, insya Allah saya sempatkan. Hari ini saya terlambat mengupload sebab alhamdulillah saya dikasih "ga enak badan". Saya masih harus ikut memimpin tarawih 1 juzan, dan kemudian saya diamanahkan Allah beberapa kegiatan. Tumbang juga. Saya pikir, besok saja (tadi pagi maksudnya), habis shubuh, habis siaran langsung di TPI jam 05.00-05.30. eh, malah tumbang beneran. Istirahat, bangun-bangun jam 11! Alhamdulillahnya udah sempet dhuha waktu menginspeksi anak-anak santri di Pesantren. Masya Allah, maafkan saya ya.


 

Pak X ini juga bertanya tentang materi, beliau bilang, statement Ustadz menarik juga tuh. Saya tanya, statement yang mana? Kalimat yang mana? Itu, ketika Ustadz bilang, bahwa materi besok (hari ini), adalah bagaimana kita meninggalkan dunia, tapi tetap mendapatkannya?! Bagaimana tuh caranya?


 

Begini, sebentar lagi ashar kan? Kata saya. Nah, ketika azan ashar, atau malah di pesantren mah sebelum ashar, kita sudah harus meninggalkan dunia kita. Untuk menuju Allah. Itulah yang dimaksud belajar meninggalkan dunia sekaligus mendapatkannya. Tidak sungguh-sungguh meninggalkan dunia, hanya harus tahu kapan kita bekerja, kapan kita beribadah kepada Allah. Sampe sini, ada yang mengatakan, kan kerja juga ibadah? Iya, betul. Bagus malah. Tapi jangan sampe meninggalkan dan melalaikan ibadah mahdhoh (wajib) nya.


 

Saya menceritakan kepada beliau, bahwa saya punya kawan yang buka toko sepatu. Satu hari ia berkhidmat kepada agama. Dia memilih khuruj (keluar 3 hari sampe 40 hari) ala jamaah tabligh. Tokonya ia atur sebaik-baiknya sebelum ia meninggalkannya. Ia aturkan karyawan-karyawannya, ia amanahkan sebaik-baiknya tokonya ini kepada anak buah dan saudaranya. Dia mengaku, toko sepatunya malah mendapatkan hasil lebih.


 

Ada seseorang yang berkhidmat kepada seorang kyai. Ia bantu kyai ini, ia temani kyai ini keliling daerah. Sementara ia punya usaha pabrikan rumahan pembuat mesin pengering nangka dan pisang. Biasanya dia hanya mampu menjualkan 1-2 mesin saja per bulan. Ini dia mengaku dia bisa menghasilkan sampai 5 mesin, per bulan!


 

Seorang anak muda datang bersama istri dan keluarganya. Minta nasihat agar dikuatkan mentalnya untuk jadi ustadz di pedalaman. Tapi keluarganya bingung. Ia selama ini kerja di pabrik. Gajinya 800rb, masih ada bonus-bonus dan tunjangan ini itu. Tapi itu pun seringnya nombok, dan punya hutang. Panggilan hatinya kuat sekali untuk berdakwah. Karenanya ia pamit untuk kemudian menjadi dai pedalaman. Niatan ini lumayan disetujui, sekaligus jadi beban pemikiran istri dan orang tuanya. Bergaji saja engga bisa hidup pas-pasan (nombok), apalagi kalo sampe ga punya gaji sama sekali. Saya perkuat hatinya, bahwa kalau memang sudah bulat, syaratnya jangan mengeluh. Insya Allah, Allah akan mengaruniakan sesuatu yang lebih. Dan benar saja. Satu tahun kemudian ia bercerita, hidupnya lebih punya sekarang ini. Bulan pertama saja, gaji sebesar 50rb per bulan dari lembaga dakwah yang menaungi perjalanannya ini malahan utuh. Apa sebab? Allah menanggung hidupnya. Orang-orang kampung yang diajarnya digerakkan Allah untuk memberikan sebagian hasil panen penduduk kepada dia. Malah katanya lebih hingga bisa dijual untuk bisa membelikan sesuatu buat istri, anak dan orang tuanya. Masya Allah kan?


 

Seorang pemasar di bidang konstruksi, mencoba untuk hidup mementingkan Allah. Ia lalu menjadi memegang prinsip bahwa Allah itu segala-galanya. Rapat-rapat ia beritahu bahwa ia harus break 10 menit sebelum azan, dan klien-kliennya malah disuruh nunggu! Katanya, kalau berkenan menunggu, saya senang sekali. Tapi kalau ga berkenan menunggu, ya baiknya kita re-schedule jadwal yang nabrak waktu shalat, untuk dipilih yang tidak nabrak waktu shalat. Katanya, pernah kejadian, ada satu klien, yang direksinya itu "bule". Si bule ini mempersilahkan dia mem-break, sebab ga mungkin di-re-schedule. Lalu apa yang terjadi? Meeting dicukupkan sampe waktu break saja. Batalkah? Tidak. Pemasar konstruksi ini bercerita, bahwa tuh bule merasa ga usah lagi harus diperpanjang masa diskusinya. Mengapa? Katanya, bule kini percaya sama dirinya. Dia sudah perhatian sama Tuhannya, pasti dia orang jujur, begitu kata bule ini meyakinkan. Dan bule ini masih menambahkan, bahwa dia disiplin dengan waktu audiensi bersama Tuhannya, pasti pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan kepadanya pun akan juga disiplin.


 

Seorang pengusaha makanan, mengubah kebiasaan (culture) perusahaannya. Biasanya ia ajarkan agar karyawannya sigap-sigap mencari dan melayani pelanggannya. Tapi apa yang terjadi? Setelah ia berkenalan dengan ilmu tauhid, ia berkeinginan mempraktekkan ketauhidannya ini di lingkup usahanya. Saya menyebutnya DAARUL QUR'AN METHOD. Dan inilah DAARUL QUR'AN METHOD. Apa yang diterapkan oleh si pengusaha yang diceritakan ini adalah metodenya Daarul Qur'an.


 

Eh, sudah azan maghrib. Saya buka puasa dulu ya. Ntar malem ba'da tarawih saya lanjutkan lagi.

***


 

Setelah buka puasa, shalat berjamaah, alhamdulillah saya lihat ada waktu sebelum isya-an dan tarawih. Baiklah, saya lanjutkan tanpa menunggu tarawih. Supaya bisa diupload malam ini juga dan dibaca. Besok, sudah materi baru.


 

Lanjut ya? Pengusaha makanan ini malah meminta karyawan-karyawannya menunda buka toko sekitar 20 menit dari jadual. Sementara jam masuknya, tetap. Untuk apa? Rupanya ia meminta karyawan-karyawatinya shalat dhuha dulu dan membaca al Qur'an 1-5 ayat! Dan ini ia wajibkan. Tanpa kecuali yang haidh. Lah, kan ga bisa shalat dan ngaji yang haidh? Ya, kata dia, tetap harus ada di tengah-tengah barisan yang mengingat Allah! Dia mau belajar dari kesalahannya selama ini, bahwa Pemilik Rizki selama ini ia abaikan. Dan ia dititipkan karyawan, kenapa juga ga dibawa ke Allah. Mumpung pasti didengar seruannya. Masya Allah. Pas zuhur, ia suruh bergantian melayani pelanggannya. Harus lebih banyak yang ke mushalla malahan. Ia beritahu pelanggannya bahwa yang muslim, bisa shalat zuhur dulu sambil menunggu makanan datang. Alhamdulillah.


 

Saya juga pengen tuh ngembangin usaha yang absen pertamanya adalah dhuha dan baca al Qur'an. Syukur-syukur bisa setoran hafalan al Qur'an. Kalau perlu, tamu-tamu yang datang harus ditanya sama sekuriti pintu gerbang pabrik/kantor, "Sudah shalat dhuha belum?", bukan "Mau ketemu siapa?". Sebelum azan, terdengar alunan suara merdu ajakan shalat, dan menjelang pulang, diperdengarkan bacaan-bacaan al Qur'an. Ah, indahnya.


 

Nah, di pesantren, yang kayak gini-gini, diberlakukan. Diusahakan diberlakukan. Saya sampe merapat ke pesantren, ngontrak/nyewa rumah di depan pesantren, agar bisa ngontrol yang begini gini. Biarlah santri-santri tidak menjadi santri yang pintar, asal ia bisa shalat tepat waktu, rajin shalat-shalat sunnah, ringan bangun malam dan puasa-puasa sunnah, senang berdoa dan mendoakan. Tentu saja, bukan pesantren namanya kalau santri-santrinya tidak pintar. Ucapan ini hanya untuk menunjukkan betapa kesalehan dan tahu Allah itu lebih penting dari segalanya.


 

Daarul Qur'an Method ini sudah mulai diadopsi oleh banyak perusahaan. Laporan satu demi satu berdatangan tentang perubahan. Terutama ketenangan, dan cara pandang terhadap dunia yang tidak lagi segalanya. Melainkan Allah lah yang segalanya. Alhamdulillah, subhaanallaah. ***

Dapat Apa Dari Dunia…?


 

Dunia harus dikejar. Karena di sini kita hidup. Namun akhirat juga harus diperhatikan. Sebab di sanalah tempat kita kembali. Inilah doa dan ajaran keseimbangan hidup yang diajarkan Rasulullah.


 

Peserta KuliahOnline yang saya sayangi. Tulisan berikut ini, tentang "dunia", sesungguhnya sudah saya siapkan dari jauh-jauh hari sebelum Kuliah Tauhid ini dirilis. Bareng dengan saya mempersiapkan ragam tulisan materi kuliah yang lain. Jadi, alhamdulillah. Ga kesulitan. Saya tinggal memeriksa ulang saja, dan menemplatenya.


 

Di usia saya yang kata orang masih muda ini, saya sering berpikir. Dikasih apa kita ini sama dunia? Belum meninggal aja, kita ini ga dikasih apa-apa. Punya mobil lebih dari satu, yang dipake tetep satu. Bener sih istri make mobil, anak-anak make mobil. Tapi kita kehilangan mereka nantinya. Mereka pun sering kehilangan kita. Coba aja baca bait-bait tulisan di dalam buku ini. Ada tulisan saya yang berjudul: punya suami kayak ga punya suami. Punya istri kayak ga punya istri. Punya anak kayak ga punya anak. Punya orang tua, kayak ga punya orang tua. Punya tetangga, kayak ga punya tetangga. Punya saudara kayak ga punya saudara. Punya kawan, kayak ga punya kawan. Akhir-akhirnya, punya agama, kayak ga punya agama.


 

Ada bintang-bintang yang begitu populer, lalu tenggelam berakhir masa kepopulerannya. Dunia tetap berputar, tapi kehidupannya banyak yang mati lampu. Populer sudah tidak. Merasa populer, masih. Mati, ada yang meninggalkan hutang. Ada yang begini ada yang begitu.


 

Sementara, tidak sedikit orang-orang kaya yang tidak bisa menikmati kekayaannya. Kekayaan yang dinikmati adalah yang di atas kertas. Bukan kekayaan yang sesungguhnya. Makan, tidak bersama keluarga. Dia di mana, keluarga di mana. Tidur tidak bersama keluarga. Dia di mana, keluarga di mana. Sibuk dengan urusannya. Kaya iya, tapi kualitas hidupnya? Layak dipertanyakan kalau ia menyempatkan diri merenung. Begitu gagahnya, dunia malah menjadikannya duduk di kursi pesakitan, disorot layar kaca duduk di kursi tersangka. Tidak sedikit juga pengusaha yang susah payah membangun rumah super mewahnya, tapi ia betul-betul sudah tinggal di penjara. Sungguhpun penjara ia bisa sulap menjadi ruangan super mewah, ya tetap saja penjara namanya. Rumah yang luar biasa ia bangun pun kalo ditanya dibangun untuk siapa? Ia kelak tidak mengerti juga jawabannya. Kalo dijawab buat anak-anaknya, nyatanya anak-anaknya studi di luar kota dan di luar negeri. Kalo dijawab untuk orang tuanya, nyatanya orang tuanya di kampung sana. Orang tuanya juga merasa percuma kalo maen ke rumah tersebut, sebab memang tidak ada siapa-siapa.


 

Di banyak blok perumahan mewah, justru banyak yang tidak berpenghuni. Ada yang berpenghuni, namun bukan penghuni asli. Melainkan hanya penyewa, atau bahkan pembantu. Sudah mah nempatin gratis, dikasih duit pula tuh pembantu dan ditanggung semua hajat dan keperluannya. Termasuk urusan-urusan air, listrik, dan kebersihan serta keamanan.


 

Adduh, mata saya ini koq ya merasa "bukan itu yang harus kita cari". Itulah barangkali yang disebut dengan kesenangan yang menipu. Apanya yang senang? Cuma perasaannya saja. Atau cuma katanya saja.


 

Ada kawan yang membangun hotel, dan ia sekalian tinggal di situ. Tahukah saudara, di kamar mana ia tinggal? Di kamar yang biasa saja. Bahkan cenderung di kamar yang paling jelek. Sebab kamar-kamarnya disewain semua. Lihat, dunia bahkan mengambil semuanya. Kalo kamar yang itupun ada yang sewa, ia memilih tinggal di rumah di belakang hotel yang ia sewa dari penduduk dengan bayar tahunan! Ini kan gendeng.


 

Tapi, kalo kekayaan itu ada di tangan orang soleh, subhaanallaah, manfaat. Rumah mewah banyak dibangun oleh dia supaya duitnya berputar. Ia sewakan untuk orang-orang asing. Setelah berputar, hasilnya ia bikin untuk lebih menggerakkan ekonomi syariah di kampungnya. Subhaanallaah. Mobil dia beliin yang banyak, buat kemudian diberdayakan uangnya. Dapet uang, kemudian belanjakan dah buat orang susah. Punya uang, beli-beliin dah perusahaan-perusahaan sakit. Kemudian sehatin. Habis itu jual. Hasil penjualannya untuk membantu pesantren-pesantren dah. Mantab.


 

Saya barangkali terlalu sentimentil ya? Tapi baiklah, saya turunin sedikit tempo nya. Coba aja lihat 2 tulisan berikut ini...


 

***


 


 


 


 


 


 

Karyawan


 

Masih seputar dapet apa dari dunia? Jika kita memburu hanya dunia, maka sungguh, kita tidak akan dapat apa2. Makanya Allah dan Rasul-Nya mengajarkan, jangan hanya mengejar dunia. Kejar juga akhirat, dengan memperhatikan amal saleh yang menjadi bekal menghadap Allah. Banyak-banyak berbuat kebaikan. Dan utamanya, perbaiki cara kita beribadah. Jangan sampai mencintai Allah hanya di mulut saja. Sesungguhnya kita tidak mencintai Allah melainkan mencintai dunia.


 

Ada seorang karyawan yang kalo saya tanya, dapat apa situ dari dunia? Gaji situ buat apa? Wong buat kebutuhan situ aja kurang? Lalu ia jawablah pake kata hatinya. Kata yang paling jujur yang pernah ia dengar. Dan itulah jawabannya sendiri. Bukan jawaban orang lain. Apa katanya? Iya juga. Saya tidak mendapatkan apa-apa. Saya berjuang untuk rumah yang sesungguhnya saya tidak tahu apakah kalau saya meninggal nanti rumah ini udah lunas atau belum. KPR nya, 15 tahun. Sekarang baru jalan 8 tahun. Sedang kematian tidak ada yang tahu.


 

Mobil yang saya dapatkan pun, kredit. Motor juga begitu. Barang-barang di rumah ini, rata-rata kredit. Ada yang kredit memang barangnya, ada yang dari kartu kredit. Begitu katanya.


 

Dapat apa dia? Semula ia berpikir ia sudah mencapai banyak hal. Ternyata tidak. Coba aja kalau dia sakit agak panjang. Sebut saja, sakit 4-5 bulan. Lalu ia di-PHK. Maka kemudian seluruh rencana keuangan, berantakan. Rumah, tidak lagi terbayar, lalu disita. Mobil dan motor lalu ditarik leasing. Lalu dia? Dapat apa? Ga dapat apa-apa. Rupanya selama ini ia hidup untuk bank di mana ia kredit rumah. Ia hidup untuk bayar kartu kredit yang ga lunas-lunas. Ia hidup untuk bayar leasing yang membengkakkan harga motor dan mobilnya sekian kali lipat. Banyak kemudian karyawan-karyawan yang terjebak oleh hutang yang tidak terbayar dan akhirnya bener-bener ga punya apa-apa.


 

Di situ kemudian menjadi peluang dunia industri asuransi. Ada asuransi ini ada asuransi itu. Ok, fine, ikut aja, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, jangan lupakan asuransi akhirat dengan shalat dan sedekah. Dunia, bakal hilang. Tapi Allah dan seluruh amal kita, ga bakal hilang.


 


 


 

Tidak sedikit dari mereka yang kemudian setelah semua aset yang dibelinya dengan acar berhutang, lunas, harus dijual kembali dengan harga murah. Sebab ternyata satu dua hal yang tidak terprediksi sebelumnya. Misal, adiknya masuk penjara sebab satu hutang. Itu kan bukan sebab dia. Sebab adiknya. Tapi orang tuanya mohon-mohon agar ia jual rumahnya untuk membantu adiknya. Orang tuanya lalu bilang, tinggallah dulu di rumahnya beliau. Manalah kita tega. Kita juallah rumah kita, dan kemudian kita mengontrak, hanya agar jangan satu atap dengan orang tua. Lihat, gila kan? Cape-cape kita kemudian bayar angsuran rumah, akhirnya ngontrak-ngontrak juga.


 

Ya begitu dah dunia.


 

Ada yang bilang,


 

(+) Hei, kenapa engkau wahai ustadz menyalahkan dia? Bukankah dia membantu orang tua dan adiknya?


 

(-) Kelihatannya sih begitu.


 

(+) Koq kelihatannya?


 

(-) Ya, emang.


 

(+) Emang pegimana?


 

(-) Begini. Kalau ketika dia bekerja, dia ga lupa sama Allah, itu namanya ujian dari Allah. Dan insya Allah itu adalah kebaikan dari Allah. Tapi kalau selama dia kerja, dia tidak ingat sama Allah, maka sesungguhnya Allah mengazabnya. Allah tungguin apa yang dia kumpulin itu benar-benar lunas, lalu Allah ambil serta merta dengan cara-cara yang tidak pernah ia duga sebelumnya.


 

(+) Wah, kalo gitu jahat ya Allah?


 

(-) Ya, tidak. Mana lah jahat? Daripada diazabnya nanti di akhirat? Kan repot.


 

(+) Ukurannya apaan?


 

(-) Shalat ga dia? Kalau dia jawab: shalat, maka shalatnya seperti apa? Kalo shalatnya sering di akhir waktu, ya sama saja dengan tidak menghargai Allah. Kita kan disuruh syukur. Masa kemudian sama Allah malah mengurangi waktu. Sedang sama dunia, ditambah terus jam untuk mencarinya. Lihat lagi, sedekahnya gimana? Sebelum kerja, sedekah seribu, istilahnya. Kemudian, setelah kerja, masih seribu. Ini kan tidak bersyukur disebutnya.


 

(+) Oh, kalau begitu, termasuk firman-Nya ya: Bersyukurlah kamu, maka akan Aku tambah nikmat-Ku padamu. Tapi kalau kalian tidak bersyukur, maka sesungguhnya azab Allah teramat pedih.


 

(-) Nah, itu tahu.


 

Ya begitu tuh dunia. Dunia dipegang, dia berontak. Didekap, malah menendang. Diburu, malah maju memukul. Dilayani, malah memerintah. Dikejar, malah memerangkap. Dia menyerahkan dirinya, tapi dunia itu menipu. Sesunguhnya dia tidak pernah menyerahkan dirinya. Dunia hanya mempermainkan manusia. Makanya Allah menasihati untuk jangan tertipu urusan dunia. Banyak-banyak beramal saleh, sebab itu yang lebih kekal.


 

Masih kelihatan sentimentil ya?


 

"Nanti malah menghalangi orang mencari dunia loh." begitu kata sebahagiannya yang lain.


 

Ah, biar saja. Mudah-mudahan ada yang terbuka mata hatinya. Bila selama ini hidup untuk dunia. Kini, hidupnya di dunia, tapi untuk Allah, Yang Punya Dunia. Ia jadikan dunia sebagai sarana ibadah kepada Pemilik Dunia.


 

Esai besok kita mulai menukik bicara tentang shalat dan kualitas shalat kita. Berturut-turut kita juga akan bicara tentang doa, hingga kemudian ke definisi-definisi tauhid berdasarkan kitab-kitab; al Qur'an dan al Hadits. Insya Allah.


 

Yusuf Mansur


 

June 19, 2010

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 13 - Romantisme Bertauhid

Pesantren Online


 

Pagi ini, tanggal 6 September 2008 saya diundang menjadi tamu dalam acara Apa Khabar Indonesia edisi akhir pekan. Tema nya: Pesantren Kilat. Oleh bagian produksi saya diminta untuk menyinggung soal KuliahOnline.


 

Apa kesibukan Ustadz di bulan Ramadhan ini? Tanya pembawa acaranya. Saya jawab, bahwa salah satu kesibukan saya adalah menggawangi Pesantren Online.


 

Entahlah, tapi sebutan ini langsung direspon oleh pemirsa yang melihat. Bagaimana dengan Peserta semua? Berkenan memberi tanggapan?


 

Tapi saya berusaha tetap konsisten. Saya berusaha menggiring peserta untuk hanya melihat, dan mengikuti sesi Kuliah Tauhid ini saja dulu. Sebutan Pesantren Online ini sungguh menggoda. Insya Allah kita akan coba buatkan tim khusus yang merriset dan kemudian merilis Pesantren Online ini. Dan rasanya, tidak perlu dikaitkan dengan momen Ramadhan saja. Artinya, biar saja ide Pesantren Online ini terus kemudian bergulir hingga ia menjadi mirip seperti pesantren pada umumnya, hanya bedanya ia bersifat maya.***


 

Supir Saya


 

Kita tidak mengenal Allah. Itu yang menyebabkan kita tidak menyambut kedatangan-Nya. tidak di shalat fardhu, dan lebih tidak lagi di shalat tahajjud. Beruntunglah orang-orang yang tahu bahwa Allah itu selalu datang. Datang dengan segala karunia-Nya, datang dengan segala pertolongan-Nya.


 

Untuk kemudahan berkendaraan, Allah karuniakan saya supir. Saya tidak menganggap supir saya ini lebih rendah dari saya. Malah saya seringkali membesarkan hatinya, bahwa kemana saya ceramah, maka dia dapet juga pahala kebaikannya. Asal dia mau membaca basmallah dan berdoa agar amalan ceramah saya, pun ia dapatkan.


 

Namun, ketika saya tidak mendapati supir saya tepat waktu, tidak kurang saya pun suka terbersit rasa kesal. "Bagaimana sih? Udah tahu mau jalan, koq malah ga ada?" begitu saya berpikir.


 

Di satu waktu, saya memberitahu supir saya, agar dia standby langsung di depan lobi satu tempat, sebab sudah akan jalan lagi ke tempat yang lain. Dan saya sudah wanti-wanti dengan sangat. Yang demikian itu, agar tidak jadi hambatan bagi perjalanan saya. Tapi rupanya dia tidak mengindahkan. Begitu saya keluar, dia tidak ada. Begitu saya telpon, katanya sedang ngantar saudara saya ke depan jalan utama, mencari taksi. Saya marah, namun, bersabar rasanya lebih baik. Karena saya tidak bisa menunggu lebih lama, saya bilang sama dia, saya naik taksi saja juga dah. Dan dia saya suruh pulang. Ada suara bersalah di ujung seberang HP sana. Namun saya tidak mau berlama-lama lagi. Saya tutup telponnya dan saya segera mencari taxi. Sebelum taxi yang saya pesan, sampe, supir saya sudah datang dan meminta maaf.


 

Sekarang saya sadar, bahwa selama ini saya sering mengecewakan Allah, Tuhan saya yang sudah demikian baik kepada saya, kepada keluarga saya, kepada semua manusia. Dan sekarang saya membiarkan Allah menunggu saya…


 

Saya tidak dapat membayangkan, andai yang mengucapkan kalimat: "Tunggu ya Pak!", adalah supir saya. Ya, ketika saya perlu dia, dia lalu mengatakan itu. Lebih konyol lagi kalo dia bilang, Pak, kalo ga sabar, silahkan saja naik taxi ya. Saya makan dulu… (???!!!). Wuih, saya tidak dapat membayangkan, apa yang saya akan lakukan terhadap supir saya itu.


 

Lebih lagi saya tidak mampu membayangkan jika saya lah yang menjadi supir buat majikan saya. Saya harus selalu standby buat majikan saya. Lalu kenapa kita tidak pernah siap siaga untuk Allah, Tuhan kita?


 

Disebut siap siaga bila kita selalu stel panca indera kita. Kita, menjadi weker, atau alarm, untuk diri kita sendiri. Selalu waspada setiap waktu shalat datang. Syukur-syukur bila kita mau menjaga wudhu kita. Jadi, ga perlu mengantri ketika saat shalat datang. Makin cepat kita datang kepada Allah, rasanya hidup kita akan didahulukan ketimbang orang-orang yang selalu telat datangnya. Makin kita bergegas menuju Allah, menyambut Allah, doa-doa kita pun akan semakin cepat dikabul, masalah-masalah kalau datang cepat selesainya, hajat kalau ada bisa Allah segerakan pencapaiannya. Tapi apa boleh buat. Selama ini kita menyadari bahwa sama yang namanya shalat, kita jarang mementingkannya.***


 

Romantisme Bertauhid


 

Allah, Yang Maha Perkasa, selalu mendatangi kita. Disambut tidak disambut, dilayani tidak dilayani, dengan Kasih Sayang-Nya, DIA selalu hadir di kehidupan kita. Lantaran tidak mengenal-Nya, kita lalu menjadi manusia-manusia yang kehilangan momen berharga bertemu dengan Pemilik Dunia ini. Subhaanallaah.


 

Masih seputar supir saya, alangkah manisnya bila kemudian ketika saya keluar dari satu tempat, dia sudah standby dengan mobil yang AC nya sudah dingin menyebar ke seluruh kabin mobil. Lebih lega lagi saya kalau kemudian mobil itu bersih luar dalem dan wangi. Tambah bangga saya, kalau kemudian ia turun dari mobilnya, lalu dengan sopannya membukakan pintu mobil untuk saya.


 

Saya seperti raja, he he he. Tapi ya, sehari-hari saya tidak demikian. Ini kan cerita "alangkah manisnya". Bukan yang sebenarnya. Tapi logika ini mau dipakai untuk menunjukkan kesiapan kita dan kesopanan kita terhadap Allah. Ternyata, jauh sekali dari yang semestinya.


 

Mestinya, jangan Allah yang menunggu kita. Tapi kita yang menyambut kedatangan Allah. Kita sudah siap siaga sebelum datangnya waktu shalat. Kita sudah siap siaga sebelum muadzdzin mengumandangkan azannya.


 

Bagi yang mengingat masa-masa pergi haji atau umrahnya, koq bisa ya kalo di tanah suci kita melangkahkan kaki kita ke masjid, jauh sebelum azan? Bahkan ada yang tidak beranjak dari masjidil haram atau masjidin nabawi, memilih untuk menunggu datangnya waktu shalat yang lain.


 

Coba diprogram hidup kita, dengan menyetel ulang jadwal ibadah kita. Mari kita sambut Allah. Jangan biarkan lagi kita yang ditunggu Allah.


 

Syukur-syukur kita mau menyambut Allah dengan pakaian yang lebih bagus ketimbang kita menemui manusia. Kalaupun tidak, siapkan wewangian khusus untuk menyambut Allah yang kita pakai hanya ketika menghadap-Nya. Kita kemudian tegakkan shalat-shalat sunnah. Kita datang sebelum waktu azan… Duh, indahnya…


 

Saya kadang suka iseng membayangkan, Allah turun dengan Malaikat-Malaikat Pengiring-Nya. Allah memasuki masjid dengan Anggun-Nya, penuh Wibawa, penuh Pesona. Lalu saya menoleh ketika Allah datang, lantaran saya sudah di dalam masjid duluan. Lalu Allah tersenyum kepada saya dan saya katakan, saya sudah di sini ya Allah. Saya sudah di sini.


 

Begitulah. Asli. Candaan iseng, bayangan iseng ini, senang sekali saya bayangkan. Sehingga hati ini senang betul mengambil air wudhu untuk tajdiidul wudhu (memperbaharui wudhu). Saya ingin Pencipta saya senang bahwa saya betul-betul mengabdi pada-Nya. Saya belum mampu mengabdi banyak, ya dengan cara beginilah dulu. Tampil di muka ketika shalat. Subhaanallaah.


 

Begitu pun ketika masa shalat tahajjud. Ketika saya terbangun, saya bayangkan bahwa Allah yang membangunkan saya. DIA berada di samping saya, dan membangunkan saya dengan penuh Kelembutan dan Kasih Sayang-Nya. Masya Allah. Bertentangan tentu memvisualkan hal-hal seperti ini. Tapi inilah saya. Romantisme bertauhid dengan Allah menjadi sangat nyata buat saya.


 

Ketika saya pedengerkan keluhan saya, saya bercerita kepada yang melebihi sahabat dekat saya. Saya perdengarkan keluhan-keluhan saya tentang kejadian-kejadian hidup yang saya lewati, detail, pelan-pelan. Pakai bahasa sehari-hari dengan tetap memperhatikan kesantunan, adab, kesopanan layaknya saya bicara dengan Tuhan Pemilik Alam ini. Tapi ya itu, visualisasi bahwa saya sedang bercengkrama dengan-Nya, saya usahakan betul, agar Allah hadir di hati saya.


 

Dalam suasana sentimentil, misalnya sedang marah, sedang kecewa, sedang sangat senang, atau sedang sangat sedih, biasanya manusia sanggup bercengkerama dengan Allah. Rahasianya barangkali karena hatinya dihadirkan untuk berdioalog dengan Allah. Semoga kita bisa senantiasa menyambut Allah dan bermesra-mesraan dengan-Nya. Kendalikan perasaan dengan memprogramnya. Sehingga kapanpun, romantisme bertauhid bisa senantiasa kita rasakan. Kepada-Nya lah semua urusan dikembalikan. Kita berdoa terus agar Allah berkenan memperkenalkan diri-Nya kepada kita dan kita bisa mengenal-Nya. Amin.


 

Yusuf Mansur


 

July 12, 2010

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 14 - Bicara Tauhid Bicara Keyakinan

Bicara Tauhid, Bicara Keyakinan


 

Bahagia bener saya pagi ini. Hampir jam 01 saya bangun dari tidur yang terasa sudah terlalu lama. Ugh, padahal saya lihat jam, saya trnyata baru tidur jam 11 malam tadi.


 

Saya bahagia sebab saya pulang jam 00 lewat dalam keadaan saya sehat. Saya masuk ke kamar saya, istri saya tertidur dengan pulasnya. Dan di sebelahnya tertidur jagoan kecil kami, Muhammad Yusuf al Haafidz, juga dalam keadaan yang sehat. Saya kontrol kamar Wirda, Qumii dan Abang Kun. Semuanya tertidur pulas. Ada ketenangan di wajah-wajah mereka. Saya cium Wirda dan saya mendoakan anak-anak saya. Tidak lupa juga saya doakan para santri.


 

Saya bahagia, sebab jam 10.30 malam sebelumnya saya ketemu dengan Haji Amril dan Ibu Amril. Dua donatur pondok yang sudah menganggap kami sebagai keluarga mereka dan mereka juga sebagai keluarga kami. Dari awal kami membangun Bulak dan hingga ke Sekolah Internasional ini, beliau berdua dan keluarganya menemani kami. Saya makan roti cane plus kare. Duh, nikmatnya diberi kesehatan.


 

Saya bahagia, bahwa jam 21 sebelumnya saya berangkat ke Ustadz Abu Sangkan, pimpinan Shalat Center yang menggerakkan Indonesia untuk shalat khusyu'. Ustadz fenomenal ini salah satu inspirasi saya. Saya bahagia saya didoakan di tengah-tengah ribuan jamaahnya yang saat itu hadir di Shalat Center di Jati Makmur, Pondok Gede. Di sana, ada satu jamaah yang juga sudah seperti keluarga bagi saya pribadi, Haji Syamsul Ma'arif Surabaya. Dan dari beliaulah menjadi wasilah saya ketemu dengan Ustadz Abu Sangkan. Say didoakan Ustadz Abu Sangkan agar lidah saya, hati saya, pikiran saya, gerakan saya, menjadi atas nama Allah. Dan cukup panjang bagi saya Ustadz Abu Sangkan mendoakan saya, hingga saya hampir meneteskan air mata. Ya, saya rasa, beginilah ketika tamu-tamu saya datang ke pesantren, selalu saya bacakan doa di tengah-tengah santri. Barangkali inilah salah satu balasan Allah untuk saya dan keluarga saya. Alhamdulillah. Saya pun bahagia, begitu mau pulang saya dihadiahinya buku "Spiritual Salah Kaprah". Alhamdulillah.


 

Saya bahagia, jam 17.00 nya kurang lebih, saya sampai di kediaman Haji Ramos, orang tua dari Fadhil santri kami. Meskipun jaraknya terasa jauh, Ketapang-Cilegon, namun ditempuh "hanya" satu jam dari pondok. Dan saya manfaatkan untuk istirahat. Saya jalan jam 16, setelah sebelumnya menyempatkan berjamaah dengan indah bersama satu dua guru yang tersisa di pondok dan para tukang. Diimami oleh mertua saya. Alhamdulillah.


 

Saya tiba, anak-anak santri yang saat itu berjadwal buka puasa dan tarawih bareng di kediaman Haji Ramos tampak bahagia sekali. Ternyata memang para santri benar bahagia. Senang. Sebab kediaman Haji Ramos ini unique. Ada kolam renang yang terkoneksi dengan sekian rumah yang melingkar di Cilegon Residence, di bahagian tengahnya. Dan kolam renang itu seperti di tempat pelesir. Para santri senang, saya tambah senang lagi melihatnya.


 

Saya bercanda dengan Fadhil dan beberapa santri kawan Fadhil, "Jangan kebetahan ya, nanti lupa balik ke pesantren, he he he".


 

Saya bahagia, sebab jam 17.15 nya saya bercengkerama dengan beberapa wali santri yang lain yang ternyata turut diundang di acara tersebut, sehingga menjadi hadiah yang tidak terkatakan buat saya besarnya. Kesempatan berdialog dengan wali santri adalah sesuatu yang mahal buat saya. Bisa berbagi, bisa share, bisa satu rasa.


 

Saya bahagia, di antara percakapan kami adalah tentang Baitullah. Tentang rumah Allah.


 

Fabi-ayyi aalaa-i robbikumaa tukadzdzibaan, nikmat mana lagi yang engkau dustakan? Tanya Allah kepada kita semua.


 

Saya bahagia menjadi bahagian dari dakwah ini. Mudah-mudahan saya bisa menemani perjalanan Saudara semua sambil turut pula belajar.

***


 

Sebenarnya banyak lagi kebahagiaan saya yang rasanya kalau saya tulis terus, saya tidak akan bisa istirahat sampe shubuh, he he he. Nanti saya pecah-pecah deh tulisan ini terus, hingga saya juga kepengen bercerita tentang perjalanan religi ke Baitullah, bersama rombongan besar para santri dan keluarganya, sekeluarga, ibadah umrah bareng, mengisi liburan Juli 2009, tahun depan.


 

Di kediaman Haji Ramos dan di hadapan para wali santri dan santri, saya mengajak semua menabung sedekah untuk umrah. Saya tanya Haji Ramos, berapa orang anaknya? Beliau menjawab tiga. Berarti lima, kata saya. Lima dikali lima belas juta, sama dengan tujuh puluh lima juta.


 

Besar ga biaya umrah berlima? Kalau tujuh puluh lima juta rupiah? Dijawab, besar. Dan memang besar. Tapi saya katakan, "Bagaimana kalau saya katakan kepada Saudara semua, bahwa untuk berangkat berlima, Umrah Juli 2009, hanya perlu dana 7,5jt saja. Ga kudu 75jt".


 

Saya melihat para jamaah dah kaget dengan kalimat saya. Ya, sebab mereka keluarga besar Daarul Qur'an, sudah terbiasa dengan "hitung-hitungan" sedekah. Disebut hanya perlu 7,5jt, adalah perkalian 10% dari 75jt. Di mana 7,5jt itu dikeluarkan sebagai sedekah kita jika kita ingin pergi umrah berlima (asumsi pergi umrah plus oleh-oleh, sebesar Rp. 15jt/orang).


 

Bahkan, karena sekarang masih bulan September, sedang umrahnya baru Juli tahun depan, ada 9 bulan kesempatan kita untuk "menabung" untuk "sedekah". Berapa? Per bulan "hanya" 800rb saja. Jika konsisten menabung dengan hanya 800rb per bulan, maka pada bulan Juni tahun depan, sudah akan ada rizki khusus umrah sebesar 75jt. Insya Allah.


 

Kalau mau cepat, misalkan ada dana tabungan sebesar 7,5jt, ya bayarkan saja sekarang ini. Panjer duluan. Bilang sama Allah, ya Allah aku sedekahkan 7,5jt ini karena-Mu ya Allah, tapi izinkan berangkatkan saya dan seluruh keluarga saya ke tanah suci, dengan kemudahan biaya dari-Mu. Gitu doanya. Insya Allah pasti berangkat dah.


 


 


 

Kalau mau ringan, jual-jualin beberapa barang di rumah andai tidak ada uang 7,5jt sekaligus. Misalkan emas, atau apa. Sisanya baru dicicil. Ibarat kredit 7,5jt, DP-in aja berapa. Misalnya 4jt, hasil dari kumpulan tabungan dan jual-jual barang. Maka sisanya 3,5jt lagi. 3,5jt lagi ini dicicil dah selama 9 bulan. Cicilan sedekah. Jumlah angsurannya akan mengecil. "Hanya lebih kurang 375rb saja.


 

Kalau ga mau bayar yang 3,5jt nya lagi, alias dicukupkan dengan sedekah yang 4jt tadi, cukup dibantu dengan merajinkan dhuha dan minta sama Allah, insya Allah juga berangkat.


 

Jika bener-bener tidak punya apa-apa, pun Allah masih menyediakan cara yang lain. Yakni pasang niat untuk bersedekah 7,5jt andai Allah beri rizki. Artinya, kita minta diingatkan oleh Allah, andai ada rizki 7,5jt, maka itu adalah udah diniatkan untuk sedekah. Kemudian tambah dengan doa dan ibadah yang benar. Insya Allah berangkat juga.


 

Ini adalah juga bahagian dari implementasi tauhid. Bicara tauhid, bicara keyakinan. Wong sekedar percaya bahwa Allah akan memberangkatkan umrah di Juli 2009, maka sungguh akan benar-benar berangkat. Allah tidak perlu dengan segala rupa ikhtiar kita. Bagi-Nya, ikhtiar kita hanyalah adab saja, ibadah saja, dari kita untuk-Nya. Tidak berpengaruh andai keputusan-Nya sudah diturunkan untuk kita berangkat.


 

Loh, katanya mau istirahat ya? Iya, udah jam 02.04. Lama ya? Ya, sebab sekalian bantubantu istri yang menyusui dede bayi. Saya sempetin mijit kakinya istri dulu, dan menyelimutkan kakinya yang katanya berasa dingin. Yah, alhamdulillah, ini pun menambah kebahagiaan tersendiri. Ok, habis ini mau shalat, nyahur, lalu istirahat. Supaya bisa ngimamin di pondok. Alhamdulillah, shubuh ini sudah masuk juz ke-8.

Sebelum sahur dan istirahat, saya sertakan 3 esai Kuliah Tauhid. judulnya:

# Menjawab Panggilan # Budek ya? Dan # Tidak Bergegas.

3 Esai ini saya sertakan sebagai lanjutan esai sebelumnya.

Selamat mengikuti.

***


 

Jawab Panggilan


 

Apakah kita termasuk yang dipanggil-Nya?

Apakah kita tahu bahwa kita termasuk yang dipanggil-Nya?

Apakah kita termasuk yang memenuhi panggilan-Nya?


 

coba marilah kita jawab bersama,

dengan jawaban yang jujur.


 

Ketika diabsen sama guru, satu demi satu anak menjawab: Hadir pak!


 

Sesungguhnya, ketika azan memanggil, bolehlah kita sebut "Allah sedang mengabsen kita". Banyak di antara kita yang tidak bisa menjawab panggilan azan, bukan karena dia tidak mendengar. Tapi lebih dikarenakan dia tidak di dalam masjid/mushalla/tempat shalat.


 

Ibarat anak yang sedang diabsen gurunya, meski namanya sama, dan dia dengar dari luar kelas, tentu dia tidak akan menyahut. Sebab dia tidak berada di kelas itu. Kiranya, demikianlah juga adanya analogi azan dan jawaban azan.


 

Indah betul rasanya bila kemudian kita bisa menjawab: Allahu akbar, Allahu akbar. Yang begini ini sebab muadzdzin mengucapkan kalimat Allahu akbar, Allahu akbar. Kecuali hanya 'alashsholaah dan hayya 'alal falaah, jawaban yang lain, sama dengan kalimatnya muadzdzin.


 

Bayangkan Allah sedang mengabsen saudara, lalu saudara mengacungkan tangan: "Saya sudah di sini ya Allah…". Subhaanallaah.


 

Dan sekarang bayangkan juga betapa sedihnya hati kita bila kemudian Allah mengabsen, tapi kita masih di pasar, masih meeting, masih makan minum, masih di kantor, masih di perjalanan. Rugi betul kita ini.

***


 

Budek Ya…


 

Bila kita punya anak, maka kita sungguh akan senang bila kita memanggil anak kita dan anak kita menjawab panggilan kita. Dan sebaliknya, kita akan sebal manakala kita tahu anak kita mendengar panggilan kita, namun ia tidak menjawab panggilan kita.


 

Sebagai orang tua, hal yang biasa bila kita memanggil anak kita. Dan sebagai orang tua, adakalanya kita memanggil anak, lalu anak segera bergegas menuju kita, dan adakalanya dia lebih peduli dengan kegiatannya.


 

Pada saat anak kita menjawab panggilan kita, kita senang. Dan bila anak kita tidak menjawab panggilan kita, kita kemudian menjadi tidak senang.


 

Ada juga anak yang menjawab tapi seperti tidak menjawab. Misalkan anak kita sedang main gitar di depan rumah, atau sedang menggambar. Kita panggil, dia nyahut. Tapi kita tunggu beberapa lama, dia yang sudah nyahut, tapi tidak kunjung datang. Sebab sibuk dengan gitar atau asyik dengan menggambarnya.


 

Kita panggil lagi. Lalu dia tidak nyahut lagi. Akhirnya kita samperin. Begitu kita samperin, barulah kemudian anak kita berdiri dan meninggalkan kegiatannya.


 

Begitulah kita terhadap Allah.


 

Ada juga bahkan anak yang tidak sedikit kesal karena dipanggil sama kita orang tuanya. Panggilan kita dianggap mengganggu mainnya, mengganggu aktifitasnya.


 

Masya Allah, kita pun kadang suka begini. Lihat saja, sebagian kita malah berkata begini: "Ya Allah, udah ashar lagi aja…".


 

Terhadap anak yang tidak mendengar panggilan kita, kita lalu berkata begini ke anak kita: "Budek ya…".


 

Jika demikian, apa kira-kira perkataan Allah kepada kita, ketika dipanggil oleh-Nya lalu kita tidak bergegas memenuhi seruan-Nya?

***


 

Tidak Bergegas…


 

Jika kita memanggil anak kita, kita akan bertambah senang bila anak kita bukan sekedar menjawab panggilan kita, tapi bergegas memenuhi panggilan kita.


 

Kelakuan manusia sekitar kita, adalah kelakuan kita. Tidak jarang kita dimudahkan Allah untuk berkaca tentang kelakuan kita dari melihat kelakuan orang lain. Khusus perihal shalat, kita sering melihat, langkah kita adalah seperti bukan langkah yang mengenal Allah. Sudah mah tidak bergegas, kelakuan kita pun ampuuuunnn dah. Tidak mencerminkan sedang ditunggu Allah. Seakan-akan benar-benar kita tidak tahu siapa yang sedang menunggu kita. Astaghfirullah. Saya menulis ini pun sesungguhnya adalah juga termasuk yang disebut ini.


 

Lihat saja kelakuan kita. Di pinggir masjid, di teras, kita masih "tega" merokok dulu, menghabiskan batang rokok yang masih tanggung kita hisap belum habis. Ada lagi orang yang jalan menuju Allah sambil ngobrol cekikikan, dan jalan dengan teramat slow. Ada lagi yang sudah komat, masih terima sms dan mengirim sms ke sana kemari. Ada yang kemudian sampe mengganggu jamaah yang laen sebab lupa dimatiin suara HP nya. Ada lagi yang kemudian tidak merapihkan pergelangan lengan bajunya. Ada yang mengendorkan dasinya. Ada yang mengeluarkan bajunya padahal sudah rapih sebelum masuk masjid. Dia jadi celaka, sebab dia buang air kecil sebelum wudhu. Itulah sebab ia tidak merapihkan lagi pakaiannya.


 

Coba, kalau sudah siap sebelum azan. Misalkan sepuluh menit sebelumnya, dua puluh sebelumnya, kan kejadian-kejadian seperti tadi tidak akan ada.


 

Ada yang berkata, saya ga begitu dah ustadz. Kalo ga begitu, bagus. Tapi kalo iya, mbok ya mikir. Ketika kita menghadap pimpinan, coba-coba dah sambil smsan, kalo ga ditegur kita ini? Kalau sedang rapat sama pimpinan proyek, sama klien, kita bisa konsentrasi dengan hebat, dan mendengarkan dengan seksama. Ini, ketika makmum, nguap, nguap aja. Tanda kantuk yang tidak ditahan. Subhaanallaah!


 

Yusuf Mansur


 


 

Di DhuhaaCoffee, saya naikkan 1-2 kisah pergi haji dan umrah bukanlah mimpi.

Mudah-mudahan bisa disusul kisah-kisah lainnya. Di kisah-kisah tersebut, akan sangat kuat kesan bahwa ternyata

banyak orang-orang yang menyengaja bersedekah supaya diberangkatkan oleh Allah ke Tanah Suci.


 

Menyengaja bersedekah. Lah, bagi sebagian orang, ini hal yang begitu berani. Seperti menyetir Allah.


 

Masa Allah disetir? Apa iya, Allah bisa digerakkan dengan sedekah kita? Apa segitu lemahnya Allah?


 

Atau jawaban lainnya, begitulah kebaikan Allah buat mereka yang bersedekah. Allah kabulkan doadoanya

mereka yang punya amal saleh.


 

Di KuliahOnline kali ini, saya mencoba menjelaskan kedudukan sedekah dengan doa.


 

Saudaraku yang dirahmati Allah, banyak yang bertanya, bolehkah saya meminta setelah saya bersedekah? Atau bahasa gampangnya, boleh ga sih saya pamrih sama Allah? Minta-minta sama Allah? Pertanyaan yang selalu dan selalu diajukan oleh orang-orang banyak adalah: Bukankah sedekah itu harus ikhlas, tanpa pamrih?


 

Duh, alhamdulillah, saya berdoa kepada Allah diberikan ketidaklelahan menjawab dan menjawab ini.


 

Saya pun berdoa kepada Yang Maha Memiliki Jawaban Yang Sebenernya, agar jawaban saya ini bukanlah jawaban yang menyesatkan.


 

Tanya saja kepada diri sendiri: Boleh ga minta sama Allah? Boleh ga berdoa sama Allah? Boleh ga berharap sama Allah? Tentu saja jawabannya adalah boleh. Masa sama Allah ga boleh minta? Masa sama Allah ga boleh doa, ga boleh memohon? Bukankah malah disuruh-Nya untuk banyak-banyak

minta sama Allah?


 

Jika seseorang ga meminta sama Allah, sama siapa lagi? Malahannya disebut sombong, jika tidak ada permintaannya sama Allah.


 

Kita ini faqier disebut-Nya. Faqier tuh, perlu. Perlu sama siapa? Antumul

fuqaraa-u ilallaah; kita semua perlu sama Allah. Karena itu kita disunnahkan meminta sama Allah,

sebagai bentuk perlunya kita sama diri-Nya. Semakin banyak diminta semakin senang Allah terhadap kita.


 

Benarkah kalau kita tidak minta apa-apa sama Allah, lalu itu baik buat kita? Tergantung darimana jawabannya.


 

Bagaimana dengan hadits berikut ini: ad-Duaa-u mukhkhul 'ibaadah; doa itu kepalanya ibadah, penyempurna ibadah. Bisa dibayangkan, jika kita shalat, lalu kita maen pergi saja sehabis salam, tanpa doa, maka shalat kita bolehlah dikatakan ga punya kepala. Alias ga sempurna. Sebagiannya bilang, loh, kan disempurnakan dengan zikir? Dengan wirid? Tetap saja ga sempurna. Malah jika sebelumnya disebut shalatnya ga sempurna, sekarang sebutannya shalat dan zikirnya yang ga sempurna, he he he. Ya, sebab tetap saja disebutnya doa itu penyempurna ibadah. Dalam

kasus ini disebutnya penyempurna shalat. Kecuali wiridnya itu istighfar. Maka cukuplah ini menjadi sempurna. Sebab apa? Sebab istighfar itu wazannya (bentuk katanya) istaf'ala; meminta. Jadi ia pun dikategorikan berdoa. Berdoa apa? Berdoa minta diampuni sama Allah. Jika disebut saya mah yang penting istighfar, ga perlu berdoa. Ya bilang sama orang itu, itulah doa. Doanya adalah istighfarnya.

Seseorang yang sedekah, jika tidak berdoa, juga kurang sempurna. Untuk tidak dikatakan tidak sempurna.


 

Kalau gitu, kudu berdoa dong di setiap ibadah? Iya. Karena sedekah itu adalah sebagian kecil dari ibadah, maka doa adalah tetap sebagai penyempurnanya. Garamnya. Adapun "jangan hanya mendoakan diri sendiri", ini yang benar. Berdoalah juga untuk orang lain.


 

Atau kalimatnya: "Jangan hanya berdoa buat dunia saja, berdoalah juga untuk jadi orang beriman, banyak amal salehnya, gampang bangun shubuhnya, bisa taat sama orang tua…". Nah, ini juga bener banget. Tetapi minta, tapi bukan meminta sekedar dunia. Tapi mintalah yang lebih dari dunia. Saya

setuju nih. Walopun sah sj minta dunia, tapi juga minta kesalehan, he he he. Serakah ya? Biar aja.


 

Kan katanya makin banyak minta, makin bagus. Makin perlu sama Allah. Allah itu beda dengan manusia. Karena itu sebutannya "Maha". Maha Mendengar, Maha Menolong, Maha-Maha Lainnya. Kalau kita, sekali orang datang, kita terima. Tapi kalau berkali-kali, tar dulu deh. Allah itu beda. Beda

sekali, & jelas beda.


 

Seseorang yang memilih bahwa "jangan meminta-minta sama Allah, sedekah-sedekah saja", maka orang ini bolehlah disebut rugi. Ada kesempatan minta koq, malah tidak minta. Ya rugi namanya. Gini ya, ketika kita datang kepada Allah dengan amal saleh, maka pintu udah terbuka dengan amal saleh tersebut. Tinggal mintanya saja sama Allah. Ini udah kebuka pintu-Nya, malah kemudian ga mau masuk dan ga mau meminta. Kan aneh. Orang malah pengen dibukain pintunya, kita malah

menolak.


 

Ustadz Yusuf Mansur berani menjamin, bahwa kita bisa kaya dunia dan akhirat dalam waktu 40 hari.


 

Intinya....segala keinginan dan angan-angan kita atau segala kesulitan dan

kesusahan kita pasti di jawab oleh Allah dalam waktu 40 hari. terus, apa

yang harus kita lakukan ?


 

  1. SHOLAT, perbaiki dan tingkatkan Sholat kita. yang biasa asal ngerjainnya, coba lakukan awal waktu. yang biasa cuma wajibnya, tambahin dengan qobliyah dan bakdiyah-nya (sebelum dan sesudah sholat wajib)
  2. Kerjakan Sholat Dhuha minimal 4 rekaat, bisa lebih rakaatnya itu lebih bagus.
  3. Kerjakan Sholat Tahajjud, karena tahajud ini merupakan dasar dan inti dari ibadah sholat kita dan merupakan tingkatan tertinggi hubungan kita dengan Allah. dan panjatkan doa dan hajat kita di 1/3 malam terakhir ini, karena di 1/3 malam terakhir Allah langsung turun ke bumi dan senang melihat hamba2Nya yang mau bangun dan melakukan sholat dan kemudian berdoa.
  4. Sedekah yang nendang, artinya sedekah yang besar, yang kira2 kalo dikasih ke orang lain, orang itu akan kaget menerimanya karena diluar dugaan. kalo sedekah yang kecil ibarat kita mau memancing ikan paus pakai umpan cacing...mana mungkin dapat ? Atau boleh pake berbandingan : Gaji kite 1 jt, berapa sih sedekah yang nendang? Jangan 40 rb yang disedekahin, coba jajal dan ikhlasin 400rb (kalau perlua semua) Gaji kite 10jt, berapa sih sedekah yang nendang? Jangan 400rb yang disedekahin, coba jajal dan ikhlasin 4jt (kalau perlu semua)
  5. Baca Al quran, berikut pahami maksud dan isi surat atau ayat yang kita baca itu.


 

lakukan dengan sungguh2, InsyaAllah 40hari kedepan terjawab sudah doa

kita...amiiin


 

Siapapun ingin membahagiakan keluarga, orang tua, dan bahkan diri sendiri. Siapapun ingin hidup terhormat, kaya, sakses, punya posisi bagus di keluarga, di tetangga, di lingkungan, punya motor, bahkan mobil, punya rumah dengan asesorisnya, bisa jalan-jalan, bisa nyenengin anak istri, bisa ke Mekkah, bisa hidup enak lah pokoknya.


 

Dan hebatnya, Allah membantu kita semua mewujudkan itu semua. Ikuti air kehidupan mengalir, dan jika tiba saatnya, semua akan diberikan Allah. Sesuatu yang belom saatnya, maka yang tidak siap adalah diri kita sendiri. Kesabaran dalam merengkuhnya, balutan ibadah, ketenangan jiwa dalam meraihnya, cool, adem, malah akan menjadikan yang di tangan bisa nikmat, sementara karunia terus bertambah.


 

Banyak jalan-jalan cepat yang bisa ditempuh. Namun tebusannya adalah berkurangnya ibadah, dan berkurangnya banyak nikmat hidup. Jalan halal sekalipun, kalo kurang arif penempuhannya, maka tetap saja akan ada tebusannya. Wajar jika kemudian Allah banyak memakai kata sabar di dalam al Qur'annya, sebagai modal hidup bagi manusia-manusia Ciptaan-Nya.


 

Tidak sedikit yang kehilangan kawan-kawannya. Tapi dia tetap merasa happy. Ga sadar bahwa ada yang salah dalam kehidupannya. Dia tidak "memberi", dia selalu "menerima". Akhirnya dia ditinggal. Sama Allah pun begitu. Jika kita hanya biasa menerima, tidak memberi kepada Allah; waktu kita, tenaga kita, harta kita, yang sesungguhnya bukan punya kita, maka yang paling gawat adalah Allah meninggalkan kita. Ditinggal kawan saja kesepian yang ada, apalagi ditinggal Allah.


 

Tidak sedikit orang yang kehilangan keluarganya. Punya istri kayak ga punya istri. Punya suami kayak ga punya suami. Punya anak kayak ga punya anak. Punya orang tua kayak ga punya orang tua. Hidupnya dalam kesepian sebab yang dia kejar adalah sesuatu yang sesungguhnya benar-benar akan membuat dunia memisahkan dia dari apa yang awalnya dia cintai. Dunia itu jahat dan dia pencemburu berat. Jika kita tidak hati-hati, dan tidak berkuasa atasnya dengan penguasaan hati yang bersih, maka dunia akan menyingkirkan apapun dan siapapun dari kehidupan kita. Dan sungguh keadaan ini tidaklah baik, dan bahkan sangat tidak baik. Ada banyak orang yang bahkan tidak diberikan istirahat oleh dunia. Hingga akhirnya dunia menghadiahkan penyakit buat dirinya.


 

Dan ternyata yang paling lebih gawat lagi adalah, punya Allah, jadi malah kayak ga punya Allah. Sepi. Sendiri. Sunyi. Akhirnya hampa.


 

Daarul Qur'an adalah pengabdian. Tapi dia hanya sebuah nama. Nama bagi perjuangan menjadi manusia-manusia yang bersyukur, bertakwa, dan kemudian berdakwah menyiarkan risalah Allah dan Rasul-Nya.


 

Sama seperti sebagian kultur di Gontor, ketika seseorang menginjakkan kakinya di Gontor, disambut dengan kalimat: Ke Gontor, apa yang engkau cari…?


 

Prinsip-prinsip Gontor, adalah prinsip kerja di pesantren-pesantren lain di tanah air ini. Dan dia juga kiranya yang menjadi prinsip Daarul Qur'an juga. Hidup dan menghidupkan, bukan menghidup-menghidupi dirinya. Spirit keikhlasan dan keelokan dakwah, malah membuat semua yang terlibat malah hidup mulia.


 

Daarul Qur'an bukan tempat mencari uang. Namun keajaiban terjadi dan bisa sangat mungkin terjadi. Manakala prinsip-prinsip ini kemudian ditinggalkan, dan malah menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang opportunis, atau sekedar memang bekerja bagi nafkah keluarganya, maka jadilah ia lembaga yang kering, yang tidak punya cahaya. Ga ada cahaya di atas cahayanya, hingga kemudian ia mati.


 

Mukaddimah ini adalah untuk internal. Tapi mudah-mudahan ia bisa menjadi sentuhan peringatan dan nasihat kehidupan, buat siapapun yang berharap kehidupan yang tenang, jaya, berkah, dunia akhirat. Dunia insya Allah diberikan oleh Allah, yang memang adalah Janji-Nya. Yakni bagi siapa yang mengimani-Nya, dan melakukan banyak amal saleh, seraya mengikhlaskan diri karena Allah, dan sabar.


 

Salam, Yusuf Mansur.


 

Anak sebagai Amanah & Karunia Allah


 

Alhamdulillah, Allah yg memberikan ayah & ibu kenikmatan memegang jari jemari anak2nya. Allahlah yg memberi semua kenikmatan ayah & ibu kenikmatan menikmati senyuman, rengekan, tangisan & bahkan ambekan anak. Allahlah yg memberi semua ayah & ibunya kenikmatan menggendong anak, menikmati tidurnya anak di pundak sambil ngegendongnya dan ngebacainnya senandung shalawat. Subhanallah…Ditengah kebahagiaan saya & istri saya & wali2 murid Daqukids, ada yg tidak berbahagia. Barangkali sdg bermasalah rmh tangganya. Sdg Pisah dg suami atau istrinya, atau anaknya sdg trbaring lemah krn sakitnya, atau anaknya kena

mslh kenakalan anak2 remaja..ada yg malah blom punya anak,atau bahkan belom menikah, sehingga dr mana judulnya anak..


 

SEMOGA ALLAH MENGHADIAHKAN kepada semua-Nya, pertolongan-Nya dengan kebesaran-Nya, keajaiban-nya disemua urusan masing-masing. Yg Payah anak2nya agar Allah baguskan. Allah bebaskan smua anak2 kita dari jeratan narkoba & seks bebas jika sedang terbelenggu. Dan bagi yg blum terjerat, jgn sampe kena. Buat yg anaknya sdg sakit,agar Allah berikan berjuta2 keajaiban kesembuhan-Nya. Buat yg anak2nya sdg sekolah, sdg kuliahm agar Allah dampingi di setiap thpn belajar hingga dewasanya & bahkan hngga wafatnya nanti & buat keturunan2nya lagi sampe hari akhir.


 

Buat yg belum dikaruniai anak, semoga Allah memberikannya anak keturunan, dan buat yg belom diberikan jodoh, semoga Allah memberikan jodohnya juga keturunannya. Pokoknya segala sesuatu yg berkenaan dgn anak2 kita, semoga Allah mengabulkan do'a2 kita ya.


 

Doakanlah anak2 kita serajin2nya, sesering2nya. Sya usahakan membacakan anak2 saya minimal 1X Yaasiin u/ semuanya & Al Fatihah u/ semuanya. Kalo lagi gak sibuk, saya usahakan malah 1-1 ya 1x Yaasiin & 1X Faatihah untuk tiap2 anak. Subhanallaah..ya, apalagi yg lebih mahal yang bisa kita persembahkan buat anak2 kita selain dari pada Do'a kita yg mengawal mereka, Alirkan anak2 kita izki yg halal, agar tidak rusak akal dan pikiran, kelakuannya, Banyak2 minta ampun kpd Allah, Anak adalah amanah Allah, yg selama ini bs jadi kt banyak salahnya


 

Anak dititipkan Allah kepada kita, namun jangankan mengajak anak baca Al Qur'an, jangan2 kita sendiri ga rajin baca Al Qur'an, jangan2 anak2 kita ga kenal masjid, karena bisa jadi kitanya malahan jarang ke masjid, kalo ga ada Jum'at kita bs jd ga ke masjid, jd kalo bisa huruf2 hijaiyah kita kenalin dgn lisan kita sendiri, langsung diajarin sm ayah bundanya,jangan biarkan memori indah belajar kalamnya Allah malah direbut sm guru2 ngaji, make kaen lucu2an kt yg makein, ajarin pk mukenanya untuk anak perempuan, sajadah pertama kali kita gelarin, ajak dia ngelihat bulan dan bintang, bukan gedung salabintana, tp dihalaman rmh kita sambil shalat malem. Mantep..!!! ajak anak2 kita merumput dilapangan rumput mana gt,bukan untuk sekedar jalan2, tapi untuk sholat Dhuha menikmati suasana Dhuha.


 

Hingga suatu saat anak kita yg akan mengumandangkan azan saat kita berada di liang lahat & kemudian kita ditinggalkannya untuk selama2nya. Amit2 ya Allah jangan sampe kita dikubur yang ngajiin malah tetangga, seribu kali banyaknya yg doain tp kalo bukan anak kita duh, duuh sedihnya…jangan sampe jg ya Allah ketika tukang gali kubur nanya, siapa nih yang jd ahli warisnya mayyit yg mau ikut ngegali?, lalu gak ada satupun anak2 kita yg turun, sampe yg azanin pun begitu malah orang lain.


 

Prinsip kerja itu harus menjadi ibadah dan pelayanan terhadap Allah, dan sesama. Beri, berkhidmat, totalitas, meluruskan niat… Maka insya Allah urusan rizki menjadi urusan Allah. Allah punya cara-cara yang misterius namun bisa dipelajari oleh hamba-hambaNya yang kepengen kaya, kepengen punya ini punya itu, kepengen hidup berkah dan sepi dari masalah yang tidak bisa diatasi. Jauhi keserakahan, egois, dan jiwa nafsi-nafsi, maka Allah akan mengayakan hati dan mengayakan dunia akhirat kita.


 

mari sama2 kita renungkan firman Allah SWT :


 

An Naml: 62:"Siapa yang memperkenankan doa orang yang berada dalam kesulitan jika ia berdoa? Dan siapa yang menghilangkan kesusahan? Dan siapa yang menjadikan manusia itu khalifah di bumi? Apakah ada Tuhan selain Allah? Sedikit sekali di antara kalian yang mau mengingatnya."

Di ayat lain Allah berfirman…


 

Ud'uunii astajib lakum…

Berdoalah kepada-Ku, Aku akan kabulkan.


 

Dan Allah juga mengabarkan,bahwa DIA begitu dekat dengan hamba-hamba-Nya.


 

Ujiibu da'wataddaa'i idzaa da'aanii, falyastajiibuulii, walyu-minuubii…

Karena dekatnya Allah, Allah mengabulkan semua yang meminta jika mau meminta.

Maka sungguh mulia mereka yang mau berdoa.


 

Tanda dekat dan perlu sama Allah. Zat Yang Maha Kuasa.

Apalagi doa juga adalah ibadah. Ibadah seorang hamba Kepada Allah, Sang Pencipta.


 

Dan bertambah-tambah lagi kemuliaannya bagi mereka yang tidak hanya berdoa, tapi juga mau mendoakan yang lain…


 

Bersama-sama doa dan mendoakan.

Memperdengarkan sama-sama, harapan dan munajat, kepada Allah Yang Maha Mendengar.


 

Perjalanan Hidup Bersama Allah


 

10 dzulhijjah atau pas hari 'ied, saya naik motor sama istri ke makam saya punya mertua dan adik ipar. Sebagai anak, ga ada salahnya ngejagain makam orang tua. Ini ga ada urusannya sama bid'ah. Ini sunnah ziarah kubur. Lagian sambil ngebersihin kuburan orang tua.


 

Alhamdulillah, sababiyah dikasih ujan sama Allah, jalanannya buecek. Naek motor ampe ngesot-ngesot. Saya demen kalo udah mau hampir jatoh. Jadi inget dulu. Duluuuu waktu Ketapang masih beloman diaspal. He he, dulunya kayak udah luama sekali ya? Duluuuuu. Tapi ya iya sih. Saya udah ga muda lagi. Udah 33 taon umurnya. Nikah umur 23 taon. Masuk ke Ketapang, Tangerang dari umuran 14-15 taon. Nikah taon 1999.


 

Begitu masuk ke pemakaman, saya sempet berbisik sama istri sambil megang tangannya; Kita bersyukur banget ya. Dulu ke makam, jalan kaki. Sekarang bisa naik motor. Dan naik motor bukan karena ga ada mobil. Sebab mobil kagak masuk ke areal pekuburan. Subhaanallaah… Perjalanan hidup. Kayaknya baru kemaren nyiap-nyiapin mie bulet ama mie telor buat dagang mie ayam pake gerobak. Sekarang udah di ujung 2009 dengan keadaan berbeda. Sambil minta doa dari istri supaya bisa makin hari makin tawadhu'. Makin diuji sama dunia, makin banyak pengasihnya sama orang. Makin dimuliakan Allah, makin takut telat shalatnya, dan makin sayang kalo ninggalin sunnah.


 

Penjaga kubur menyapa; "Kemaren kebobolan ya? Kemana aja itu RW? Depan mata sekali, pada ga tau…". Kami menjawab dengan senyuman aja. Sesungguhnya apa yg hilang? Kalo asal sebenernya itu engga ada. Semua dari Allah. Jadi ya terserah Allah saja.

Sampe makam persis, mulailah kami mendoakan. Ga jauh, ada Pak Mamat. Tetangga kampung. Dia dan istrinya juga sedang ngebersihin makam.


 

Ga lama, pas habis do'a-do'a, pamitan sama Pak Mamat yang masih belom rapih ngerapihin makam.

"Dulu, almarhum mertua ente itu temen saya. Temen ngojek… Temen akrab banget… Kalo pas ada yang nurunin kelapa, kita sama-sama berenti dulu ngojek, bantuin nurunin kelapa…"


 

Pak Mamat melanjutkan, "Alhmarhum mertua biar miskin agamanya kuat banget. Jarang kelihatan ninggal shalat…".


 

Ya, saya sudah dengar dari istri saya, bagaimana dia cerita tentang kebiasaan-kebiasaan almarhum mertua semasa hidup. Ihyaa-us Sunnah, benar-benar ada di beliau kayaknya. Amalan-amalan sunnah hidup. Memang mertua tidak menikmati secara dunia apa yg dilakukannya di dunia. Namun anak keturunannya, dan insya Allah saya sebagai mantunya, juga mendapat berkah. Saya menikahi anak yatim, dan istri saya ada adiknya yang jelas juga yatim. Berkah sekali.


 

Istri saya cerita, biar kata ngojek, beliau ga mau narik menjelang zuhur. Padahal zuhur itulah lagi rame-ramenya juga tarikan. Tapi beliau pulang. Untuk mandi, dan persiapan shalat di mushalla sambil makan di rumah. Bagian yang ini istri saya komentar: "Seri dah. Ngirit. Ngojek juga kalo makan di luar kan keluar duit juga." Betul juga.


 

Ini ya. Kebiasaan mandi jelang shalat, duh, saya sendiri jarang bebersih jelang shalat. Jarang tuker pakaian. Apa yang dipakai saat itu, ya itu yang dipakai untuk menghadap Allah. Masya Allah.

Dari istri saya juga, katanya mertua punya amalan-amalan sebelom tidur. Bangun selalu sebelom shubuh. Buat tahajjud dll amalan di waktu sahur. Istri saya selalu dibangunin sebelom shubuh juga. "Kita udah miskin (di dunia), masa mau miskin di akhirat juga. Ayo bangun tahajjud…".

"Puasanya juga rajin…"


 

Insya Allah saya percaya banyak orang-orang tua juga yang begini. Makanya bener, berkahnya kemudian mengalir ke anak keturunan dan keluarganya. Dan sering banget juga Allah berbaik hati memberikan Cahaya-Nya buat amal-amal yang dilakukan hamba-Nya ketika di dunia. Hingga kemudian ketika hamba-Nya ini masih hidup pun, Allah sudah naikkan derajat dan ubah hidupnya. Cuma emang rahasia umur, rahasia Allah.


 

Ketika saya menikahi istri saya, alhamdulillah saya menemukan kesederhanaan keluarga ini. Jika pun kehidupan kami berubah secara materi, mudah-mudahan tetep menampakkan kesederhanaan yang sama. Susah dimengerti memang, yah mudah-mudahan ini adalah Karunia Allah. Bukan "bala" bukan "musibah" dalam bentuk kecukupan. Loh??? Iya, ada juga bala dan musibah berupa kekayaan, kecukupan, kelimpahan rizki, kebagusan pangkat dan kedudukan. Di mana kemudian makin diberi makin kacau kehidupan si penerimanya. Akhirnya jatuhnya lebih sakit lagi.


 

Penghujung 1999 saya menikahi istri saya. Kamar pengantin, adalah peninggalan mertua. Ya, kamar pengantin adalah kamar di mana istri saya sebagai anaknya, dikelonin hampir saban malam.

He he, istri saya waktu saya nikahi, masih tergolong masih belia. Masih baru 14 tahun. Kelas 3 SMP saat itu. Banyak kenangan beliau sama almarhum ayahnya. Rupanya kedekatan istri saya dan ayahnya itu juga yang kemudian menjadi warisan buat saya. Saya sebagai pengantin baru menempati kamar tersebut. Ranjangnya, ranjang beliau. Kasurnya juga. Kami ga sanggup beli yang baru dulu. Dan lantai kamar kami, masih tanah. Tanpa peluran. Apalagi keramik. Tanpa itu semua. Tanahnya pun bukan tanah rata. Tapi bergelenjur. Bergunduk-bergunduk kecil ga rata.


 

Dari luasan kamar yang kecil itu, sekotak dialasi dengan karpet plastik rombeng. Buat alas sajadah tipis. Subhaanallaah. Ya, saya mengingat, bukan hanya kasurnya yang tuipis buanget-buanget. Sajadah kami pun sajadah yang tipis. Tapi sungguh, kadang kami merasa air mata ketika di atas sajadah lebih enak jatuhnya saat itu.


 

Kamar yang nyaris tanpa lemari itu, diwarisi juga oleh kami tolet (lemari rias) zaman dulu banget. Lemari rias tahun 80-an awal. He he he, kata istri saya, itu malah dikasih sama engkong. Sama bapaknya bapak. "Bahkan rumah ini, kalo ga dibikinin engkong, ga ada kali," kata istri saya.

Jamaah semua. Namanya juga riwayat ya. Mudah-mudahan ada inspirasi. Hidup itu sunnahnya adalah perubahan. Mudah-mudahan Allah tidak menguji kita dengan perubahan keadaan yang tidak sanggup kita semua mengikutinya. Dari miskin ke kaya, kalau engga sanggup mengikutinya, malahan bahaya buat kita. Lebih bahaya ketimbang hidup tetap miskin. Maksudnya, bisa lari dan jauh dari Allah.


 

Sekedar mengenang keberkahan mertua juga, saya kadang sama istri tertawa. Ini ranjang, ranjang berderit. Mau tau tentang ranjang berderit? Tar aja terusin lagi ya…


 

Kisah masa lalu terkadang asyik diikuti, dikenang, dan diperdengarkan. Sebagai 'ibrah. Sebagai pelajaran. Ketika pahit itu kenangan, kadang kita mengingatnya sudah dalam keadaan itu kenangan belaka. Ga lebih. Benarlah ungkapan arif kalau sudah begitu: Waktu akan menyembuhkan luka. Dan ketika kenangan manis yang terlintas, sedang kita barangkali dalam keadaan terluka, moga-moga bisa jadi penghibur duka pelipur lara.


 

Kemaren sampe mana ya? He he he, sampe RANJANG BERDERIT ya?

Itu ranjang pengantin. Tapi ini ga ada kaitannya dengan film horor ya, he he. Ini ranjang pengantin kami.


 

11 Desember 1999 atau bertepatan dengan 3 Ramadhan, kami melangsungkan akad nikah. Kami berangkat ke Bogor. Ke guru saya. Minta dipersaksikan oleh beliau. Yang menikahkan adalah wali dari Maemunah, istri saya. Saya dipertemukan dan diperkenalkan oleh Allah dalam keadaan istri saya baru beberapa pekan menjadi yatim. Maemunah, 14 tahun saat itu, dan sedang duduk di bangku SMP kelas 3.

Pulang dari Bogor sudah jam 23 lebih. Hampir jam 24 malah.


 

Setibanya di rumah mertua perempuan (udah jadi mertua, he he he), mertua perempuan langsung masuk kamar. Saat itu saya bingung. Mau kemana ya? He he. Bingung, apa pura-pura bingung? Engga, bingung beneran koq. Saat itu saya duduk di depan ruang tv yang ga bisa disebut ruang tv pada kebanyakannya. Tapi subhaanallaah walhamdulillah. Keadaan itu jauh jauh lebih saya syukuri ketimbang saya di sel dulu. Mertua perempuan masuk kamar. Maemunah, yang saat itu sudah jadi istri saya, juga masuk kamar. Lah? Tinggal saya sendirian di ruang tamu.


 

Lagi mikirin "nasib", he he, tiba-tiba Maemunah keluar dari kamarnya bawa bantal. Ya, bawa bantal. Saya tanya, "Mau kemana De?" "Mau tidur," jawab Maemunah. Tidur di mana? Tanya saya. Tidur sama emak, jawabnya lagi. Ha ha, saya spontan jawab, koq tidur sama emak? Tidur sama Kaka lah. Kan udah jadi istri Kaka.


 

Asli. Saat itu saya lihat mukanya Maemunah kayak kebingungan. Jangan samain anak perempuan sekarang dengan beliau ya. Anak sekarang mah umur 10 tahun udah gede banget. Gede kelakuannya, he he he. Anak-anak belasan tahun sekarang sudah nenteng-nenteng majalah kosmo dan majalah-majalah gaul lainnya. Lebih cepat dewasanya. Maemunah mah beda. Beliau anak perempuan kampung yang asli sederhana. Sampe sekarang beliau ga berubah.


 

Didikan ayah ibunya, jam 3-an udah bangun. Shalat tahajjud, zikir-zikir sebentar, dan kemudian menanak nasi, memasak air, dan memulai kerjaan bersih-bersih. Wuah kayak di film-film zaman dulu deh.


 

Maemunah yang ga suka nonton TV, dari dulunya sampe sekarang, jelas seumurannya ya masih belia sekali. Ditambah dulu itu sinetron ga kayak sekarang. Maka ketika saya todong: Koq tidur sama emak? Ya sama Kaka lah… He he, wajahnya kebingungan.


 

Pertanyaan dari 08562160xxxx:

Assalamualaikum w.w, ustadz.. Apakah memang sunatullahNya harus begini ya.. Ketika kita coba memperbaiki diri, kita harus mengalami situasi 'drop' dalam arti kekurangan harta.. Padahal kita tentu maunya meningkat.. Saya rabu kemarin genap 40 hari dhuha ustadz.. dengan zikir 'ya fattahu ya rozzaqu' yang ustadz ajarkan..


 

Jawaban Ustadz Yusuf Mansur:

Selama 40 hari, deket sama Yang Punya Harta. Ini melebihi apapun. Cara pandangnya saja yang diubah. Kemaren, kita tiada bagus ibadah. Sekarang, kita lumayan ajeg ibadahnya. Dan percayalah, ga ada yang sia-sia. Saya selalu make tahapan-tahapan : 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 40 hari, dan 100 hari. Di angka-angka hari ini, pasti insya Allah ada kebaikan. Bilamana tidak tembus hajat dan tidak selesai masalah, biasanya yang bersangkutan pernah melakukan 1 dari 10 dosa besar. Maka, pengarahan fadhilahnya diarahkan Allah lebih kepada dosa dan maksiatnya. Kemudian diulangi saja lagi dengan stamina yang lebih dari yang kemaren. Insya Allah naik senaik-naiknya. Jika tiada ada dosa yang berarti, maka berarti ada maksud Allah untuk manjangin umur. Barangkali takdir umurnya nyampe. Maka Allah panjangin dulu umurnya. Atau kena bala. Balanya yang disingkirkan. Perbanyak husnudzdzan sama Allah ya.


 

Btw, ada orang yang beranggapan bukanlah dosa tidak tepat waktu, dan bukanlah dosa tidak berjamaah dalam shalat wajib, dan bukan juga berdosa tiada tertegak sunnah-sunnah muakkadah; qabliyah ba'diyah, dhuha, tahajjud, dan witr. Padahal itu semua adalah dosa dan memiliki pengaruh positif negatif tersendiri. Banyak CD yang di dalamnya sudah saya bahas tentang ini. Salah satunya: CD Wasiat Terakhir Rasulullah dan Benahi Shalat Kita. Coba dicari ya. Juga buku-buku. Bahkan di KuliahOnline juga sudah tak bahas. Kejar terus amal ibadah yang kurang-kurang, untuk menggenapinya. Baarokawloohu fiikum.


 

Btw, ini dari siapa? Sengaja sms ini tidak saya taruh di sms tanya jawab, melainkan saya taruh di Dhuha Coffee. Sebagai ilmu yg lbh gampang diaksesnya, dan terbuka. Waba'du, sementara itu, ada juga yang ga melihat bahwa sesungguhnya perjalanannya sudah nyampe. Perjalanan riyadhah, perjalanan doa. Cuma, ga berasa. Sebab biasanya Allah ga mungkin menyia-nyiakan. Hanya memang yang Allah beri itu lebih ke apa yang kita butuhkan, ketimbang apa yg kita minta. Sempurnakan terus ilmunya ya. Meski saat sms ini saya jawab Kuliah Tauhid belumlah lagi rampung, namun Kuliah Tauhid di KuliahOnline sangat bagus untuk pondasi iman dan amal saleh. Doakan juga saya dan semua kawan yang sedang belajar menuju Allah.


 

Tinggalkan kalimat-kalimat sesat seperti yang saudara ajukan: Mengapa ketika kita mendekat kepada Allah, lalu ujian datang bertubi-tubi? Jangan. Hilangkan kalimat ini. Supaya kawan-kawan kita, saudara-saudara kita, yang lagi berniat berangkat ke Allah, tidak ketakutan. Saya sendiri menikmati situasi ini, yaitu ketika kejadiannya seolah-olah membenarkan kalimat tersebut. Namun segera saya banting ke percaya sama Allah. Dan saya katakan dengan gagah namun tetapi tawadhu di hadapan Kuasa dan Kebesaran-Nya:


 

"Ya Allah, andai Engkau menganggap tidak cukup amal-amalku untuk menahan agar tidak ada dosa yang menghimpit diriku, membebani pundakku, maka tiadalah mengapa Engkau segerakan. Namun jangan ada yang Engkau segerakan, kecuali Engkau melindungiku dari keletihan ibadah kepada-Mu, menodai kepercayaan akan janji-janji,Mu, dan kemudian membuatku putus asa. Ya Allah, aku terima semua kesusahan ini, sebagai selayaknya aku terima. Ketimbang Engkau tunda dan baru kemudian diberikan di akhir hayatku, apalagi di kuburku. Ya Allah, bila amal2ku tidak cukup u/ melindungiku, maka cukuplah Engkau sebagai Pelindungku, sebagai Penolongku, sebagai Penjagaku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Menolong tanpa melihat amalku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Mengasihi tanpa sebab amalku. Hanya izinkan aku terus mempersembahkan ibadah terbaik untuk-Mu setelah hanya kemaksiatan yang lbh menghias catatan amalku. Kepada-Mu ya Allah Engkau menjaga hatiku u/ tetap bisa tersenyum kepada-Mu, apapun takdir yang Engkau tetapkan untukku".


 

Demikian ya. Semoga ini berguna sebagai Dhuha Coffee yang menenangkan hati kita semua. Selamat menegakkan shalat dhuha dan amalan-amalan sunnah lainnya. Mari kita sama benahi yang wajib, dan ngidupin yang sunnah. Saya berdoa agar kita semua tidak tertipu daya setan, yang kadang ia berbisik kepada kita: Tuh, lihat. Kamu mendekat, malah Allah menambah bebanmu. Atau dengan halus setan mengatakan, makanya ibadah, ya ibadah saja. Ga usah punya niat-niatan gitu. Tar ga murni. Akhirnya, sepilah kita dari spirit. Sepilah kita dari motivasi, dan akhirnya tenggelamlah ibadah kita lantaran tak ada semangat. Dan akhirnya, sepi juga dari berdoa. Salam.


 

Yusuf Mansur

The Math Man of Giving


 

Dulu pedagang, sekarang pendakwah. Dulu diam-diam menjual tanah orang tua, sekarang "memaksa" orang untuk bersedekah. Banyak orang curiga dia sedang memperdagangkan sedekah. Tapi, menurutnya justru banyak orang belum mengerti "the math of giving". Apa sebenarnya yang sedang diperjuangkan ustadz yang pernah dua kali masuk penjara ini?


 

Hampir setahun sejak heboh poligami AA Gym, ustadz Yusuf Mansur naik ke mimbar sebuah masjid di Sydney, Australia. Dalam acara penggalangan dana untuk pembangunan Islamic Center di kota itu, ia berceramah tentang pentingnya sedekah. Dengan bahasa Inggris-ala-Betawi, ia berdakwah di depan umat muslim yang mayoritas bule. Di akhir ceramah, ia meminta umat yang hadir untuk memberikan komitmen sedekahnya. Tak disangka, ia berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 2,4 miliar! Sebuah angka yang terbilang fantastis untuk sedekah di kota minoritas Islam yang dimotori oleh ustadz dari Indonesia dengan bahasa Inggris terbatas.


 

Sebenarnya, tak terlalu banyak orang di Sydney mengenal sosok pria yang satu ini. Jika ia berdiri di atas mimbar dan kita duduk bersila di bawahnya, ia nampak berperawakan sedang. Jika ia turun dari mimbar dan kita berdiri untuk menjabat tangannya, barulah ia terlihat sebagaimana aslinya, seorang pria berperawakan kecil dengan wajah yang bisa membuat ibu-ibu betah bertahan menontonnya.


 

Kita mengenal banyak tokoh besar berperawakan kecil lainnya. Bukan saja Napoleon yang bergerilya dari pegunungan Perancis, tapi juga Habibie dari sebuah rumah di Jerman. Yusuf memang belum sebesar itu. Popularitasnya mungkin juga belum bisa dibilang menandingi AA Gym.Tapi kita bisa melihat dia sedang menuju arah itu.


 

Sehari setelah meninggalkan Sydney menuju Jakarta, ia memberi waktu bagi ME mengikuti kegiatannya. Pagi itu hari Sabtu sekitar setengah sembilan, dia duduk di ruang tamu rumahnya yang sederhana di wilayah Tangerang sambil merekam suara di depan komputer. Mantan qori cilik ini meminta waktu sebentar menyelesaikan rekaman dakwahnya yang segera akan dikumandangkan di sejumlah stasiun radio sepanjang bulan Ramadhan. Yusuf sibuk berulang-ulang meng-edit sebaris kalimat dakwahnya: "Bagaimana mungkin kita yang dulu terlahir tanpa daya, kini bisa tumbuh dengan keberanian melakukan dosa di hadapan Tuhannya?"


 

Meski media telah membesarkan namanya sebagai ulama, orang mungkin bisa berpikir lain ketika menemui Yusuf di kediamannya. Ia lebih terlihat seperti seorang teman ketimbang ulama yang menjaga imagenya. Dari sudut pandang lain, ia bisa terasa seperti seorang business man ketimbang holy man.


 

Setiapkali ia mengangkat telepon selularnya, akan terdengar kalimat-kalimat bisnis. Kata-kata seperti "sudah saya urus proposalnya"; atau "target 200 miliar harus tercapai"; "sumbangan tiga ratus ribu dolar", akan sering terdengar dari mulutnya. Ia juga menyeret ME ke ruang keluarga, menyaksikan tayangan infotainment yang memberitakan proyek terbarunya, pembuatan film Islami berjudul "Kunfayakun". Lalu dia menginformasikan, "Ini proyek empat setengah M, nih".


 

Ruang tamu itu kecil. Nampak tidak beraturan karena terlalu banyak orang yang hilir-mudik. Sebuah lemari kayu berdiri memuat buku-buku secara random. Diantaranya, dua buku tentang Muhammad dalam versi berbeda, dan sebuah buku tebal soal Google. Ia biasa meng-edit suaranya sendiri lewat software yang tidak familiar buat sembarang operator PC. Di belakang meja komputer, tersedia peralatan fitness, sebuah treadmill Aibi Power Tone yang sepertinya tidak terlalu sering disentuh pemiliknya.


 

Sambil menunggu ustadz yang sedang sibuk merekam, ME mengambil jarak dengan duduk di bagian teras depannya. Rumah itu nampak datar sebagai sebuah peninggalan budaya Betawi dengan teras luas di bagian luar dan ruang kamar yang sempit di bagian dalamnya. Di rumah inilah Yusuf membangun cikal-bakal "imperium"-nya, pesantren Daarul Quran yang bangunan modern-nya kini sedang disusun di atas tanah seluas 20 hektar. Pesantren modern yang berlokasi beberapa ratus meter dari kediaman Yusuf itu dipersiapkan untuk menyaingi Gontor dengan bangunan bertingkat 5.


 

Di ruang teras itu, beberapa ustadz lain datang menghampiri ME, mengajak berdiskusi soal tafsir Al Quran. Sementara seorang keluarga terdekat Yusuf menyapa antusias. ME berdialog (tepatnya, mendengarkan monolog) sosok yang satu ini, seorang nenek berjilbab dengan pembicaraan yang monoton seperti seorang schizophren.


 

Ia berusaha menjelaskan bahwa ayah kandung Yusuf telah menceraikan ibunya pada saat Yusuf masih berusia 7 bulan di dalam kandungan. Ia juga menceritakan, Yusuf sudah pandai berdakwah sejak kecil. Dan, Yusuf kecil sering menghindar ketika diminta berdakwah karena keasyikan main kelereng.


 

Selepas sholat dzuhur, Yusuf bersiap-siap melakukan perjalanan, ceramah ke beberapa masjid yang mengundangnya hari itu. Ia mengajak ME masuk ke dalam BMW Seri baru yang dikendarai supir pribadinya. BMW itu diparkir bersebelahan dengan mobil-mobilnya yang lain seperti Alphard, dan beberapa mobil up dated lainnya yang diparkir di sebuah tanah kosong dekat rumahnya.


 

Sepintas, deretan mobil mewah itu nampak kurang sepadan dengan lingkungan yang mengitarinya: gang kecil, warung gado-gado sederhana, lintas jemuran pakaian, dan pohon tinggi tak terawat yang batangnya sewaktu-waktu bisa saja jatuh menimpa kap mobil.


 

Apakah ada keinginan untuk pindah dari rumah aslinya? "Saya sudah menyatu dengan lingkungan ini. Saya lebih senang tinggal di kampung seperti ini daripada di kota," ujar Yusuf yang duduk di sebelah supir sambil membuka jok bagian atas penyangga kepala. Seorang pria kekar yang duduk di belakangnya langsung menangkap gelagat itu. Ia memijat pundak ustadz.


 

Yusuf menyandarkan kepalanya, asyik menikmati pijatan. Ia nampak seperti seorang petinju yang siap-siap bertarung. Jika ia seorang petinju, kita tahu siapa musuh yang akan dia hadapi. Tapi sebagai ustadz, tahukah kita apa sebenarnya yang sedang ia lawan?


 

Sepanjang perjalanan, ia mencoba menceritakan suatu cerita di masa kecilnya:


 

"Waktu itu, saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saya ingin membeli mainan seharga Rp. 14.000, cukup mahal untuk sebuah mainan anak-anak. Saya bilang ke nenek saya, supaya dia mau membelikan saya mainan itu. Nenek malah menyuruh Saya menabung. Maka mulailah saya menabung. Setiap hari, seratus rupiah. Logikanya, saya butuh 140 hari untuk bisa mewujudkan impian saya. Tapi Tuhan berkehendak lain. Di hari ketujuh, nenek meminta uang tabungan saya. Dengan uang itu, dia menyuruh saya ke pasar membeli bahan belanjaan untuk makan orang-orang selepas sholat Jumat.


 

Saya kecewa. Tapi saya tetap menabung lagi. Jumat berikutnya, ketika saya sudah menabung 7 kali 100 rupiah, nenek saya kembali meminta uang tabungan saya itu untuk makan selepas sholat Jumat. Minggu berikutnya saya tidak mau menabung lagi. Tapi anehnya, di Jumat berikutnya ketika saya menghadiri acara sunatan sepupu, saya menerima hadiah mainan yang saya inginkan. Aneh, kan? Yang disunat saudara saya, tapi yang diberi hadiah malah saya.


 

Saya berhasil mendapatkan mainan yang saya inginkan hanya dalam hitungan 14 hari, tanpa harus menunggu 140 hari. Belasan tahun kemudian saya baru mengerti, bahwa yang saya lakukan itu adalah prinsip dasar sedekah. Tuhan akan membalas sepuluh kali lipat dari apa yang kita sedekahkan".


 

Yusuf turun dari BMW, menyongsong lebih dari seratus umat yang menantinya di sebuah masjid kawasan Bintaro. Ia disambut layaknya seorang Mama besar: orang-orang berusaha menjabat atau mencium tangannya dan beradu pipi dengan jemaah pria. Meski begitu, setiap orang pasti bisa merasakan bahwa Yusuf nampak tidak terlalu suka dengan respons semacam itu.


 

Dari caranya berpakaian saja terlihat kalau dia tidak mempersiapkan dirinya sebagai Mama besar. Di tengah umat yang mayoritas berpakaian putih-putih (tak jarang berjubah), Yusuf malah mengenakan kemeja warna merah dan sarung warna kelam. Busananya nampak seperti pakaian seorang tetangga sebelah rumah yang pergi sholat Jumat.


 

Sejauh ini, dia tidak berusaha menciptakan sebuah persona. Jika kita sandingkan dengan beberapa Mama populer lainnya, Yusuf memang sebuah pengecualian. Ia tidak, menggunakan manajer, asisten pribadi, atau apapun istilahnya. Ia lebih suka melenggang seorang diri (hanya didampingi supir pribadinya) dan mengatur segalanya sendirian. Jika bertemu dijalan, penggemarnya mungkin tidak akan berpikir dia adalah Yusuf Mansur yang sering masuk tv itu. "Saya tidak suka pakai manajer, sebab saya tidak suka menciptakan jarak dengan umat," ujar Yusuf seperti menyindir.


 

Meski begitu, tak semua orang bisa merasa beruntung menjabat tangannya. Yusuf, seperti kebanyakan pria lainnya adalah seseorang yang tidak terlalu cermat pada detail. Dia menyalami orang sekenanya saja, sehingga ada beberapa orang yang nampak kecewa karena uluran tangannya tidak dibalas sang ustadz. Atau, ia bisa 'kabur' dari satu frame foto bersama sebuah ketuarga didepan masjid hanya karena dia harus cepat-cepat pergi ke tempat lain. Orang yang tidak siap dengan perilakunya itu bisa berpikir dia seorang ustadz yang sombong atau dianggap "tidak menunjukkan teladan". Tapi, begitulah Yusuf Mansur apa adanya.


 

Di hadapan sekitar 200 orang, dia berdakwah. Tubuhnya boleh saja kecil, tapi ide besarnya soal sedekahh membuat orang terdiam dan merenung. Dengan kemampuan komunkiasi yang baik, ia berdakwah soal sedekah. Menghadirkan gabungan antara kelihaian berbicara seorang Zainudin MZ dan kelucuan seorang AA Gym. Aksen Betawi menguatkan bungkusan komediknya dalam suara yang nyaris bindeng.


 

Yusuf di atas mimbar adalah kombinasi antara seorang penghafal Al Quran dan seorang komedian lenong. Pada saat itu, dia sepenuhnya hadir sebagai Yusuf Mansur seperti yang banyak orang kenal lewat layar kaca. Bedanya, ia bisa lebih kocak pada saat off air.


 

Di hadapan umat itu dia menyelipkan cerita:


 

"Sewaktu masa awal saya berceramah di sebuah stasiun tv swasta, saya pernah dimarahi seorang produser. Saya kaget setengah mampus, karena saya kira saya telah melakukan kesalahan fatal macam apa? Tiba-tiba saja dia menghentikan syuting, dan protes. Dia bilang siaran ceramah saya harus diulang hanya karena saya menggunakan bahasa Betawi. Dia bilang, "Pak ustadz, gimana sih? Ini kan tv nasional, masak pakai bahasa Betawi?" Lantas saya malah balik protes. Saya bilang, "AA Gym saja boleh pakai bahasa Sunda, masak saya nggak boleh pakai bahasa Betawi? Enak aja!"


 

Orang-orang yang hadir tertawa.


 

Sekitar satu jam, Yusuf menghentikan ceramahnya. Ia meminta agar panitia berhenti mengedarkan kotak amal yang menurutnya tidak akan berhasil menjaring sedekah yang banyak. "Jika melihat kotak amal, orang hanya melempar uang seribuan, atau paling banyak sepuluh-ribuan," ujar Yusuf. Panitia kemudian membagi-bagikan secarik kertas folio kosong yang akan diisi oleh umat yang hadir. Di kertas itu, mereka diminta memuat berapa nominal yang akan mereka sedekahkan lengkap dengan sistem pembayarannya. Kurang dari satu jam, berhasil dihitung berapa total sedekah yang terkumpul dari hanya sekitar 150-an orang: Rp. 387 juta!


 

Yusuf tersenyum puas, meski ia sama sekali tidak membawa pulang uang sepeser pun dari acara itu. Lalu, darimana ia mendapatkan nafkahnya?


 

Seusai acara di masjid itu, ia kemudian meluncur di atas BMW-nya menuju sebuah mall di wilayah yang sama. Ustadz masuk mall. Kali ini bukan untuk ceramah. Ia telah membuat appointment untuk bertemu produser dan kru film Kunfayakun, yang beberapa jam lalu dia lihat tayangannya di infotainment. Dia harus membicarakan soal trailer film yang akan tayang Februari mendatang. Yusuf datang terlebih dahulu, menunggu teman-teman film sambil membuka laptop Acer-nya. Saatnya berbisnis.


 

Dia memilih sebuah cafe yang dekat dengan lobi utama. Seorang perempuan yang bekerja sebagai operator di meja informasi nampak memperhatikannya. Setengah berbisik ia bertanya pada teman di sebelahnya, "Itu ustadz Mansur yang sering masuk tv itu, ya?" Tiga perempuan karyawan cafe berdiri di balik meja kasir. Yusuf memesan cappuccino, hot cappuccino. Teman-teman kru film Kunfayakun datang beberapa menit kemudian. Ketiga perempuan cafe entah bagaimana baru sadar bahwa tamu pertama yang datang di cafe-nya adalah seorang figur publik. Mereka menyodorkan kamera handphone, dan minta foto bareng. Klik!


 

Yusuf nampak serius ketika sudah sampai pada urusan bisnis. Ini memang proyek perdana layar lebarnya. Namun, ini bukan proyek motion picture-nya yang pertama. Dia adalah pencetus ide asli program sinetron Maha Kasih garapan SinemArt yang ber-rating baik. Ia juga penggagas program Cerita Sore yang mulai dikenal luas itu. Sebagian besar dari cerita-cerita di setiap program itu terinspirasi dari kisah nyata keajaiban sedekah. Di layar tv, orang belum terlalu mengenal Yusuf sebagai kreator. Di balik layar, dialah orang dengan segudang ide bisnis.


 

Ia bisa dibilang dai pertama yang punya ide membuat counterproduct dalam bisnis studio teater di Indonesia. Pasalnya, ia mengaku kesal pada Studio 21, satu-satunya teater dan distributor film dengan jaringan terbesar di Indonesia. Ia kesal karena Studio 21 tidak mau menyediakan waktu film Kunfayakun untuk bisa edar pada saat lebaran nanti. Itulah mengapa ia kemudian mengalah menayangkannya mundur ke bulan Februari. "Lihat saja, nanti akan saya ciptakan studio rakyat untuk melawan dominasi mereka. Catat itu;" ujar Yusuf.


 

Setelah selesai dengan urusan bisnis, ia kembali bergegas masuk mobil untuk menghadiri undangan ke sebuah masjid di wilayah Cempaka Putih. Komunikator tak lepas dari genggamannya. Orang-orang yang berada semobil dengan kami berubah formasi lagi. Kali ini masuk seorang rekan kerja dari salah satu stasiunTV langganannya. Mereka bicara serius. Yusuf nampak kecewa dengan komitmen petinggi-petinggi stasiunTV itu. Menurutnya, itu adalah akibat keempat pimpinannya tidak committed dengan sedekahnya.


 

Ketegangan pembicaraan mereka mulai mereda ketika sampai pada tema-tema populer. Jalan di sepanjang Cempaka Putih macet tidak seperti biasanya di malam minggu itu. Setelah berada di pertengahan, barulah terlihat ruas jalan yang menyebabkan kemacetan. Ruas jalan itu sengaja ditutup untuk menyelenggarakan acara Maulid Nabi. Yusuf bereaksi agak keras, ia nampak tidak suka melihat situasi itu. "Begini nih, nyusahin aja. Harusnya mereka bisa menunjukkan perilaku yang lebih baik. Kalau begini kan, mengganggu kepentingan orang banyak namanya".


 

Pembicaraan kemudian mengarah pada persoalan wanita. Yusuf menceritakan kalau baru-baru ini dia kebetulan berada semobil dengan salah seorang aktris yang bermain dalam Kunfayakun. Artis itu berpakaian cenderung terbuka di bagian dada sehingga ustadz spontan berkomentar. Lalu artis yang sudah bercerai dengan suaminya itu balik menjawab ustadz setengah-menggoda. Agak mengherankan mendengar seorang ustadz bisa bercerita tentang tema yang cenderung vulgar. "Namanya juga laki-laki, kan dimana-mana sama kalau melihat yang begitu," ujarnya berseloroh.


 

Tak lama setelah heboh poligami AA Gym, Yusuf juga sempat digosipkan menikah lagi. Itulah salah satu haa yang membuatnya kecewa pada stasiunTV tadi. Menurut Yusuf, mereka telah memanfaatkan rumor itu sebagai alat untuk mereposisi harga kontraknya. Ia nampak kurang suka membahas tema yang satu ini, meski dalam suasana bercanda. Ketika beberapa kali coba ditanyakan, Yusuf hanya menjawab, "Nggak usah ngomongin itulah, sudah basi. Itu konsumsi infotainment banget. ME nggak begitu, kan?"

Sejenak ia nampak berdoa. Entah kenapa ia tiba-tiba berdoa.


 

Yusuf cukup berani membicarakan tema-tema yang menyerempet 'ke arah sana'. Entah itu dalam kesadaran sebagai seorang lelaki biasa, atau mungkin juga seorang pendakwah dengan maksud yang belum tentu bisa kita pahami. Dalam ceramahnya, ia tak sungkan membawa satu cerita yang mengandung materi orang dewasa meski di tempat itu berkeliaran anak-anak di bawah umur. Tentu ia meminta izin pada para pendengarnya sebelum ia memulai cerita seks di tengah ceramah:


 

"Ada sepasang suami istri yang tidak bisa punya anak selama 11 tahun pernikahannya. Mereka berdua kemudian disarankan untuk bersedekah, lalu mereka menuruti perintah kyai yang mereka percaya. Setelah sedekah, tiba-tiba saja tetangga yang tinggal tak jauh dari rumahnya datang untuk memberitahu sesuatu. Tetangganya itu malu-malu ingin membongkar rahasia ranjangnya sendiri yang menjadi kunci kenapa ia punya banyak anak. Demi ingin punya anak, si istri tadi rela mendengarkan nasehat yang dimaksud:


 

"Tetangga itu kemudian membuka rahasia bahwa, setiapkali berhubungan dengan suami, jangan lupa untuk meletakkan bantal di bawah, maaf, bokong Anda (di bagian ini, para jemaah tertawa-ed). Dan jika suami sudah mencapai klimaks, minta untuk jangan cepat-cepat dilepas (jemaah tertawa lagi-ed). Begitu rahasia si tetangga.


 

"Ketika suaminya pulang, si istri sudah berada di atas bantal (tertawa lagi-ed). Lalu, empat bulan kemudian si istri hamil. Luar biasa. Sebelas tahun menikah tak punya anak dan ternyata rahasianya ada pada tetangga sebelah. Pertolongan Tuhan itu bisa datang dari arah yang tidak pernah kita duga".


 

Soal keajaiban sedekah, Yusuf memang ahlinya. Ia secara pribadi mengaku seringkali membuktikan sendiri kalau sedekah itu memang manjur. Ia mengaku memperoleh semacam 'wangsit' soal ilmu sedekah ini sewaktu ia berada di dalam penjara (Yusuf pernah dua kali masuk bui karena persoalan hutang, suatu hal yang kemudian ia jadikan sebagai pelajaran untuk disampaikan kepada orang lain). Ketika itu ia lapar, dan yang ada hanyalah sepotong roti. Padahal ia berharap sebungkus nasi.


 

Ia kemudian melihat barisan semut di tembok penjara dan membagikan potongan roti itu untuk kerumunan semut. Kemudian ia berdoa agar dapat sebungkus nasi sebagai imbalannya. Tak disangka, beberapa menit kemudian seseorang membawakan sebungkus nasi Padang untuknya.


 

Keluar dari penjara, di tahun 1999 ia sempat berjualan es kacang hijau. Hampir setiap hari puluhan bungkus esnya kembali, hanya sedikit yang membeli. Keesokan harinya ia memutuskan untuk menerapkan 'ilmu semut' yang ia peroleh di dalam penjara. Ia membagikan bungkus es secara cuma-cuma kepada pengemis. Tak disangka, tak lama kemudian dagangannya langsung ludes dibeli orang.


 

Sejak itu ia percaya, bahwa sedekah itu harus didepan, bukan dibelakang seperti yang banyak dilakukan orang selama ini. Ia mulai percaya sedekah membawa membawa berkah. Padahal, sebelumnya ia adalah tipe anak yang secara diam-diam nekad menjual harta berupa tanah. Dia menyebut keputusan konyolnya itu sebagai "dosa terbesar yang pernah dia lakukan". "Makanya bisnis saya dulu hancur karena jalan yang saya tempuh bukan jalan yang baik. Sejak saya menerapkan ilmu sedekah, semuanya jadi lancar. Omset saya sekarang milyaran rupiah".


 

Kemanapun ia pergi berceramah, ia selalu berbagi cerita tentang keajaiban sedekah. Seperti malam itu pada kunjungan terakhirnya di sebuah masjid samping pom bensin. Malam Minggu sudah hampir jam sembilan. BMW tiba di pelataran masjid. Musik di dalam mobil masih mengalun pelan, melayangkan lagu "Hello" milik Lionel Richie yang sudah diulang untuk kesekian kalinya sejak siang tadi. "Saya suka sekali lagu ini," ujar Yusuf sambil ikut menyanyikan satu baris penting dalam lagu itu: "Hello.., is it me you looking for?"


 

Ia turun dari mobil dan kembali disambut jemaahnya. Anak kecil, remaja, bapak-bapak, dan tentu saja ibu-ibu. Tua dan muda. Ketika duduk di depan forum, wajahnya ditembak proyektor ke tembok sebelah kirinya. Ia mulai bicara satu-dua kata, tapi tiba-tiba ia seperti merasakan ada sesuatu yang salah. Ia melihat orang-orang tidak menatap langsung ke arah dimana ia duduk.


 

Orang-orang yang memadati masjid itu menonton ke arah tembok proyektor, meski sosok yang mereka tonton ada persis di depannya. Yusuf tiba-tiba berdiri, orang-orang masih belum mengerti apa yang akan dia lakukan. Ia berjalan menuju proyektor, mematikannya, dan kembali duduk di depan forum. Tatapan orang-orang beralih padanya. "Nah, begini kan lebih enak," ujarnya. Jemaah masjid tertawa dan tidak lagi menatap ke arah tembok.


 

Di masjid itu, lagi-lagi ia menyampaikan pesan andalannya: "Saya ingin bilang pada semua orang, agar jangan lagi menggunakan kata 'seikhlasnya' setiapkali mereka diminta bersedekah. Sebab, 'seikhlasnya' hanya akan membuat orang bersedekah sekecil-kecilnya. Orang selalu berpikir bahwa sedekah itu kecil. Padahal, matematika sedekah tidak seperti itu. Tuhan akan membalas sepuluh kali lipat dari apa yang kita sedekahkan. Jika orang punya uang seratus ribuan dan sepuluh ribuan, ia pasti akan menyumbangkan yang sepuluh ribuan. Padahal, seharusnya yang disedekahkan itu yang seratus ribuan".


 

"Rumusnya begini, jika 10.000 yang disedekahkan, maka 10.000 itu akan dikalikan 10 sehingga hasilnya menjadi 100.000. Jika sebelumnya ia memiliki uang 110.000, maka uangnya kini menjadi 200.000. Tapi jika ia menyumbangkan yang 100.000, maka 100.000 itu akan dikalikan 10 hingga menjadi 1.000.000. Sehingga uangnya yang semula 110.000, dalam rumus sedekah bertambah menjadi 1.010.000. Jadi, orang harus mulai berpikir bahwa sedekah itu bukan mengurangi harta, tapi malah menambah harta".


 

Rumus itu memang agak membingungkan untuk orang yang baru pertama kali mendengarnya. Tapi Yusuf adalah orang yang paling getol menyampaikan apa yang disebutnya "matematika sedekah" ini hampir di setiap ceramahnya. Inilah "kredo" seorang Yusuf Mansur, atau "ruh" dalam istilah penciptaan, "sketsa" kalau dalam dunia lukisan, "platform" jika dalam kamus politik, perjuangan mendasar seorang Yusuf Mansur. Perjuangan inilah yang membawanya naik sebagai seorang pemuka umat. Sebuah mimpi besar yang ia harapkan suatu hari nanti akan membuahkan kesejahteraan bagi negeri ini.


 

Tak terasa, malam Minggu sudah sedikit lewat dari jam 12. Yusuf baru saja selesai menengok hasil trailer film Kunfayakun di sebuah rumah produksi wilayah Tebet. Kru yang mengikutinya nampak sudah kehabisan tenaga untuk melakukan aktivitas berikutnya. Lagipula, apa yang akan dilakukan seorang ustadz di malam Minggu lewat jam 12 malam? Yang pasti bukan mampir ke wilayah Kemang. "Saya nggak pernah bisa enjoy ke tempat-tempat seperti itu," ujar Yusuf sambil merebahkan badan di sofa. Tak lama kemudian kami berpisah, membiarkan ustadz tertidur di dalam mobil, kembali menuju rumahnya.


 

Beberapa hari kemudian masuk pesan singkatnya lewat sms:


 

"sedekah acara kita buat Moslem People di Sydney yang saat itu terkumpul donasi sebesar Rp. 2,4 M yang uangnya tidak kita bawa ke tanah air berbuah 10 kali lipat, sebagaimann keyakinan kita semua semalam, 10 September 2007, kami menggelar acara bertempat di Islamic Center Surabaya, diikuti oleh 3000 orang. Alhamdulillah, komitmen sedekah yang terkumpul dari acara 2 jam itu adalah Rp 24 miliar. Tepatnya 23.833.948.000, atau sebanding dengan 10 kali lipat sedekah kita untuk Moslem People di Sydney Subhanallah!".


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Bagaimana meyakinkan kalau ada yang menganggap bahwa hal seperti ini tidak logis dan menganggap bahwa ini hanya kasus tertentu yang mungkin memang begitu garisnya. Bagaimana menjelaskan pada semua orang bahwa ada sesuatu yang tidak dijelaskan tapi bisa terjadi?


 

Kalau dalam urusan sedekah itu kita bicara doing is believing. Lakuin saja nanti elo pada percaya. Saya menulis buku berjudul 5+1 yang berisi cerita-cerita yang mengagumkan. 5 + 1 itu artinya begini. Satu kita kudu tahu bahwa setiap kebaikan itu betul-betul akan berbuah kebaikan, termasuk sedekah. Yang kedua setelah tahun kita harus yakin. Habis yakin kita harus amalkan sendiri. Kenapa harus diamalkan? Untuk membuktikan kebenarannya itu! Yang ke lima kita harus rasakan sendiri. Yang ke enam adalah ceritakan apa yang kita lakukan. Karena saya tahu, yakin, membuktikan dan merasakan baru diceritakan baik lewat taushiyah ataupun lewat visualisasi sinetron didukung oleh teman-teman Sinemart dan RCTI.


 

Perkara kemudian apakah orang mau mengikuti, itu menjadi terserah mereka. Mau melakukan mereka untung, tidak mau tidak ada pilihan buat mereka. Karena kalau mau masalahnya selesai, keinginan tercapai, mereka harus berbuat baik dan berhenti menjadi yang buruk.


 

Bagaimana menghindari kemungkinan bahwa orang kemudian tidak akan berusaha dan selalu berharap pada mukjizat.


 

Lho, usaha orang yang bermasalah itu, mendekatkan diri kepada Allah itu usaha. Tidak bisa dibilang tidak usaha. Secara psikologis misalnya begini, istri anda sedang sakit di rumah sakit. Kemudian Allah dan rasulnya menawarkan, kalau istri mau cepat sembuh segera berbuat baik pada orang lain. Nah anda kemudian berjalan dengan istri yang sedang sakit itu menyambangi orang-orang yang sudah mau dipotong kakinya, orang yang sudah nafasnya sudah mau mati, seketika itu menjadi obat juga. Dan itu adalah usaha. Dalam artian menyadari mereka sakit tapi tak punya duit buat berobat. Saya sakit, istri saya sakit tapi bisa ke rumah sakit manapun mampu. Orang lain sakit, tidak punya cucu, tidak punya anak, kerabat di sekitar tempat tidur dia. Saya sakit, subhanallah banyak orang di sekitar saya. Itu sudah menjadi obat. Makanya ada efek psikologis yang mungkin Allah dan rasulnya tidak mensyiarkan secara langsung. Kitalah yang merasakan. Kita punya hutang 70 juta. Rasul bilang, sudahlah, jalan ke warung-warung kecil, ke tetangga, kasih mereka makan. Kemudian kita jalan dan menyadari bahwa kita punya utang 70 juta tapi masih bisa makan. Akhirnya kepercayaan diri kita tumbuh. Ketenangan ada. Begitu kepercayaan ada, ketenangan ada, kita bisa memulai lagi hidup yang baru. Hidup dengan jiwa yang segar, pemahaman yang baik terhadap kehidupan ini.


 

Inilah pentingnya berbuat baik supaya kita sendiri jadi bahagia. Kebahagiaan itu bukan pada menerima tapi pada memberi. Saya bismillah, ini adalah sedekah saya juga, gitu kan. Sedekah ide cerita, sedekah pikiran, sedekah tenaga. Ketika dapat respon dari masyarakat, saya tidak berpikir ingin mendapatkan popularitas. Saya berpikir tentang bahwa saya sudah masuk di mata rantai kebaikan. Jadi demi Allah ketika ada orang bilang ustad, saya daftar haji besok, saya merasa itu adalah ibadah saya dan teman-teman lain juga yang ikut mengusung sinetron ini. Allah mengatakan dalam surat An Nisa ayat 85 bahwa perbuatan baik itu bukan pada yang kita lakukan saja tapi yang orang lakukan gara-gara kita mendorong perbuatan baik itu menjadi ada. Jadi rasanya bahagia betul hati ini terutama ketika saya melihat hasilnya seperti tidak percaya bahwa ini kerja tim yang betul-betul mengagumkan. Kisahnya betul-betul mengharukan dan membuat orang menjadi termotivasi. Nggak menyangka.


 

Penyakit Disembuhkan Allah SWT?, Dekati Allah dengan Bersedekah


 

Salah satu penyebab utama banyaknya penyakit adalah merebaknya kemaksiatan yang dilakukan dengan terang-terangan tanpa malu. Kemaksiatan yang menyebar di tengah masyarakat dapat membinasakan mereka. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri". (QS. asy-Syura: 30).


 

Di antara hikmah penyakit yang diderita seorang hamba adalah sebagai ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadanya. Dunia merupakan tempat berseminya berbagai musibah, kesedihan, kepedihan, dan penyakit.


 

Ketika saya melihat orang sakit bergulat dengan rasa sakitnya dan menyaksikan orang yang membutuhkan pertolongan dengan menahan rasa perihnya, mereka telah melakukan berbagai macam ikhtiar namun mereka melewatkan sebab penyembuhan yang hakikatnya dari Allah 'Azza wa Jalla, maka saya tergerak menulis risalah ini untuk semua orang yang sedang sakit, agar rasa duka dan sedihnya lenyap, dan penyakitnya dapat terobati (insya Allah).


 

Wahai anda yang sedang sakit menahan lara, yang sedang gelisah menanggung duka, yang tertimpa musibah dan bala, semoga keselamatan selalu tercurah kepadamu, sebanyak kesedihan yang menimpamu, sebanyak duka nestapa yang kau rasakan.


 

Penyakitmu telah memutuskan hubunganmu dengan manusia, menggantikan kesehatanmu dengan penderitaan. Orang lain mampu tertawa sedang engkau menangis. Sakitmu tidak kunjung reda, tidurmu tidak nyenyak, engkau berharap kesembuhan walau harus membayar dengan semua yang engkau punya.


 

Saudaraku yang sedang sakit! Saya tidak ingin memperparah lukamu, namun saya akan memberimu obat mujarab dan membuatmu terlepas dari derita yang menahun. Obat ini didapat dari sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah". (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami').


 

Benar saudaraku, obatnya adalah sedekah dengan niat mencari kesembuhan. Mungkin engkau telah banyak sedekah, namun tidak engkau niatkan agar Allah Ta'ala menyembuhkanmu dari penyakit. Cobalah sekarang dan hendaknya engkau yakin bahwasanya Allah Ta'ala akan menyembuhkanmu. Berilah makan orang fakir, atau tanggunglah beban anak yatim, atau wakafkanlah hartamu, atau keluarkanlah sedekah jariahmu. Sungguh sedekah dapat menghilangkan penyakit dan kesulitan, musibah atau cobaan. Mereka yang diberi taufik oleh Allah Ta'ala telah mencoba resep ini. Akhirnya mereka mendapatkan obat ruhiyah yang lebih mujarab daripada obat jasmani. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga mengobati dengan obat ruhiyah sekaligus obat ilahiyah.


 

Para salafush shalih juga mengeluarkan sedekah yang sepadan dengan penyakit dan musibah yang menimpa mereka. Mereka mengeluarkan harta mereka yang paling mereka cintai. Jangan kikir untuk dirimu sendiri, jika engkau memang memiliki harta dan kemudahan. Inilah kesempatannya telah datang!


 

* Dikisahkan bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang laki-laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia telah mengobati lututnya dengan berbagai macam obat. Ia telah bertanya kepada para dokter, namun tidak menghasilkan apa-apa. Ibnu al-Mubarak pun berkata kepadanya, "Pergi dan galilah sumur, karena manusia sedang membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air dalam sumur yang engkau gali dan dapat menyembuhkan sakit di lututmu. Laki-laki itu lalu menggali sumur dan ia pun sembuh". (Kisah ini terdapat dalam "Shahih at-Targhib").


 

* Kisah lain, orang yang mengalami peristiwa ini menceritakan kepadaku, "Anak perempuan saya yang masih kecil menderita penyakit di tenggorokan. Saya membawanya ke beberapa rumah sakit. Saya menceritakan panyakitnya kepada banyak dokter, namun tidak ada hasilnya. Dia belum juga sembuh, bahkan sakitnya bertambah parah. Hampir saja saya ikut jatuh sakit karena sakit anak perempuan saya yang mengundang iba semua keluarga. Akhirnya dokter memberinya suntikan untuk mengurangi rasa sakit, hingga kami putus asa dari semuanya kecuali dari rahmat Allah Ta'ala. Hal itu berlangsung sampai datangnya sebuah harapan dan dibukanya pintu kelapangan. Seorang shalih menghubungi saya dan menyampaikan sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Obatilah orang sakit di antara kalian dengan sedekah". (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh al-Albani). Saya berkata, "Saya telah banyak bersedekah". Ia pun menjawab, "Bersedekahlah kali ini dengan niat untuk kesembuhan anak perempuanmu". Saya pun mengeluarkan sedekah sekedarnya untuk seorang fakir, namun tidak ada perubahan. Saya kemudian mengabarinya dan ia berkata, "Engkau adalah orang yang banyak mendapatkan nikmat dan karunia Allah Ta'ala, bersedekahlah sebanding dengan banyaknya hartamu". Saya pun pergi pada kesempatan kedua, saya penuhi isi mobil saya dengan beras, ayam dan bahan-bahan sembako dan makanan lainnya dengan menghabiskan uang yang cukup banyak. Saya lalu membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan dan mereka senang dengan sedekah saya. Demi Allah saya tidak pernah menyangka bahwa setelah saya mengeluarkan sedekah itu, anak saya tidak perlu disuntik lagi, anak saya sembuh total, walhamdulillah. Saya yakin bahwa faktor (yang menjadi sebab) paling besar yang dapat menyembuhkan penyakit adalah sedekah. Sekarang sudah berlalu tiga tahun, ia tidak merasakan penyakit apapun. Semenjak itu saya banyak mengeluarkan sedekah khususnya berupa wakaf. Setiap saat saya merasakan hidup penuh kenikmatan, keberkahan, dan sehat sejahtera baik pada diri pribadi maupun keluarga saya.


 


 

Saya mewasiatkan kepada semua orang sakit agar bersedekah dengan harta mereka yang paling mereka cintai, dan mengeluarkan sedekah terus menerus, niscaya Allah Ta'ala akan menyembuhkannya walaupun hanya sebagian penyakit. Saya yakin kepada Allah Ta'ala dengan apa yang saya ceritakan. Sungguh Allah Ta'ala tidak melalaikan balasan untuk orang yang berbuat baik.


 

Marilah saudaraku, pintu telah terbuka, tanda kesembuhan telah tampak di depanmu, bersedekahlah dengan sungguh-sungguh dan percayalah kepada Allah Ta'ala. Jangan seperti orang yang melalaikan resep yang mujarab ini, hingga ia tidak mengeluarkan sebagian hartanya untuk bersedekah lagi. Padahal bertahun-tahun ia menderita sakit dan mondar-mandir ke dokter untuk mengobati panyakitnya, dengan merogoh banyak uang dari sakunya.


 

Jika engkau telah mencoba resep ini dan engkau sembuh, jadilah orang yang selalu menolong orang lain dengan harta dan usahamu. Jangan engkau membatasi diri dengan sedekah untuk dirimu sendiri, namun obatilah penyakit orang-orang yang sakit dari keluargamu dengan sedekah. Jika engkau tidak sembuh total, maka ketahuilah bahwa engkau sebenarnya telah disembuhkan walaupun sedikit. Keluarkan sedekah lagi, perbanyak sedekah semampumu. Jika engkau masih belum sembuh, mungkin Allah Ta'ala memperpanjang sakitmu untuk sebuah hikmah yang dikehendakiNya atau karena kemaksiatan yang menghalangi kesembuhanmu. Jika demikian cepatlah bertaubat dan perbanyak doa di sepertiga malam terakhir.


 

Sedangkan bagi anda yang diberikan nikmat sehat oleh Allah Ta'ala, jangan tinggalkan sedekah dengan alasan engkau sehat. Seperti halnya orang yang sakit bisa sembuh maka orang yang sehat pun bisa sakit. Sebuah pepatah mengatakan, "Mencegah lebih baik dari mengobati".


 

Apakah engkau akan menunggu penyakit hingga engkau berobat dengan sedekah? Jawablah..! kalau begitu bersegeralah bersedekah..!


 

Shadaqah Menyembuhkan Penyakit


 

Di antara problematika kehidupan yang banyak dihadapi manusia adalah ditimpa berbagai macam penyakit, baik jasmani maupun rohani. Dan untuk mengobati penyakit, beragam ikhtiar dan usaha dilakukan oleh manusia. Ada di antara manusia yang menyalahi syari'at Islam dalam melakukan ikhtiar, seperti mendatangi dukun, orang pintar dan paranormal. Namun banyak juga yang sadar tentang bahaya perdukunan, sehingga mereka pun berusaha mencari pengobatan dengan cara yang sesuai dengan syari'at Islam, seperti mendatangi dokter, berbekam, mengonsumsi habbatus sauda' (jinten hitam) dan madu, atau dengan cara ruqyah syar'iyyah.


 

Dalam tulisan kali ini akan dibahas tentang salah satu sebab syar'i untuk memperoleh kesembuhan, simak dan resapilah nasehat Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau telah bersabda, "Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan ber-shadaqah." (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih al-Jami')


 

Cobalah iringi ikhtiar dan usaha yang kita lakukan secara syar'i dalam mencari kesembuhan dengan bershadaqah dan tanamkanlah niat shadaqah tersebut di dalam hati kita agar Allah subhanahu wata'ala menyembuhkan penyakit yang sedang menimpa kita.


 

Sebab-Sebab Syar'i untuk Memperoleh Kesembuhan


 

Pertama: Melakukan ikhtiar secara Islami dan jangan melakukan ikhtiar yang terlarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda, "Sesungguhnya Allah yang menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah kalian tapi jangan berobat dengan cara yang diharamkan" (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah)


 

Kedua: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah satu-satunya Dzat Yang Maha Menyembuhkan, sedangkan makhluk yang terlibat proses pengobatan seperti dokter, tabib, obat-obatan dan hal-hal yang terkait lainnya, itu semua hanyalah sarana menuju kesembuhan, dan buanglah sejauh mungkin keyakinan-keyakinan dan ungkapan-ungkapan yang menyimpang dari aqidah tauhid, seperti seseorang mengungkapkan perkataan setelah memperoleh kesembuhan, "Dokter Fulan memang hebat, obat itu memang manjur," dan ungkapan-ungkapan keliru lainnya.


 

Ke tiga: Dekatkan diri dan tingkatkan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata'ala, serta mohonlah kepada-Nya ampunan atas dosa-dosa yang kita perbuat, karena salah satu hikmah Allah subhanahu wata'ala menurunkan penyakit pada diri kita adalah agar kita kembali ke jalan-Nya.


 

Ke empat: Bertawakkallah kepada-Nya dan berdo'alah selalu kepada Allah subhanahu wata'ala Dzat Yang Maha Menyembuhkan segala penyakit, agar penyakit segera diangkat dari diri kita dan janganah bosan untuk berdo'a, sebab kita tidak tahu kapan Dia menjawab do'a kita. Perhatikan sebab-sebab terkabulnya do'a serta penuhi syarat-syaratnya.


 

Ke lima: Bershadaqahlah semampu kita karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjanjikan kesembuhan melalui shadaqah, dan tepislah jauh-jauh anggapan bahwa bershadaqah itu mengurangi harta kita, justru Allah subhanahu wata'ala akan melipatgandakan harta kita. Dan niatkanlah shadaqah untuk memperoleh kesembuhan dari Allah subhanahu wata'ala.


 

Ke enam: Yakini dan tanamkan keyakin-an sedalam-dalamnya bahwa Allah subhanahu wata'ala akan menyembuhkan penyakit kita.


 

Kisah-Kisah Nyata Orang Sembuh Setelah Bershadaqah


 

Syaikh Sulaiman Bin Abdul Karim Al-Mufarrij berkata, "Wahai saudaraku yang sedang sakit, shadaqah yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah shadaqah yang diniatkan untuk memperoleh kesembuhan, boleh jadi anda telah banyak melakukan shadaqah, tetapi hal itu tidak anda lakukan dengan niat untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah subhanahu wata'ala, oleh karena itu coba anda lakukan sekarang dan tumbuhkanlah kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata'ala akan menyembuhkan diri anda. Isilah perut para fakir miskin hingga kenyang, atau santunilah anak yatim, atau wakafkanlah harta anda, atau melakukan shadaqah jariah, karena sesungguhnya shadaqah tersebut dapat mengangkat dan menghilangkan berbagai macam penyakit dan berbagai macam musibah dan cobaan, dan hal seperti itu sudah banyak dialami oleh orang-orang yang diberi taufiq dan hidayah oleh Allah subhanahu wata'ala, sehingga mereka memperoleh obat penawar yang bersifat rohani (termotivasi oleh keimanan, ketaatan dan keyakinan pada Allah subhanahu wata'ala) dan itu lebih bermanfaat daripada sekedar obat-obat biasa. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, juga telah melakukan pengobatan dengan metode pengobatan ruhaniyah ilahiyyah (yaitu pengobatan yang menitikberatkan pada aspek keimanan, ketaatan dan keyakinan pada Allah subhanahu wata'ala). Demikian juga dengan para generasi salafus shaleh, mereka juga selalu bershadaqah sesuai kadar sakit dan derita yang menimpa mereka, dan shadaqah yang mereka keluarkan adalah harta mereka yang sangat berkualitas. Wahai saudaraku yang sedang sakit janganlah anda bakhil terhadap diri anda sendiri, sekaranglah waktunya untuk shadaqah." (Shifatun 'Ilaajiyyah Tuzilu Al-Amraadh bi Al-Kulliyyah)


 

Kisah Pertama: Ada seseorang bertanya kepada Abdullah Bin Mubarak rahimahullah, tentang penyakit di lututnya yang telah diderita semenjak tujuh tahun. Dia telah melakukan bermacam usaha untuk mengobatinya dan telah bertanya kepada para dokter, tetapi belum merasakan hasil manfaatnya. Maka Abdullah Bin Mubarak rahimahullah, berkata kepadanya, "Pergilah anda mencari sumber air dan galilah sumur di situ karena orang-orang membutuh-kan air! Aku berharap ada air yang memancar di situ, maka orang itu pun melakukan apa yang disarankan oleh beliau, lalu dia pun sembuh." (Kisah ini dikutip dari Shahih At-Targhib)


 

Kisah Ke dua: Ada seseorang yang diserang penyakit kanker. Dia sudah keliling dunia untuk mengobati penya-kitnya, tetapi belum memperoleh kesembuhan. Akhirnya dia pun bershadaqah kepada seorang ibu yang memelihara anak yatim, maka melalui hal itu Allah subhanahu wata'ala menyembuhkan dia.


 

Kisah Ke tiga: Kisah ini langsung diceritakan oleh orang yang menga-laminya kepada Syaikh Sulaiman Bin Abdul Karim Al-Mufarrij, Dia berkata kepada beliau, "Saya mem-punyai seorang putri balita yang menderita suatu penyakit di sekitar tenggorokannya. Saya telah keluar masuk ke beberapa rumah sakit dan sudah konsultasi dengan banyak dokter, namun tidak ada hasil apa pun yang dirasakan. Sedangkan penyakit putriku tersebut semakin memburuk, bahkan untuk menghadapi penyakitnya tersebut, hampir-hampir saya ini yang jatuh sakit dan perhatian seluruh anggota keluarga tersita untuk mengurusinya. Dan yang bisa kami lakukan hanya memberikan obat untuk mengurangi rasa sakitnya saja. Kalaulah bukan karena rahmat Allah subhanahu wata'ala rasa-rasanya kami sudah putus asa olehnya. Namun apa yang di angan-angankan itu pun datang dan terkuaklah pintu kesulitan yang kami alami selama ini. Suatu hari ada seorang yang shalih menghubungiku lewat telephon lalu menyampaikan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bershadaqah." Saya katakan kepada orang shalih tersebut, sungguh saya sudah banyak bershodaqoh! Lalu kata beliau kepadaku, "Bershadaqahlah kali ini dengan niat agar Allah subhanahu wata'ala menyembuhkan putrimu. Mendengar hal itu saya langsung mengeluarkan shadaqah yang sangat sederhana kepada seseorang yang fakir, namun belum ada perobahan pada putriku. Lalu hal itu saya sampaikan kepada orang shalih tersebut. Dia pun mengatakan kepada saya, "Anda adalah orang yang banyak dapat nikmat dan punya banyak harta. Cobalah engkau bershadaqah dalam jumlah yang lebih banyak." Setelah mendengar itu, maka saya pun mengisi mobil saya sepenuh-penuhnya dengan beras, lauk pauk, dan bahan makanan lainnya, lalu saya bagi-bagikan langsung kepada orang-orang yang membutuh-kannya, sehingga mereka sangat senang menerimanya. Dan demi Allah (saya bersumpah) saya tidak akan lupa selama-lamanya, ketika shadaqah tersebut selesai saya bagi-bagikan, Alhamdulillah putriku yang sedang sakit tersebut sembuh dengan sempurna. Maka saat itu saya pun menyakini bahwa di antara sebab-sebab syar'i yang paling utama untuk meraih kesembuhan adalah shadaqah. Dan sekarang atas berkat karunia dari Allah subhanahu wata'ala putriku tersebut telah tiga tahun tidak mengalami sakit apa pun, Dan mulai saat itulah saya banyak-banyak mengeluarkan shodaqoh terutama mewakafkan harta saya pada hal-hal yang baik, dan (Alhamdulillah) setiap hari saya merasakan nikmat dan kesehatan pada diri saya sendiri maupun pada keluarga saya serta saya juga merasakan keberkahan pada harta saya.


 

"Saya mau ngetrack riyadhah 40hr lagi.


 

Mau ikutan ga?


 

Semoga ayunan langkah kita semua beriyadhah, akan memudahkan kita mendapatkan Pertolongan Allah, Perlindungan Allah, dan Rahmat dari Allah.

Semua urusan kita dimudahkan,

semua hajat kita dikabulkan,

semua masalah kita diangkat,

badan kita disehatkan,

rizki kita ditambah,

anak2 dan keluarga kita pun dijaga,

yg belom ke tanah suci, ke tanah suci.

Yang punya hutang, dibayarkan, yg punya piutang, kembali atau diganti.

Yang belom berjodoh, diberi, yg sudah berjodoh dikasih anak keturunan.

Yang sakit disembuhkan, yg sehat dijaga kesehatannya.

Ditentramkan rumah tangganya.

Dibaguskan pekerjaan dan usahanya.

Diberkahi umur dan waktunya.

Pokoknya, segala kebaikan dunia akhirat diberikan.

Ditambah lagi permintaan utama, agar Allah tambahkan iman dan amal saleh kita semua, yg di dalamnya ada keridhaan Allah.


 

Riyadhah ini akan diikuti segenap keluarga saya, kecuali anak2 saya, dan ibu saya.


 

Semoga disampaikan sampe 40hr dan diistiqamahkan setelahnya, alias dijaga amalan2nya.


 

"Sesiapa yang berjalan menuju Allah, Allah akan berlari menuju dia. Siapa yang berlari menuju Allah, maka Allah akan melompat kepadanya".


 

Riyadhah 40 Hari dari ustadz yusuf mansyur


 

"Sesiapa yang berjalan menuju Allah, Allah akan berlari menuju dia. Siapa yang berlari menuju Allah, maka Allah akan melompat kepadanya".

• Jaga Shalat Tahajjud 8 Rakaat + Witir 3 Rakaat.

• Jaga Shalat Shubuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. (Khusus soal shalat, terkandung di dalamnya menjaga berjamaah, di masjid, lengkap dg qabliyah dan ba'diyahnya. Juga Sunnah Tahiyyatul Masjid, sbg tanda kita dtg sebelom wktnya azan/pra-ontime).

• Jaga Waaqi'ah sesudah shubuh atau sesudah ashar (boleh pilih).

• Jaga Shalat dhuha 6 Rakaat. Yang kuat, 12 rakaat.

• Baca zikir usai shalat, plus yaa fattaah yaa rozzaaq 11x, plus ayat kursi, plus qulhu 3x. Ini setiap usai shalat.

• Khusus usai shalat shubuh dan ashar, ditambah 4 ayat terakhir surah al Hasyr.

• Jaga setiap hari membaca 300x laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Boleh 100x. Dan boleh dibagi-bagi di 5 waktu shalat.

• Jaga setiap hari baca Istighfar 100x.

• Jaga setiap hari baca subhaanallaahi wabihamdihi subhaanallaahil 'adzhiem 100x pagi dan 100x sore. (Boleh habis dhuha dan habis ashar/jelang maghrib).

• Jaga setiap hari baca Yaasiin (bebas waktunya kapan saja, yg penting 1hr 1x).

• Tutup malam dg shalat sunnah 2 rakaat; baca Qulyaa di rakaat pertama, Qulhu di rakaat kedua. Setelahnya baca salah satu dari as Sajdah, Tabaarok, atau ar Rohmaan.


 

Jaga ini selama 40 hari. Berjuang ya. Terutama shalat tepat waktu, di masjid, plus qabliyah ba'diyahnya. Barengi dengan Puasa Daud supaya enteng.

Semoga Allah menyegarkan badan kita semua, menyehatkan kita semua. Yah, dihitung-hitung daripada lembur ga keruan, kerja rodi ga keruan dlm mencari rizki, dan daripada berobat ke rumah sakit. Mending ngelakuin riyadhah dah. Ampuh banget-banget. Kepada Allah dan untuk Allah kita lurusin niat kita ya. Amin.


 

Kala Yusuf Mansyur Mencari Tuhan yang Hilang


 

"Ketika mereka melupakan apa-apa yang Kami peringatkan kepada mereka, justru Kami bukakan pintu segala kesempatan buat mereka. Maka kemudian ketika mereka merasa senang, merasa gembira, dengan keberhasilan, kesuksesan mereka, tiba-tiba Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, jadilah mereka terdiam berputus asa." (Al An'am: 44)


 

Itulah ayat yang tercetak di sampul belakang buku Mencari Tuhan yang Hilang karya Ustadz muda Yusuf Mansyur. Dimana 35 kisah perjalanan spiritual pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bula Santri, Cipondoh, Tangerang dan pimpinan pengajian Wisata Hati ini dalam menepis azab dan menuai rahmat di dalamnya, akan membuat Anda terhenyak, terharu, tercenung.

Untuk kemudian merenung.

Bahwa kita, bisa jadi termasuk salah satu hambaNya yang lalai.

***


 

Lalai bisa dimulai dari hal-hal kecil.


 

Bisa dimulai dari menunda-nunda waktu beribadah, hanya karena sedang menjalani rapat atau wawancara kerja. Bisa juga berarti tak bersyukur atas semua nikmatNya yang telah diterima. Bisa pula berarti tak usai berkeluh kesah atas semua derita. Dan bisa pula, tak bercermin atas semua laku perbuatan yang buruk rupa.

Lalai-lalai kecil inipun menggunung. Membawa banyak dampak tak sedap yang disebut-sebut sebagai neraka dunia. Mulai dari putus kerja, sakit yang tak kunjung pulih, belitan hutang, sulit mendapatkan jodoh, ketidakharmonisan rumah tangga, dan setumpuk masalah lainnya.

Secuil neraka dunia inilah yang sempat dicecap oleh seorang Yusuf Mansyur.

***

19 Desember tiga puluh dua tahun yang lalu, Yusuf Mansyur terlahir dari pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif'ah. Dibesarkan dalam keluarga Betawi yang berkecukupan, Yusuf tumbuh menjadi sosok yang cerdas, namun juga pembangkang. Lulusan terbaik Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat, tahun 1992 ini pernah kuliah di jurusan Informatika namun berhenti tengah jalan karena lebih suka balapan motor. "Semua hal saya lakukan dengan pertimbangan yang konyol; 'bagaimana nanti saja' atau 'yang penting selamat dulu' , arogan dan tanpa perhitungan. Tidak pernah saya berpikir apakah yang saya lakukan itu bertentangan dengan hati, melanggar hukum, moral atau tidak," (hal 1).


 

Pada tahun 1996, Yusuf terjun di bisnis Informatika. Sayang bisnisnya malah menyebabkan ia terlilit utang berjumlah miliaran. Gara-gara utang itu pula, Ustadz Yusuf merasakan dinginnya hotel prodeo selama 2 bulan. Setelah bebas, Ustadz Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustadz Yusuf kembali masuk bui pada tahun 1998. "Di hari kebebasan saya, 25 Juni 1999, abang saya berkata keras kepada saya bahwa sudah saatnya saya melakukan pertaubatan yang serius. Meski hanya sempat menjadi penghuni tahanan tingkat polisi sektor, di mata abang saya hal itu sudah sangat memprihatinkan. Cukup memalukan. Saya dilahirkan dalam keluarga kyai. Saya dibesarkan dengan pendidikan agama yang tidak kurang-kurangnya, plus pengawasan yang lumayan ketat. Tapi kok ya sempat ditahan. Dua kali lagi!

Nah, pada kali kedua inilah abang saya tidak bisa lagi mentolerir. Dia menganggap, bila kali ketiga kemudian terjadi, maka saat itulah riwayat saya akan berakhir.


 

Saya sempat ragu. Bagaimana mungkin saya bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, berhenti dari kegiatan-kegiatan kejahatan, merekayasa sesuatu, mencari korban-korban baru, merampok mereka secara halus, sementara banyak hal yang masih harus saya selesaikan. Dan di benak saya hingga saat itu, bahwa tidak mungkin masalah saya selesai kecuali dengan melakukan kejahatan yang lebih besar lagi, yang mana saya hasilnya saya harap bisa menutup semua keburukan saya, untuk kemudian baru berhenti total.


 

Pikiran-pikiran seperti itulah yang juga terus mendorong saya berbuat keburukan dan aniaya. Tapi yang sesungguhnya terjadi, justru mengantar saya kepada keterpurukan yang luar biasa. Masalah saya semakin besar." (hal 2-3).


 

Namun malam itu sekaligus menjadi malam yang istimewa bagi seorang Yusuf Mansyur. "Malam itu, tanpa sengaja, saya membuka lembaran Al Quran. Mata saya tertumbuk pada ayat 1 sampai dengan ayat 6 surat At Taubah. Saya mengambil poin-poin penting. Ada kata-kata kunci yang membuat saya jadi tertunduk dan menangis sejadi-jadinya. Yaitu, kebebasan; pelepasan dari kemusyrikan yang tidak saya sadari; statement Allah bahwa bertaubat itu lebih baik; memenuhi perjanjian; dari sifat Allah, Ghafur dan Rahim.


 

Terus, ayat 3-nya, seolah juga tahu bahwa saya ragu untuk bertaubat gaya abang saya, dengan menyatakan: 'Apapun kejadiannya, berhenti total dari semua kejahatan dan perilaku buruk itu adalah lebih baik.' Kemudian ayat 2-nya, memberi satu isyarat bahwa saya harus berjalan dulu selama 4 bulan (dalam proses pertaubatan)." (hal 4-5)


 

Seketika, pecahlah tangis Yusuf.


 

"Air mata saya mengalir deras. Di tengah kezaliman yang saya lakukan, di tengah kedurhakaan dan kemaksiatan yang saya perbuat, Ia, yang Maha Suci, masih sudi 'menengok' ciptaanNya ini. Dia memberi motivasi, di tengah keputusasaan. Dia juga menemani saya di tengah kesendirian. Dan bahkan di kemudian hari, Dia pun menegur saya secara halus di tengah kelalaian dan kesalahan-kesalahan saya yang baru." (hal 4)

Malam itu sekaligus menjadi malam yang istimewa bagi seorang Yusuf Mansyur. Karena "malam itu, saya 'berbicara' dengan Tuhan." (hal 4).

***

"Dia tidak hilang

dan tidak menghilang

Dia selalu menunggu

selalu mengulurkan tanganNya

hati yang kotor inilah yang menghalangi melihatNya," (hal 4)

Itulah rintihan lirih Yusuf dalam kesendiriannya, yang kemudian mengawali 35 perjalanan spiritualnya dalam buku ini. Dimana Yusuf memilih menggunakan nama Luqman Hakim. "Tokoh Luqman Hakim dalam buku ini bukanlah Luqman Hakim yang diabadikan oleh Allah dalam ayat-ayat Al Quran, sosok tokoh yang saya ciptakan sendiri, sebagai media penuturan saya." (hal 7)

Perjalanan Luqman Hakim pun dimulai.

***

Dalam dua bab pertama berjudul Tersadarkan (1) dan Tersadarkan (2), Yusuf menuliskan tentang sosok Luqman yang bermimpi didatangi oleh saudara misan dan bundanya yang menuding pertaubatan Luqman sebagai pertaubatan semua. Luqman juga bermimpi dikejar-kejar bak buronan. Yusuf juga menuliskan tentang pengalaman Luqman ketika dua kali dipenjara. "Pada saat dipenjara yang pertama, Luqman masih mengandalkan tiga hal; kemampuan negosiasi, kekuatan uang, dan sedikit sentuhan kekuasaan dunia (mencari dukungan aparat yang lebih tinggi wewenang dan kekuasaannya.


 

Di penjaranya yang kedua, Luqman tidak bisa lagi mendapatkan sentuhan tiga hal di atas. Ia sudah tak punya apa-apa dan sudah tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan keputusasaan hampir merenggut nyawanya.


 

Rupanya disinilah perbedaan terletak. Di saat ketidakberdayaannya, ia mendatangi Allah. Di saat kemustahilan membayangi, ia mendatangi Allah. Hasilnya, Luqman malah mendapatkan kebebasan lebih cepat dari yang pertama, yaitu hanya 14 hari masa tahanan.

Menurut hitungan matematis dan rasio manusia, tidak mungkin Luqman dapat mengeluarkan dirinya dari kurungan sel. Kasusnya terlalu berat untuk diselesaikan. Apalagi ketiadaan pihak keluarga dan pihak-pihak yang dapat membantu. Bahkan kemungkinan ia akan dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan yang lebih berat lagi. Habislah eiwayatnya! Itulah vonis orang atas dirinya.


 

Ternyata Allah berkehendak lain. Dia menghembuskan sifat Rahman dan RahimNya pada mereka yang berurusan dengan Luqman. Ada banyak keajaiban terjadi. Tanpa kekuatan uang, tanpa kekuatan diplomasi dan negosiasi, kasus Luqman tidak dilanjutkan. " (hal 28-29)

Disinilah Luqman belajar untuk pasrah dan berbaik sangka pada Allah. Ia juga belajar untuk selalu melibatkan Allah dalam setiap kesulitannya. Saat sakit misalnya. Sebelum ke dokter, ia akan lapor dulu pada Allah—bahwa dirinya sakit dan butuh pertolonganNya. Baru kemudian, berikhtiar dalam upaya mencari kesembuhan. Dengan demikian, Allah pun akan senantiasa menemani perjalanan ikhtiar.


 

Upaya ikhtiar ini sendiri hendaknya dilakukan kala muhasabah di waktu malam dalam kondisi suci. Bila perlu, sujudlah. "Luqman sendiri punya kebiasaan; ketika kegelisahan terasa, ketika kesusahan mendera, cepat ia mengambil wudlu dan menggelar sajadah, lalu shalat hajat dua rakaat. Kadang, ia lengkapi munajatnya dengan membaca surah Yasin," (hal 31).

***

Selepas dari penjara, bermodalkan uang Rp 15 ribu, Yusuf berjualan es di terminal Kali Deres. Malang dikata, tak satupun jualannya laku. Agar esnya awet, ia terpaksa meminjam uang Rp 1500 untuk membeli es batu. Keesokan harinya, Yusuf memberikan lima bungkus es secara cuma-cuma pada pengemis. Subhanallah, setelah itu, semua esnya ludes.


 

Dari sanalah, suami dari Siti Maemunah ini belajar bahwa sedekah hendaknya dilakukan di awal. Seperti yang dituturkan tokoh Ustadz Basuni pada Luqman dalam buku ini. "Di sinilah letak pengorbanan yang Allah tunggu. Memang saat mereka bilang nggak ada uang buat sedekah, memang benar demikian adanya. Tapi andai mereka sedikit mau berpikir, dan melihat ke diri mereka, pasti ada jalan untuk bersedekah. Misalkan, masih punya hp yang bagus dan bermerk. Bila ini yang terjadi, jual hpnya dan beli yang murahan. Selisih inilah yang kita keluarkan untuk sedekah. Intip-intip aset kita, ada gak yang bisa dikecilin untuk kemudian kita jadikan modal sedekah. Entah itu aset emas, TV, perabotan rumah tangga, alat elektronik. Cari sesuatu yang bisa membuat kita bersedekah di saat sulit," (hal 224-225).


 

Adapun sedekah itu akan mengundang datangnya rezeki, menyembuhkan penyakit, menghilangkan kesulitan, menghalau musibah, dan memperpanjang umur (hal 226). Berkat sedekah, bisnis Yusuf pun berkembang. Tak lagi berjualan dengan termos, tapi memakai gerobak, Ia juga mulai punya anak buah.

Subhanallah.

***

Hidup Yusuf berubah saat ia berkenalan dengan polisi yang memperkenalkannya dengan LSM. Selama kerja di LSM itulah, Ustadz Yusuf membuat buku ini. Tak dinyana, buku ini mendapat sambutan luar biasa. Yusuf sering diundang untuk bedah buku tersebut. Dari sini, undangan untuk berceramah mulai menghampirinya. Di banyak ceramahnya, ia selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah dalam kehidupan nyata. "Contohnya saja tentang seorang perempuan berusia 37 tahun yang tidak kunjung dapat jodoh. Setelah balik dari berkonsultasi dengan kami dia langsung mampir ke masjid terdekat dan menanyakan apa yang bisa disumbangkan. Kebetulan masjid tersebut perlu donatur untuk lantai yang sedang di lelang. Permeternya 150 ribu. Si perempuan yang sudah 37 tahun belum punya jodoh itu bersedekah 600 ribu atau empat meter lantai. Subhanallah, dalam seminggu setelah itu, ada empat orang yang melamar dia," papar Yusuf.


 

Karier Yusuf makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan meluncurkan kaset Tausiah Kun Faya Kun, The Power of Giving dan Keluarga. Konsep sedekah juga membawanya masuk dunia seni peran. Melalui acara Maha Kasih yang digarap Wisata Hati bersama SinemArt. Tak hanya itu, Yusuf juga menggarap sebuah film berjudul KUN FA YAKUUN yang dibintanginya bersama Zaskia Adya Mecca, Agus Kuncoro, dan Desy Ratnasari.


 

Yusuf juga menggagas Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh keluarga besar Wisatahati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren Daarul Quran Wisatahati. Meski tak sempat menuntaskan kuliah, Ustadz Yusuf bersama dua temannya mendirikan perguruan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika.


 

Sementara itu, sosok Luqman Hakim tengah tersenyum lepas di halaman 343. "Lepas sudah beban yang terbebani di pundaknya. Sebab, ia pasrahkan segenap permasalahannya kepada Allah Azza wa Jalla... Ia menekankan, Allah menjamin semua urusan akan diselesaikanNya asal ia mau memelihara dirinya, pasrah dan beribadah kepadaNya dengan baik," (hal 343).


 

(Kutipan dalam tulisan ini dikutip dari buku Mencari Tuhan yang Hilang, 35 Kisah Perjalanan Spiritual Menepis Azab dan Menuai Rahmat, seri Refleksi Wisatahati. Penulis Yusuf Mansyur, Penerbit Dzikrul Hakim, Cetakan Ke-6, 346 halaman).


 

Kisah Ustadz Yusuf Mansur dan Kisah Tukang Becak Naik Haji


 

Kisah ini saya dapat dari guru sedekah saya, beliau ustadz yusuf mansur. Tepatnya hari sabtu 19 februari 2011 pengajian tafsir al-qur'an di uin sunan kalijaga yogyakarta. Beliau bercerita, suatu saat tahun 2006 beliau ingin berangkat haji. waktu itu sendiri, beliau sebelumnya pelum pernah sama sekali berangkat haji. Suatu ketika beliau ditawarin kira-kira bulan maret, beliau ditawarin oleh seorang pemilik Biro perjalanan haji. "Ustadz, mau kagak pergi haji ?" jawab ustadz yusuf, "yaa mau…" "besok datang aje ye ke biro kami". "Yaa Insya Allah besok datang". esok lusa. Ustadz yusuf mansur nii dateng ke biro perjalanan haji tersebut. pemiliknya sebutlah namanya pak bob. "Pak bob, saya dateng nih , dah siap berangkat haji", jawab pak bob, ohh yaa mari. kita siapkan perjalan haji. ustadz., ustadz kami pilih nih buat jadi pembimbing haji nanti, tapi sebelumnya ustadz udah pernah berangkat haji belom ?" jawab ustadz yusuf, "belum pernah". "jawab pak bob "lhaa kalo belum pernah yaa jadi peserta aja kagak jadi pemandu, tapi Ustadz sediakan aja empat puluh juta". ustadz ngocap dalam hati. "Yaa Salaam, kirain mau mergiin haji gratiss ke gue." . Jawab ustadz. yaa udah deh . besok lagi Insya Allah saya datang kemari lagi deh. "saya ada nih empat puluh juta, tapi kalau saya bayar, saya berangkat sendirian nih. istri kagak di ajak". Namun beberapa saat kemudian. ada orang yang datang namanya haji doni. "Suatu ketika haji doni nih.. jamaah baru, yang datang nyalamin saya" kata ustadz yusuf mansur. dia bilang. "ust, bisa bantuin saya kagak?" si haji doni nih, biasa manggil ustadz yusuf nih, dengan panggilan ust. "ust….ust bisa bantuin saya ngga?". "bantuin apa?" saya ingin jual nih mobil pick up, ustadz nih kan guru sedekah nih ye, tolongin saya dong ustadz. saya mau jual nih mobil". Ustadz yusuf nih mikir-mikir. "Udah kagak jadi pergi haji…eh malah ada orang dateng, minta bantuan. jual mobil ke saya" . katanya. Ya udah deh, nih saya ada uang empat puluh juta. nih, pak uangnya. saya beli deh tuu mobil, tapi tu mobil kasih aja ke pesantren ye. biar dimanfaatin ama pesantren." " ya udah deh, kata haji doni. Terima kasih ustadz" langsung haji doni menyalami ustadz yusuf mansur. "yaa Allah, udah kagak jadi pergi haji malah ilang empat puluh juta"


 

Beberapa saat kemudian, ustadz yusuf mansur nih di telepon sama seorang habib, habib nih bilang "ustadz, ketemuan yuk. makan di luar" . akhirnya datang deh ustad yusuf mansur makan di luar bareng habib. Habib nih nanya sama ustadz mansur. "Ustadz. kapan nih mau berangkat haji, besok jadi berangkat haji barang saya kan ustadz di biro perjalanan hajinya pak bob, bareng saya". langsung nih ustadz yusuf mansur kagak selera makan lagi. makan sendok diangkat pelan-pelan. ustadz yusuf mansur nih diem aja. sih habib nih bilang. Ustadz belum bisa berangkat haji ?, udah berangkat bareng saya aja. saya yang bayarin" Subhanallah. nih habib luar biasa…. katenye . banyak habib yang perlu bantuan sokongan, eh malah nih habib. nawarin. beda nih kayak habib-habib yang laen. "Alhamdulillah, jazakallah deh, tapi nih saya di samping nih ada istri" jawab ustadz mansur. "yaa ane paham, ajak juga istri ente". subhanallah. "ente kan sering nganjurin orang bersedekah ya, nih mungkin kun fayakunn nya Allah buat ente. kan ente yang bilang. kalau Allah sudah bilang kun…..fayakun." Subhanallah.


 

Ada lagi,nih kisah seorang tukang becak. tapi nih tukang becak laen dari yang laen. tukang becak nih sama keluarganya punya tradisi, setiap hari jumat dia bersedekah dengan sedekah terbaiknya. nih tukang becak setiap kali narik becak hari jum'at, dia kagak narik bayaran sama pelanggannya. begitu ada penumpang, ketika penumpanye udah turun . ketika mau bayar, nih tukang becak kagak mau terima bayaran. jadi nih, tukang becak ni kagak mau terima bayaran setiap hari jum'at. Di jadikan tenaganya sebagai sedekah baginya. Sedangkan istrinya jualan makanan keliling kampung. begitu ada yang mau beli tiap hari jumat, tu makanan gratis. alias kagak bayar. suatu ketika si tukang becak nih, ketika mengayuh becaknya, liat ada anak sekolah yang ketabrak mobil, di luka-luka. langsung aja di bawa kerumah sakit. sampai di rumah sakit orang tua si anak ngasih nih tukang becak 500.000, sebagai imbalan ucapan terimakasih karena telah menyelamatkan anaknya. Tapi nih hari jumat, si tukang becak kagak mau nerima bayaran dari siapapun. akhirnya nih duit ditolak ama si tukang becak. lalui orang tua si anak bilang maa anaknya. gmana nih dek, dia ga mau uangnya." si anak bilang "barang kali kekecilan mah, coba kasih yang lebih banyak !" .lalu orang tua nih,,hari senin nya dateng nih ke rumah tukang becak. "Pak karena bapak sudah menyelamatkan anak saya, kami sekeluarga ingin sekali memberangkatkan bapak dan keluarga pergi haji." Subhanallah. Inilah buah dari sedekah.


 

Ibnu Syarif Hidayat. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


 

KETIKA TERHIMPIT KESULITAN


 

Ketika bencana terjadi secara beruntun, mengapa banyak manusia semakin merendahkan diri dan semakin mengagungkan para pembesar jin yang diyakini sebagai penguasa laut, gunung-gunung, hutan-hutan atau tempat-tempat tertentu lainnya? Mengapa Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta sesungguhnya, sekaligus sebagai pembuat bencana, justeru ditinggalkan, dilupakan dan diabaikan? Adakah pembesar-pembesar jin itu –meskipun mereka berkoalisi- mampu mengatasi bergolaknya gelombang laut dan mampu mengendalikan lahar-lahar dan awan panas jika Allah, Penguasa alam semesta ini, menghendaki terjadinya?


 


 

أَمَّن
يُجِيبُ
الْمُضْطَرَّ
إِذَا
دَعَاهُ
وَيَكْشِفُ
السُّوءَ
وَيَجْعَلُكُمْ
خُلَفَاءَ
الْأَرْضِ
ۗ
أَإِلَٰهٌ
مَّعَ
اللَّهِ
ۚ
قَلِيلًا
مَّا
تَذَكَّرُونَ


 

Atau siapakah yang dapat mengabulkan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepadanya, dan yang dapat menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada sesembahan yang benar selainNya? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). [an Naml/27 : 62].


 

Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan : Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan bahwa hanya Dia sajalah yang akan dimohon ketika ada kesulitan-kesulitan berat, dan hanya Dia sajalah sandaran harapan ketika turun bencana-bencana. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam ayat lain:


 


وَإِذَا
مَسَّكُمُ
الضُّرُّ
فِي
الْبَحْرِ
ضَلَّ
مَن
تَدْعُونَ
إِلَّا
إِيَّاهُ


 

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah (dari ingatan kamu) sesembahan yang biasanya kamu seru kecuali Allah. [al Israa`/17 : 67].


 

Kenyataannya, banyak orang sekarang tidak bertambah dekat kepada Allah pada saat mendapat himpitan keadaan yang berat seperti bencana dan lainnya. Sebaliknya justeru semakin durhaka kepadaNya Azza wa Jalla. Mereka bukan memohon pertolongan kepada Allah, tetapi malah mencari solusi dan alternatif lain yang justeru mendatangkan murkaNya. Ironisnya, hal ini dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dewasa ini yang hidup di era moderen.


 

Padahal kaum musyrikin pada masa jahiliyah di Arab dahulu ketika dihadapkan pada keadaan genting dimana nyawa seakan berada di ujung tanduk, mereka segera berlindung kepada Allah dengan tulus ikhlas dan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :


 


 

فَإِذَا
رَكِبُوا
فِي
الْفُلْكِ
دَعَوُا
اللَّهَ
مُخْلِصِينَ
لَهُ
الدِّينَ
فَلَمَّا
نَجَّاهُمْ
إِلَى
الْبَرِّ
إِذَا
هُمْ
يُشْرِكُونَ


 

Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). [al Ankabut/29 : 65]


 

Mereka dengan ikhlas kembali kepada Allah pada saat mengalami keadaan genting, meskipun mereka kembali lagi pada kemusyrikannya setelah terbebas dari kesulitan.


 

Tetapi banyak orang sekarang, meskipun terhimpit oleh keadaan yang menyulitkan, bahkan terancam oleh kematian, seakan-akan tidak meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya penolong yang kuasa melepaskan seseorang dari kesulitan, dan tidak ada siapapun selainNya yang dapat melakukannya. Oleh sebab itulah mereka enggan mendekatkan dirinya kepada Allah dengan meningkatkan semangat beribadah dan meninggalkan perbuatan syirik, khurafat, bid'ah dan kemaksiatan. Mereka justeru mencari pelarian kepada dukun-dukun atau ke tempat-tempat keramat atau benda-benda penangkal atau kepada pembesar-pembesar jin yang diyakini sebagai penunggu atau pengendali kawasan tertentu. Mereka ber-istighatsah (mengeluhkan masalah untuk mencari solusi) kepada selain Allah.


 

Apakah ini pertanda, orang sekarang yang hidup di era teknologi serba canggih lebih terbelakang sikap hidupnya dibanding dengan orang-orang dahulu yang memiliki sebutan jahiliyah? Ataukah ini merupakan pertanda hari kiamat makin dekat sebab batas antara muslim dengan orang musyrik semakin tidak jelas?


 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


 


وَلَا
تَقُومُ
السَّاعَةُ
حَتَّى
تَلْحَقَ
قَبَائِلُ
مِنْ
أُمَّتِي
بِالْمُشْرِكِينَ
وَحَتَّى
تَعْبُدَ
قَبَائِلُ
مِنْ
أُمَّتِي
الْأَوْثَانَ
وَإِنَّهُ
سَيَكُونُ
فِي
أُمَّتِي
كَذَّابُونَ
ثَلَاثُونَ
كُلُّهُمْ
يَزْعُمُ
أَنَّهُ
نَبِيٌّ
وَأَنَا
خَاتَمُ
النَّبِيِّينَ
لَا
نَبِيَّ
بَعْدِي


 

Dan tidak akan terjadi hari kiamat sampai kabilah-kabilah di antara umatku bergabung dengan kaum musyrikin, dan sampai kabilah-kabilah di antara umatku menyembah berhala. Dan sesungguhnya akan ada di tengah umatku para pendusta yang berjumlah tiga puluh, semuanya mengaku nabi. Padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku


 

Itulah fakta yang ada, sebagian orang sekarang, ketika berada dalam kesulitan, tidak tergerak hatinya untuk menyadari bahwa Allah-lah Penguasa tunggal yang menjadi tempat berlindung dari segala marabahaya. Apalagi ketika mereka dalam keadaan lapang dan senang. Ketika bencana semakin banyak melanda, maka semakin bersemangat pula sebagian orang memuja setan dan semakin tidak percaya kepada Allah. Padahal semakin banyak orang berbuat durhaka kepada Allah, jaminan keamanan dan ketenteraman dari Allah akan semakin sirna, bahkan tidak mustahil jika Allah justeru akan semakin banyak menimpakan bencana di dunia sebelum di akhirat. Dan bencana akhirat tentu lebih mengerikan daripada bencana dunia.


 

Allah Azza wa Jalla berfirman, di antaranya:


 


قُلْ
أَرَأَيْتَكُمْ
إِنْ
أَتَاكُمْ
عَذَابُ
اللَّهِ
بَغْتَةً
أَوْ
جَهْرَةً
هَلْ
يُهْلَكُ
إِلَّا
الْقَوْمُ
الظَّالِمُونَ


 

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain orang-orang yang zhalim. [al An'am/6 : 47].


 

Imam Ibnu Katsir menjelaskan: Sesungguhnya kebinasaan yang menyelimuti diri-diri orang-orang zhalim hanyalah disebabkan oleh kemusyrikan kepada Allah. Dan selamatlah orang-orang yang beribadah hanya kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi Allah. Maka orang-orang yang beribadah ini tidak diliputi rasa takut dan tidak pula kesedihan


 

Allah juga berfirman:


 

وَمَا
كَانَ
رَبُّكَ
لِيُهْلِكَ
الْقُرَىٰ
بِظُلْمٍ
وَأَهْلُهَا
مُصْلِحُونَ


 

Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan. [Hud/11 : 117]


 

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan: Kemudian Allah Ta'ala memberitakan bahwa Dia tidak akan membinasakan suatu negeri kecuali penduduknya berbuat zhalim kepada diri sendiri. Dan Allah tidak akan mendatangkan siksa dan adzabnya kepada suatu negeri yang penduduknya melakukan perbaikan, sampai mereka melakukan kezhaliman-kezhaliman. Tentu kezhaliman terbesar adalah kemusyrikan kepada Allah seperti telah dikemukakan di atas.


 

Sesungguhnya mencari solusi kepada selain Allah dengan mendekatkan diri kepada setan, misalnya dengan memberikan sesajian ke tempat-tempat tertentu yang dianggap rawan karena diyakini ada yang mbaurekso (Jawa : menunggu, mengusai), atau melakukan upacara-upacara tertentu untuk meminta keselamatan kepada selain Allah, seperti ruwatan, sedekah bumi, sedekah laut dan lain-lain, adalah perbuatan syirik yang dosanya tidak akan diampuni oleh Allah kecuali dengan bertaubat.


 

إِنَّ
اللَّهَ
لَا
يَغْفِرُ
أَن
يُشْرَكَ
بِهِ
وَيَغْفِرُ
مَا
دُونَ
ذَٰلِكَ
لِمَن
يَشَاءُ
ۚ
وَمَن
يُشْرِكْ
بِاللَّهِ
فَقَدِ
افْتَرَىٰ
إِثْمًا
عَظِيمًا


 

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [an Nisaa`/4 : 48]


 

Oleh karena itu, hendaknya orang menjauhi perbuatan-perbuatan syirik semacam itu. Allah Azza wa Jalla berfirman:


 

وَلَا
تَدْعُ
مِن
دُونِ
اللَّهِ
مَا
لَا
يَنفَعُكَ
وَلَا
يَضُرُّكَ
ۖ
فَإِن
فَعَلْتَ
فَإِنَّكَ
إِذًا
مِّنَ
الظَّالِمِينَ


 

وَإِن
يَمْسَسْكَ
اللَّهُ
بِضُرٍّ
فَلَا
كَاشِفَ
لَهُ
إِلَّا
هُوَ
ۖ
وَإِن
يُرِدْكَ
بِخَيْرٍ
فَلَا
رَادَّ
لِفَضْلِهِ
ۚ
يُصِيبُ
بِهِ
مَن
يَشَاءُ
مِنْ
عِبَادِهِ
ۚ
وَهُوَ
الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ


 

Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim (musyrik). Jika Allah menimpakan suatu madharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[Yunus/10 : 106-107].


 

UJUNG KEHIDUPAN


 

Sebelum kematian tiba, kita akan melewati suatu fase yang bernama sakratulmaut. Sakratulmaut adalah pintu gerbang kita menuju kematian. Sakratulmaut adalah peristiwa yang amat menakutkan, karena saat sakrtaulmaut tiba, tak seorangpun dapat membantu dan menolong kita, kendati saat kritis itu, istri, sanak saudara dan handai tolan sedang mengelilingi kita. Kita akan bergulat sendirian dengan sakratul maut itu di tengah keramain orang-orang yang kita cintai dan sayangi. Semua mereka hanya dapat menatap kita dengan pandangan mata yang hampa. Saat itulah kita akan merasakan langsung apakah kita termasuk orang yang telah merancang kematian atau bukan. Apakah kita termasuk orang yang siap menghadapi kematian atau bukan.


 

Sakratulmaut adalah bahasa Al-Qur'an yang terdiri dari dua kata "sakrotan"; pecahan dari kata : سكريسكرسكرا (sakiro – yaskaru – sakran) yang berarti "mabuk atau teler". Kata "maut"; pecahan dari kata : ماتيموتموتا (maata – yamuutu - mautan) yang berarti "mati". Maka Sakratulmaut berarti "kondisi mabuk menghadapi saat kematian'.


 

Sakratulmaut juga dapat diakatakan sebagai warming up (pemanasan) kematian. Karena kematian itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan pemanasan. Di samping itu, sebagaimana kehidupan pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, maka kematian juga memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki alam lain bernama Barzakh; sebuah alam yang jauh lebih besar dan sangat berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan bumi saat kita hidup di dunia.


 

Sakratulmaut adalah sesuatu yang ditakuti manusia. Faktanya, berbagai riset dan upaya telah dilakukan manusia untuk menghindarinya seperti, menciptakan obat-obatan untuk memperpanjang umur. Hal tersebut digambarkan Allah dalam firman-Nya :


 


وَجَاءَتْ
سَكْرَةُ
الْمَوْتِ
بِالْحَقِّ
ذَلِكَ
مَا
كُنْتَ
مِنْهُ
تَحِيدُ


 

Saat datanglah Sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (Q.S. Qaf: 19 )


 

Pertanyaan berikutnya ialah, apakah manusia mampu menghindari Sakratulmaut? Jawabannya tentu 'mustahil'. Karena Sakratulmaut adalah voucher manusia untuk masuk ke Alam Barzakh, tempat penginapan mereka yang ketiga yang sudah disiapkan oleh Pencipta, Raja dan Pemilik alam semesta ini, yakni Allah Rabbul 'Alamin, setelah kehidupan dalam rahim ibu mereka dan kehidupan di atas bumi. Mereka tidak akan dapat mengelak dan lari dari keharusan melewati sakratulmaut, sebagaimana mereka tidak bisa mengelak dan menghindar dari ketentuan dan kehendak-Nya ketika mereka diciptakan sebelumnya dari tidak ada menjadi ada.


 

Sebab itu, sebelum Sakratulmaut datang menghampiri kita, Allah sebagai Pemilik dan Pengendali jagad raya mengajak kita memikirkan dan menyaksikan kehendak, keputusan dan sistem-Nya tentang Sakratulmaut yang telah menjadi kenyataan sehari-hari yang kita saksikan seperti yang tercantum dalam surat Al-Waqi'ah berikut ini:


 

فَلَوْلا
إِذَا
بَلَغَتِ
الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ
حِينَئِذٍ
تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ
أَقْرَبُ
إِلَيْهِ
مِنْكُمْ
وَلَكِنْ
لا
تُبْصِرُونَ (85) فَلَوْلا
إِنْ
كُنْتُمْ
غَيْرَ
مَدِينِينَ (86) تَرْجِعُونَهَا
إِنْ
كُنْتُمْ
صَادِقِينَ (87)


 

"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, (83) padahal kamu ketika itu menyaksikan (orang yang sedang sekarat itu) (84) dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihatnya (85) maka kalaulah kamu tidak tunduk (pada Kehendak Allah) (86) (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya semula) jika kamu adalah orang-orang yang benar?" (Q.S. Al-Waqi'ah: 83 – 87)


 

Tentang kondisi Sakraulmaut tersebut, Sayyid Qutb menjelaskannya dengan begitu indah dan menarik dalam tafsirnya "Fii Zhilal Al-Qur'an", sebagai berikut :


 

Apa gerangan yang akan Anda lakukan ketika nyawa telah berada di tenggorokan? Anda sedang berada di persimpangan jalan yang majhul (tidak diketahui). Kemudian, penggambaran Al-Qur'an yang inspiratif yang melukiskan semua dimensi sikap dalam sentuhan-sentuahan yang cepat, mengungkapkan semua kondisi yang sedang dihadapi, latar belakangnya dan semua yang akan menginspirasikannya… Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat itu) dan Kami (dengan malaikat-malaikat) lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihatnya…


 

Kita seakan mendengar suara tenggorokan orang yang sedang sekarat dan melihat tatapan wajahnya, merasakan bencana dan kesulitan (yang dihadapinya) lewat firman Allah, "Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan". Sebagimana kita juga bisa melihat tatapan wajah yang tak berdaya, putus asa yang dalam raut muka orang-orang yang hadir (di sekitar orang sedang sekarat itu) lewat firman-Nya " padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat itu)".


 

Di sini, pada momen ini, sungguh ruh (nyawa) itu telah selesai dengan urusan dunia. Ia telah meninggalkan bumi dan seisinya. Ia akan menyambut dunia yang belum pernah ditempatinya…Ia tidak akan mampu lagi menguasai sesuatu selain dari apa yang pernah ia tabung sebelumnya… berupa kebaikan atau kejahatan yang dilakukannya…


 

Di sini, ia melihat, tapi ia tidak mampu membicarakan apa yang dilihatnya… Ia telah terpisah dari orang-orang yang ada di sekitarnya dan apa saja yang ada di sekelilingya…Hanya fisiknya yang bisa disaksikan oleh yang hadir di sekitarnya…Mereka hanya melihat begitu saja sedangkan mereka tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi dan tidak punya kuasa terhadapnya barang sedikitpun….


 

Di sini, kemampuan manusia terhenti… Ilmu pengetahuan manusia juga tidak berguna sebagaimana peran manusia juga tidak ada…Di sini, mereka mengerti, tapi tidak bisa membantahnya. Mereka lemah,…. lemah…..terbatas….terbatas…. Di sini layar diturunkan tanpa mereka lihat, tanpa sepengetahuan mereka dan tanpa kemampuan bergerak/berbuat.


 

Di sini, yang berperan hanya Qudrat Ilahiyah (Kekuasaan Allah)… Ilmu Ilahi…(Ilmu Allah)….Semua urusan murni milik Allah tanpa sedikitpun keraguan, tanpa bantahan dan tanpa ada kiat-kiat apapun. "dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu". Di sini, terjadi kebesaran sikap yang membesarkan Kebesaran Allah… Kewibawaan dan kehadiran-Nya –Subhanahu Wata'ala – sedangkan Dia hadir setiap waktu. Ungkapan itu membangunkan perasaan akan suatu hakikat (kenyataan) yang dilupakan manusia.. Maka tiba-tiba, majlis yang menghadiri kematian merasakan seramnya (suasana) karena didominasi oleh ketakutan, kehadiran dan kebesaran-Nya…Yang mendominasi ialah ketidakberdayaan, ketakutan, keterputusan dan perpisahan…


 

Dalam kondisi liputan perasaan yang gemetaran, berdebar, putus asa, dan duka lara, datanglah tantangan (Keputusan Allah) yang memotong semua perkataan dan mengakhiri semua perdebatan : ". Maka jika kamu tidak tunduk (pada Kehendak Allah), (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Jika sekiranya masalahnya seperti yang kamu katakan : "sesungguhnya tidak ada perhitungan dan tidak ada balasan", berarti kamu orang-orang yang bebas tanpa ada pembalasan dan perhitungan? Jika demikian, kamu mampu mengembalikan nyawa – yang sudah sampai di tenggorokan itu – agar kamu hindarkan ia dari kondisnya yang sedang menuju perhitungan dan balasan itu…Padahal kamu berada di sekitarnya dan sedang menyaksikannya, sedangkan ia berlalu menuju dunia yang besar, dan kamu diam saja dan tidak berdaya…


 

Di sini, gugurlah semua alasan, habislah semua argumentasi, punahlah semua kiat dan habislah bantahan…Dan tekanan hakikat (kenyataan) ini membebani diri manusia. Sebab itu, mereka tidak akan mampu bertahan,(dengan kondisi pembangkangannnya kepada Tuhan Pencipta) kecuali jika mereka tetap menyombongkan diri tanpa bukti dan argumentasi"


 

Terkait dengan sakratulmaut, manusia terbagi kepada tiga golongan. Pertama, golongan "Muqarrabin", yakni orang yang dekat dengan Tuhan Pencipta ketika berada di dunia. Kedua, "Ash-habul Yamin" (Golongan Kanan) yang merupakan bagian dari 'Muqorrobin". Ketiga, golongan "al-mukadzi-dzibin adh-dhallain", yakni orang-orang yang menentang dan menantang kebenaran Tuhan Pencipta dan sistem hidup yang datang dari-Nya dan tersesat dari jalan yang benar. Tentang ketiga golongan ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

فَأَمَّا
إِنْ
كَانَ
مِنَ
الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ
وَرَيْحَانٌ
وَجَنَّةُ
نَعِيمٍ (89) وَأَمَّا
إِنْ
كَانَ
مِنْ
أَصْحَابِ
الْيَمِينِ (90) فَسَلَامٌ
لَكَ
مِنْ
أَصْحَابِ
الْيَمِينِ (91) وَأَمَّا
إِنْ
كَانَ
مِنَ
الْمُكَذِّبِينَ
الضَّالِّينَ (92) فَنُزُلٌ
مِنْ
حَمِيمٍ (93) وَتَصْلِيَةُ
جَحِيمٍ (94) إِنَّ
هَذَا
لَهُوَ
حَقُّ
الْيَقِينِ (95) فَسَبِّحْ
بِاسْمِ
رَبِّكَ
الْعَظِيمِ (96)


 

"Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), (88) maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan.(89) Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, (90) maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan.(91) Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang menolak (kebenaran Tuhan Pencipta dan apa saja yang datang dari-Nya) lagi sesat, (92) maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, (93) dan dibakar di dalam Neraka.(94) Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.(95) Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar (96)" (Q.S. Al-Waqi'ah: 88 – 96)


 

Ibnu Katsir, seorang ahli tafsir terkemuka menjelaskan ayat-ayat tersebut di atas dengan penjelasan yang sangat indah dan menarik. Alangkah baiknya kita simak penjelasan Beliau berikut ini : " Inilah tiga suasana yang dialami oleh manusia ketika sakratulmaut. Adakalanya ia termasuk kaum 'muqorrobin' atau termasuk golongan yang ada di bawah mereka, "Ash-habul Yamin" , yaitu yang termasuk golongan kanan, dan ada yang teremasuk orang-orang yang mendustakan kebenaran, yang sesat dari petunjuk dan tidak tahu menahu tentang perintah Allah (al-mukadzi-dzibin adh-dhallain).


 

Itulah sebabnya Allah SWT berfirman, "Adapun jika dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah." Mereka adalah orang-orang yang setia mengerjakan hal-hal yang diwajibkan dan di sunnahkan. Dan, meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan serta sebagian dari yang diperbolehkan. "Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan". Dan, para Malaikat akan menyampaikan berita gembira itu ketika sakratulmaut tiba, sebagaimana yang diterangkan di dalam hadits Al-Barra', Para Malaikat rahmat akan mengatakan, 'hai ruh yang baik dalam jasad yang baik, kamu telah memakmurkannya, keluarlah menuju ketenteraman, rezeki, dan Tuhan yang tidak murka'.


 

Ruh dan Raihan dalam ayat ini berarti rahmat, rezeki, kegembiraan, dan kesenangan. "Dan Syurga kenikmatan".


 

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Imam Syafii' dari Imam Malik dari Zuhri dari Abdurrahman bin Ka'ab bin Malik dari Ka'ab bahwa Rasul saw, bersabda, " Ruh seorang Mu'min itu berupa (bagaikan) burung yang bergelantungan pada pohon Syurga sebelum Allah mengembalikan ruh itu ke jasadnya ketika membangkitkannya kembali." (pada hari kiamat nanti).


 

Abul Aliah mengatakan, "Tidak akan dipisahkan nyawa seorang muqarrabin sebelum dihadirkan kepadanya satu dahan dari kenikmatan Syurga, lalu ruhnya itu disimpan di sana." Di dalam sebuah hadits shaheh dikemukakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Ruh-ruh para Syuhada (orang-orang yang mati sedang berjihad menegakkan agama Allah) itu dalam tembolok burung hijau yang berterbangan di taman-taman Syurga kemana saja mereka kehendaki, kemudian bermalam pada pelita-pelita yang bergelantungan pada Arasy."

Allah SWT berfirman, "Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan.". Yaitu, jika orang yang sedang mengalami sakratulmaut itu termauk golongan kanan, "maka keselamatan bagimu, karena kamu termasuk golongan kanan." Yaitu, para Malaikat akan menyampaikan kabar gembira itu kepada mereka. Hal ini sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka, 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan Syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' Kamilah pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan dunia dan di Akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan di dalamnya kamu memperoleh pula apa yang kamu minta. Sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Fush-shilat : 30 – 32)


 

Imam Bukhari mengatakan, "Maka salam sejahtera bagimu," yaitu disampaikan salam kepadamu bahwa kamu termasuk golongan kanan.


 

Allah SWT berfirman, " Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia akan mendapatkan hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Neraka." Yaitu, bila orang yang tengah mengalami sakratulmaut itu termasuk golongan yang mendustakan kebenaran dan sesat dari jalan petunjuk, "maka dia mendapatkan hidangan dari air yang mendidih," Yaitu cairan yang akan melelehkan isi perut dan kulit-kulit mereka. " Dan dibakar di dalam Neraka," yaitu dia akan ditempatkan di dalam api Neraka yang akan menyelimutinya dari semua arah.


 

Kemudian Allah berfirman, "Sesungguhnya ini adalah suatu keyakinan yang benar," yang tidak diragukan lagi. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Dan dia adalah berita yang menjadi saksi. "Maka bertasbihlah dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar." Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa U'qbah bin Amir Al-Juhani berkata, "Maka bertasbihlan dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar, (subhana Robiyal 'Azhim)' Rasulullah mengatakan, 'Jadikanlah ayat ini bacaan ruku' kamu.' Dan ketika turun wahyu kepada beliau, 'Maka sucikanlah Tuhanmu yang Maha Tinggi,'(subhana Robbiyal A'la). Rasulullah mengatakan, jadikanlah ayat ini sebagai bacaan sujud kamu."


 

Setelah kita melewati "Sakratulmaut" berarti kita sedang berada pada batas terakhir dari perjalanan kita di dunia dan di batas awal memasuki dunia baru yang bernama Barzakh. Untuk memasuki dunia baru tersebut terlebih dulu kita harus membuka pintu masuknya. Pintu masuknya itu bernama "Kematian". Ya, Kematian… Itulah fase yang harus kita lewati setelah melewati fase Sakratulmaut. Dengan kematian itu kita berhak mendapatkan tempat di alam Barzakh.


 

Kematian adalah sesuatu yang ditakuti banyak orang. Kendati pada kenyataanya, tidak ada seorangpun yang dapat menghindari atau lari dari kematian itu. Siapapun dia, Presidenkah, Rajakah dia, Konglomerat kah dia, Jendral berbintang lima kah dia, di mana dan kapanpun mereka berada. Mereka pasti mati.


 

REJEKI TAK SELALU MATERI


 

Di dalam Lisan al 'Arab, Ibnu al Manzhur rahimahullah menjelaskan, ar rizqu, adalah sebuah kata yang sudah dimengerti maknanya, dan terdiri dari dua macam. Pertama, yang bersifat zhahirah (nampak terlihat), semisal bahan makanan pokok. Kedua, yang bersifat bathinah bagi hati dan jiwa, berbentuk pengetahuan dan ilmu-ilmu


 

Kendatipun rizki telah ditetapkan semenjak manusia berada di perut ibunya, tetapi Allah Subhanhu wa Ta'ala tidak menjelaskan secara detail. Tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui pendapatan rizki yang akan ia peroleh pada setiap harinya, ataupun selama hidupnya. Ini semua mengandung hikmah.


 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diperolehnya besok". [Luqman : 34]


 

SPIRIT DARI AL QUR`AN


 

Langit tidak akan pernah menurunkan hujan berlian atawa emas perak. Laut pun tidak mengirimkan kekayaan perutnya ke daratan, sehingga orang-orang bisa beramai-ramai mengaisnya. Islam tidak menganjurkan pemeluknya untuk memerankan diri sebagai penganggur, meski dengan dalil untuk mengkonsentrasikan diri dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jadi, usaha itu merupakan keharusan. Tidak ada kependetaan atau kerahiban dalam Islam. Seorang muslim tidak selayaknya senang bergantung kepada orang lain, menunggu belas kasih dari orang-orang yang lalu-lalang melewatinya.


 

Renungkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". [al Jumu'ah : 10].


 

Mengacu pada penjelasan Ibnu al Manzhur tersebut, maka hakikat rizki tidak hanya berwujud harta atau materi belaka seperti asumsi kebanyakan orang. Tetapi, yang dimaksud rizki adalah yang bersifat lebih umum dari itu. Semua kebaikan dan maslahat yang dinikmati seorang hamba terhitung sebagai rejeki. Hilangnya kepenatan pikiran, selamat dari kecelakaan lalu-lintas, atau bebas dari terjangkiti penyakit berat, semua ini merupakan contoh kongkret dari rizki. Bayangkan, apabila kejadian-kejadian itu menimpa pada diri kita, maka bisa dipastikan bisa menguras pundi-pundi uang yang kita miliki. Tidak jarang, tabungan menjadi ludes untuk mendapatkan kesembuhan. Imam an Nawawi rahimahullah mengisyaratkan makna tersebut dalam kitab Syarh Shahih Muslim (16/141).


 


TIGA PEMBAWA BERKAH PADA HARTA


 

Pertama : Syukur.


 

Kenikmatan yang didapatkan seseorang pada setiap datang, tidak terhitung jumlahnya, termasuk di antaranya harta benda. Kenikmatan ini menuntut seseorang untuk memanifestasikan syukur kepada al Khaliq yang telah melimpahkan rizki. Rasa syukur dan terima kasih serta pujian kepada Allah Azza wa Jalla atas nikmat itu, merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan berkah dan tambahan pada harta yang dimiliki.


 

Ibnul Qayyim berkata, "Allah menjadikan sikap bersyukur sebagai salah satu sebab bertambahnya rizki, pemeliharaan dan penjagaan atas nikmatNya (pada orang yang bersyukur). (Demikian ini merupakan) tangga bagi orang bersyukur menuju Dzat yang disyukuri. Bahkan hal itu menempatkannya menjadi yang disyukuri".


 


 

Syukur jangan dipahami secara sempit, atau hanya dengan lantunan kata "alhamdulillah" atau "wa asy syukru lillah". Syukur yang seperti ini tidaklah tepat, dan tidak pelak lagi, yang demikian itu merupakan pandangan yang terlalu dangkal. Syukur memiliki makna yang lebih jauh dan lebih luas dari sekedar ucapan tersebut. Segala perbuatan baik, seperti shalat, puasa, pengakuan kurang dalam menjalankan ketaatan, menghargai nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala , memperbincangkannya, menerima dengan ridha, walaupun sedikit, semuanya masuk dalam bentuk syukur. Dengan bersyukur, maka Allah akan menambahhkan karuniaNya kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Jika engkau bersyukur, niscaya Kami benar-benar akan menambahimu". [Ibrahim : 7].


 

Kedua : Shadaqoh.

Tidak sedikit ayat dan hadits yang menjelaskan shadaqoh dan infak merupakan salah satu penunjang yang dapat mendatangkan rizki dan meraih berkah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :


 

"Allah menghapuskan riba dan mengembangkan shadaqoh".[al Baqarah : 276].


 

Maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan meningkatkannya di dunia ini dengan berkah dan memperbanyak pahalanya dengan melipatgandakannya di akhirat.


 

Ketiga : Silaturahmi.

Usaha lain yang bisa mendukung bertambahnya rizki dan bisa mendatangkan keberkahan pada harta yang dimiliki, yaitu menyambung jalinan silaturahmi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


 

مَنْ
سَرَّهُ
أَنْ
يُبْسَطَ
لَهُ
فِي
رِزْقِهِ
وَأَنْ
يُنْسَأَ
لَهُ
فِي
أَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ


 

"Barangsiapa ingin dilapangkan dalam rizkinya dan ditunda ajalnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi".[17]


 

Hadits di atas menunjukkan manfaat menyambung tali silaturahmi, yaitu dapat mendatangkan curahan kebaikan dari Allah berbentuk rizki, terhindar dari keburukan, dan diraihnya keberkahan.


 

Al Hafizh rahiamhullah berkata : "Para ulama mengatakan, yang dimaksud dilapangkan rizkinya adalah, adanya keberkahan padanya. Sebab menyambung tali silaturahmi adalah sedekah, dan sedekah mengembangkan harta, sehingga semakin bertambah dan bersih".[18]

SHOLAWAT UMROH


 

Biasain ngabisin shalawat 100x setelah shubuh. Spy lsg kelar pakean shalawat harian. Ini buat yg ngaku cinta. Yg serius bacanya. Yg sungguh2. Seakan2 memohon bener ke Allah agar mengirimkan shalawat ke Rasul. Jangan baca sambil lewat. Awloohumma sholli 'alaa sayyidinaa Muhammadiw wa 'alaa aalih.


 

Saya mau umrah akhir maret. Siapa yg mau ikut dg ada banyak rizki dari Allah, coba aja dawamin shalawat kepada Rasul. Dilipatgandain jumlahnya. 100x saban shalat fardhu sebelom atau sesudahnya. Teruuuuuussss dibaca, sampe tgl 10 Maret. Pendaftaran trakhir 10 Maret. InsyaAllah bakalan ada rizki buat sekeluarga, dan bisa ikut saya ke mekkah. 2000 dollar per orang u/ yg bintang 5, buat Allah adalah kecil sekali.


 

Biar Rasulullah yang memanggil pencintanya, sehingga Allah memperkenankan... Untuk anggota keluarga yang mau diajak, ajak serta juga mendawamkannya, sejak membaca pesan ini. Kalo tidak sanggup ia membacanya, sertakan dlm doa saban usai bershalawat kepada Rasulullah.


 

KEUTAMAAN MEMBERI NAFKAH KEPADA KELUARGA


 

Tidaklah Allah Azza wa Jalla memerintahkan satu perkara, melainkan perkara itu pasti dicintaiNya dan memiliki keutamaan di sisiNya serta membawa kebaikan bagi para hamba. Termasuk masalah memenuhi nafkah keluarga.


 

Melalui lisan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan tentang keutamaan memberi nafkah kepada keluarga. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.


 

دِيْنَارٌ
أنْفَتَهُ
في
سَبِيْلِ
اللهِ
وَ
دِيْنَارٌ
أنْفَتَهُ
في
رَقَبَةٍ
وَ
دِيْنَارٌ
تَصَدَّقْتَ
بِهِ
عَلىَ
مِسْكِيْنٍ
وَدِيْنَارٌ
أنْفَتَهُ
في
على
أهْلِكَ
أعْظَمُهَا
أجْرًا
الَّذِي
أنْفَتَهُ
على
أهْلِكَ


 

"Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang paling besar adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu"


 

Al Hafizh Ibnul Hajar Al Asqalani berkata,"Memberi nafkah kepada keluarga merupakan perkara yang wajib atas suami. Syari'at menyebutnya sebagai sedekah, untuk menghindari anggapan bahwa para suami yang telah menunaikan kewajiban mereka (memberi nafkah) tidak akan mendapatkan balasan apa-apa. Mereka mengetahui balasan apa yang akan diberikan bagi orang yang bersedekah. Oleh karena itu, syari'at memperkenalkan kepada mereka, bahwa nafkah kepada keluarga juga termasuk sedekah (yang berhak mendapat pahala, Pen). Sehingga tidak boleh memberikan sedekah kepada selain keluarga mereka, sebelum mereka mencukupi nafkah (yang wajib) bagi keluarga mereka, sebagai pendorong untuk lebih mengutamakan sedekah yang wajib mereka keluarkan (yakni nafkah kepada keluarga, Pen) dari sedekah yang sunnat."


 

Adalah satu hal yang sangat tidak logis, apabila ada suami yang makan-makan bersama teman-temannya, mentraktir mereka karena ingin terlihat hebat di mata mereka, sementara anak dan isterinya di rumah mengencangkan perut menahan lapar. Dimanakah sikap perwira dan tanggung jawabnya sebagai suami?


 

Satu hal yang juga tidak kalah penting untuk diingat, bahwa suami wajib memberi nafkah dari rizki yang halal. Jangan sekali-kali memberi nafkah dari jalan yang haram, karena setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram berhak mendapat siksa api neraka. Sang suami akan dimintai pertanggungan jawaban tentang nafkah yang diberikan kepada keluarganya.


 

JENIS-JENIS NAFKAH


 

Jenis nafkah yang wajib, yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh sang isteri serta keluarganya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qudamah. Termasuk kategori nafkah wajib ini -tanpa ada perselisihan ulama- meliputi kebutuhan primer, seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal, perhiasan serta sarana-sarana dan peralatan yang dibutuhkan isteri untuk memenuhi kebutuhan primernya, juga pemenuhan kebutuhan biologisnya. Semua itu wajib dipenuhi oleh suami.


 

Demikian juga dengan pengadaan pembantu rumah tangga, tidak wajib bagi suami, kecuali jika hal itu (memberikan pembantu rumah tangga) sudah menjadi satu hal yang lumrah dalam keluarga sang isteri, ataupun di kalangan keluarga-keluarga lain di kaumnya. Namun yang penting harus diperhatikan, pengadaan pembantu rumah tangga ini juga tidak terlepas dari kesanggupan suami untuk memenuhinya. Jika tidak mampu memberikan pembantu rumah tangga untuk isterinya, maka tidak wajib bagi suami untuk mengadakannya, karena Allah tidak membebani seseorang di luar kesanggupannya.

Bakhil dan kikir adalah sifat tercela yang dilarang Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla telah memberikan ancaman berupa kebinasaan dan dosa bagi suami yang tidak mau memenuhi nafkah keluarganya, padahal ia mampu untuk memberinya. Hal ini bisa kita fahami, karena memberi nafkah keluarga adalah perintah syari'at yang wajib ditunaikan suami. Apabila seorang suami bakhil dan tidak mau memenuhi nafkah anak serta isterinya, berarti ia telah bermaksiat kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban yang Allah bebankan kepadanya, sehingga ia berhak mendapat ancaman siksa dari Allah. Wal'iyadzu billah.


 

KEHIDUPAN PENUH SHALAWAT


 

Menurut kesaksian kwn maennya ibu saya... Ibu saya itu sdh cinta sama shalawat sejak remajanya. Saat ngandung saya, udah shalawatan terus. Katanya suatu ketika ketemu saya: Pantesan kamu jadi ustadz... Ibu kamu kalau mandiin aja, baca shalawat, ngeringin, baca shalawat, nyuapin, ngambilin minum. Nganter sekolah jg bc shalawat.


 

Dari bayi, ngegendong baca shalawat. Nurunin dari gendongan baca shalawat. Hidupnya dg shalawat. ketika kecil, sampe kira2 9 tahun saya dimandiin ibu. Saat ngeringin badan saya, memang demikian. Dan ibu saya selalu baca doa yg sangat jelas, dan diulang dg konsisten pagi dan sore saat mandikan dna ngeringin badan saya: Mudah2an


 

Jam'an (nama asli saya, Yusuf Mansur), bisa ke Mekkah seperti jalan ke depan pintu. Bisa bulak balik semaunya, selagunya.


 

Bisa pergi keluar negeri, seperti pergi ke pasar Mitra (pasar di dekat rumah kami di Jembatan Lima). Begituuuuu terus. Sampe saya bosan dengernya, he he he. Saya yg denger, bosen. Padahal ibu saya yg mendoakan, ga pernah bosen. MasyaAllah. Saat saya bertambah besar, saya mulai paham, bhw doanya GA MUNGKIN. Maka saya protes, "Bu, doa


 

yg bener lah... Itu kan doanya susah dikabulkan Allah...". Saat itulah pertama kali saya mendengar kalimat tauhid yg indah dari ibu saya, pondasi Kuliah Tauhid di Kuliah Online Wisatahati.com...


 

"E e e e ehhh... Bagi Allah, apa yg susah... Kalau Allah udah bilang Kun...Fayakuun...". Ya Allah, saya nulis ini pengen nangis kayaknya. Selain memori ini mengenang masa kecil, inget ibu juga, dan inget dosa udah ngecilin Allah.... Makanya

di kemudian hari saya menulis Kuliah Tauhid, bhw mereka2 yang menyangsikan Pertolongan Allah, sangatlah dosa. Dosa besar kali. Sebab menganggap Allah ga kuasa nolong kita. Padahal, DIA teramat kuasa. Dan pada masa kecil itulah saya pertama kalinya mendengar kalimat Kun Fayakuun begitu bunyi. Keluar dari lisan ibu yg saya cintai yg meyakini Kebesaran Allah.


 

MENDIDIK ANAK, DENGAN KISAH TELADAN


 

Kisah, keterkaiatannya dengan pendidikan anak, memiliki peran yang sangat penting, lantaran kisah juga merupakan salah satu metode pengajaran. Dalam Al-Qur`an, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengajarkan berbagai kisah dari umat-umat terdahulu. Sehingga secara langsung bisa dipahami, bahwa Islam memberikan perhatian yang besar terhadap masalah ini, yaitu dengan menyebutkan kisah-kisah yang mendidik dan bermanfaat sebagai metode dalam menyampaikan pengajaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mencontohkan kisah tentang Luqman Al-Hakim yang memberi wasiat kepada anaknya dengan wasiat yang sangat penting dan berharga.


 

"Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu . . ." [An-Nisa/4:164].


 

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman". [Yusuf/12:111].


 

Inilah di antara metode yang digunakan oleh Al-Qur`an dan As-Sunnah dalam masalah pengajaran, yaitu dengan menuturkan kisah-kisah teladan. Kita dapatkan bahwasanya memberi nasihat dengan menuturkan cerita-cerita yang menarik, akan memberikan pengaruh yang besar pada jiwa anak-anak, apalagi jika sang penuturnya juga mempunyai cara yang menarik dalam menyampaikannya, sehingga mampu mempesona dan memberikan pengaruh mendalam bagi yang mendengarnya. Karena ciri khas kisah-kisah teladan, ia mampu memberikan pengaruh bagi yang membacanya maupun yang mendengarkannya. Oleh karenanya, sepatutnya sebagai pendidik, juga memberikan perhatian ketika menerapkan metode ini.


 

Terlebih lagi, di tengah masyarakat sejak dahulu telah merebak berbagai kisah ataupun hikayat yang tidak diketahui asal-usulnya. Banyaknya cerita fiktif dan sarat dengan kedustaan yang dijadikan sebagai sandaran dalam memberikan pengajaran kepada manusia umumnya, dan khusus kepada anak-anak. Kisah-kisah fiktif ini telah mempengaruhi pola pikir anak-anak kita. Misalnya menjadikan para penjahat sebagai pahlawan, dan orang-orang yang buruk perangainya menjadi sang pemenang, ataupun orang-orang fasik menjadi idola. Ini merupakan kejahatan terhadap anak-anak kita, dan cepat atau lambat akan menumbuhkan dampak buruk bagi anak didik kita.


 

HADIRKAN KISAH-KISAH TELADAN


 

Setelah mengetahui kandungan dan kemungkinan munculnya dampat negatif dari kisah-kisah fiktif tersebut, maka menjadi kewajiban kita untuk mengarahkan anak-anak agar menjauhi kisah-kisah fiktif dan penuh kedustaan tersebut. Kemudian mereka didekatkan dengan kisah-kisah teladan penuh hikmah. Misalnya kisah tentang para nabi Allah. Kisah-kisah teladan inilah yang semestinya mewarnai kehidupan anak-anak kita.


 

"Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka". [Al-An'am/6:90].


 

Seperti halnya kisah Nabi Yunus Alaihissalam ketika berada di dalam perut ikan paus, Nabi Sulaiman Alaihissalam dengan burung Hud-Hud, juga kisah Nabi Yusuf Alaihissalam dengan saudara-saudaranya. Demikian pula kisah Nabi Musa Alaihissalam dengan Khidir, dan kisah-kisah lainnya.


 

Begitu juga anak harus didekatkan dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari sirah beliau ini, kita dapat memetik banyak pelajaran, sejak beliau masih di dalam kandungan, kemudian bapak beliau meninggal, sehingga beliau lahir dalam keadaan yatim, dan seterusnya. Banyak pula peristiwa-peristiwa besar yang beliau lewati, sehingga membawa perubahan besar bagi umat manusia. Begitu juga dengan kisah-kisah yang beliau tuturkan dalam hadits-hadist yang shahih. Sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah" [Al-Ahzab/33:21].


 

Demikian juga kita bisa menuturkan kepada anak-anak dengan kisah-kisah para sahabat Nabi, sebagaimana yang dipaparkan oleh seorang penyair:


 

Jika kalian tidak bisa menjadi seperti mereka, (maka) contohlah mereka!


 

Karena sesungguhnya, meneladani orang-orang mulia, merupakan keutamaan.


 

Sebagai contoh, kisah yang disebutkan dalam sirah 'Umar bin 'Abdil-'Azis (Juz 1, hlm 23). Yaitu kisah Amirul-Mukminin 'Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu dengan seorang wanita. Tatkala Khalifah 'Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu memegang tampuk pemerintahan, beliau melarang mencampur susu dengan air.


 

Awal kisah, pada suatu malam Khalifah 'Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu pergi ke daerah pinggiran kota Madinah. Untuk istirahat sejenak, bersandarlah beliau di tembok salah satu rumah. Terdengarlah oleh beliau suara seorang perempuan yang memerintahkan anak perempuannya untuk mencampur susu dengan air. Tetapi anak perempuan yang diperintahkan tersebut menolak dan berkata: "Bagaimana aku hendak mencampurkannya, sedangkan Khalifah 'Umar melarangnya?"


 

Mendengar jawaban anak perempuannya, maka sang ibu menimpalinya: "Umar tidak akan mengetahui."


 

Mendengar ucapan tersebut, maka anaknya menjawab lagi: "Kalaupun 'Umar tidak mengetahui, tetapi Rabb-nya pasti mengetahui. Aku tidak akan pernah mau melakukannya. Dia telah melarangnya."


 

Kata-kata anak wanita tersebut telah menghunjam ke dalam hati 'Umar. Sehingga pada pagi harinya, anaknya yang bernama 'Ashim, beliau panggil untuk pergi ke rumah wanita tersebut. Diceritakanlah ciri-ciri anak tersebut dan tempat tinggalnya, dan beliau berkata: "Pergilah, wahai anakku dan nikahilah anak tersebut," maka menikahlah 'Ashim dengan wanita tersebut, dan lahirlah seorang anak perempuan, yang darinya kelak akan lahir Khalifah 'Umar bin 'Abdil 'Azis.


 

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut ialah sebagai berikut.


 

- Kesungguhan salaf dalam mendidik anak-anak mereka.

- Selalu menanamkan sifat muraqabah, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla, baik ketika sendiri atau ketika bersama orang lain.


 

- Tidak meresa segan untuk memberikan nasihat kepada orang tua.


 

- Memilihkan suami yang shalih atau istri yang shalihah bagi anak-anaknya.


 

Penggalan kisah ini hanya sekedar contoh, bagaimana cara kita mengambil pelajaran berharga dari sebuah kisah, kemudian menanamkannya pada anak-anak kita, dan masih banyak contoh lainnya, baik di dalam Al-Qur`an maupun Al-Hadits yang bisa digali dan jadikan sebagai kisah-kisah yang layak dituturkan kepada anak-anak kita.


 

PELAJARAN DAN KEUTAMAAN KISAH-KISAH TELADAN


 

Kisah-kisah teladan mempunyai keistimewaan yang sangat berbeda dengan kisah-kisah fiktif maupun mitos, yaitu dari sisi kebenarannya, dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Di dalamnya juga terkandung tujuan-tujuan mulia.


 

1). Kisah mampu memberikan peran yang penting dalam menarik perhatian, mengembangkan pikiran dan akal anak. Karena dengan mendengarkannya, dapat mendatangkan kesenangan dan kegembiraan.


 

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terbiasa membawakan kisah di hadapan para sahabat, baik yang muda maupun yang tua. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap kisah yang dituturkan beliau, berupa berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau, agar bisa mengambil pelajaran darinya, baik oleh orang-orang sekarang maupun sesudahnya hingga hari Kiamat


 

2). Kisah-kisah tersebut bisa membangkitkan kepercayaan anak-anak terhadap sejarah tokoh yang menjadi tauladan mereka. Sehingga akan menambah semangat untuk maju, serta membangkitkan semangat ke-islaman mereka agar lebih mendalam dan menggelora.


 

3). Kisah-kisah para ulama yang mengamalkan ilmunya, demikian juga kisah-kisah orang-orang shalih merupakan sarana terbaik untuk menanamkan berbagai sifat utama pada diri anak-anak, serta mendorongnya untuk siap mengemban berbagai kesulitan untuk meraih tujuan mulia dan luhur.


 


 


 

4). Kisah-kisah teladan juga akan membangkitkan anak-anak untuk mengambil teladan dari orang-orang yang mempunyai tekad kuat dan mau berkorban, sehingga ia akan terus naik menuju derajat yang tinggi dan terhormat.


 

5). Tujuan utama menuturkan kisah-kisah teladan tersebut, yaitu untuk mendidik dan membersihkan jiwa, bukan hanya sekedar untuk bersenang-senang atau menikmati kisah-kisah itu saja.


 

Oleh karena itulah, cerita juga memiliki peran sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan mulia tersebut. Sehingga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga banyak memaparkan kisah orang-orang terdahulu kepada para sahabatnya, untuk kemudian diambil pelajaran dan peringatan darinya. Kebiasaan beliau n dalam berkisah, beliau mendahului dengan uangkapan "telah terjadi pada orang-orang sebelum kalian", kemudian beliau n menuturkan kisah tersebut, dan para sahabat mendengarkannya dengan seksama sampai selesai. Dalam hal ini, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menerapkan metode Ilahi, sebagaimana firman-Nya Azza wa Jalla.


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar